Mimpi seorang gadis cantik bernama Ceiysa adalah untuk menikahi pria yang dia cintai. Seseorang yang selalu ada dalam dunia virtual Ceisya. Bahkan, keduanya telah berjanji untuk hidup bersama, meskipun mereka belum pernah bertemu. Sayangnya, mimpi Ceisya tidak bisa menjadi kenyataan karena pria impian gadis tersebut tiba-tiba mengakhiri hubungan mereka. Ketika Ceisya patah hati, dia tiba-tiba bertemu dengan seorang artis yang sedang naik daun bernama Aksa. Merasakan banyak keserasian, keduanya menjadi dekat. Seiring berjalannya waktu, pria yang menjadi impian Ceisya tiba-tiba muncul dan menjalin hubungan dengan Aksa. Jadi, di mana hati Ceisya berakhir?
View More"Aku mencintaimu."
Satu kalimat terpampang di layar monitor milik Ceisya. Kedua mata mengerjap secara perlahan. Hatinya melambung tinggi. Andai saja orang yang mengatakan itu ada di hadapan Ceisya, pastinya gadis itu langsung berlari untuk memeluknya secara erat.
Laki-laki pemilik nama Rayanka Yagiz adalah sosok yang selalu menampilkan tubuh yang membelakangi. Satu tahun berkenalan di dunia maya dengan Ceisya selalu saja menampilkan foto seperti itu. Belum pernah memberikan foto pada bagian wajahnya.
Namun, bagi Ceisya itu tidak masalah. Gadis ini merasa jika Rayanka adalah sosok yang dikirim Tuhan untuknya.
"Brak!"
Tanpa permisi, tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan keras. Menyebabkan benda itu menghantam dinding kamar dan membuat pemilik kamar tersentak kaget.
"Astaghfirullahaladzim," ucap Ceisya sembari memegang dada yang sudah berdegup sangat kencang. Sorot tatapan tajam tertuju kepada Ceisya yang sudah ketakutan setengah mati.
"Masih berhubungan dengan pacar khayalan kamu itu?" seloroh wanita itu dengan nada bicara penuh ketus di setiap katanya.
Tangan Ceisya langsung bergerak cepat menutup benda pipih, tetapi sengaja tidak menutup sempurna karena layar monitor yang masih menyala. Benda ini harus dipertahankan dikarenakan HP kena sita ibu tirinya gara-gara sering berhubungan dengan Rayanka.
"Ti-dak," balas Ceisya terbata-bata. Didekapnya laptop agar menyatu dengan tubuhnya. Pokoknya tidak boleh ada seorang pun yang mengambil harta satu-satunya ini.
"Jangan bohong!" hardik wanita yang memiliki nama Sentari dengan penuh tidak suka. Kejadian ini tidak hanya sekali, tetapi berulang kali. Bahkan setiap hari.
"Mau aku sita laptop itu?" ancam ibu tiri yang selalu jahat kepada Ceisya. Bagi Sentari, gadis ini adalah satu-satunya penghalang untuk menguasai harta ayah dari Ceisya.
"Jangan," lirih Ceisya sembari menggeleng. "A-ku lagi mengerjakan tugas kuliah."
Mau tidak mau Ceisya harus berbohong kepada ibu tirinya. Padahal sejujurnya Ceisya bukan tipe anak yang tidak suka berbohong.
"Aku tidak suka kamu berbohong!" hardik Sentari merasa tidak suka.
Wanita itu mendekat dengan wajah yang tidak bisa berpaling sedikit pun kepada Ceisya.
Merasa mendapatkan tatapan seperti itu, Ceisya langsung merapatkan punggung menyatu dengan kursi yang sedang diduduki.
"Apa aku harus memaksa membuka laptop agar aku percaya?" Sentari sampai mendekatkan wajahnya kepada Ceisya. Tubuh gadis yang sedang merasa terancam, seketika langsung bergidik ngeri.
Seketika Ceisya langsung menggeleng. "Ja-ngan. Aku tidak berbohong," ucap gadis itu sambil terbata-bata.
"Mau laptop itu aku buang?" Sentari melirik ke arah benda yang sedang dipertahankan Ceisya.
Hubungan Ceisya dengan ibu tirinya memang tidak pernah akur. Wanita itu bisa menjadi iblis jika tidak ada ayah Ceisya, tetapi seketika akan berubah menjadi bidadari tanpa sayap jika Ramon sudah hadir di dalam rumah.
Awalnya Ceisya ragu mengizinkan ayahnya untuk menikah lagi. Pasalnya sejak melihat pertama kali Sentari, hati Ceisya mengatakan jika wanita itu tidak baik. Dan, semua terbukti setelah pernikahan ayahnya terjadi. Sentari menunjukkan sifat aslinya.
Wajah gadis itu memucat. Laptop dipeluk seerat mungkin. Jangan sampai harta benda satu-satunya berpindah kepada ibu tiri yang tidak menyukai Ceisya dari pertama.
"Jangan! Ini milik aku satu-satunya. Kamu boleh ambil yang lain, tapi jangan ini," ucap Ceisya tidak gentar mempertahankan laptop.
Bagaimana jadinya kalau laptop ini beneran dibanting? Banyak tugas-tugas kuliah yang belum disimpan di flash disk.
"Jauhi pacar khayalan kamu itu!" Perintah yang sudah sering keluar dari bibir Sentari, tetapi sama sekali tidak digubris oleh Ceisya.
"Dia ada. Real. Dia bukan khayalan," ucap Ceisya membela kekasihnya.
"Kamu adalah perempuan bodoh di dunia ini. Perempuan murahan. Pacaran tetapi tidak pernah ketemu sama orangnya," sindir Sentari dengan ucapan yang sangat sinis.
Darah mengalir begitu cepat menuju ke arah otak. Seketika wajah Ceisya langsung memerah karena diberi kata-kata kasar. Ia tidak rela dikatakan murahan.
"Coba buka mata kamu lebar-lebar! Banyak laki-laki di luar sana yang mengaku masih lajang, tetapi nyatanya sudah memiliki pasangan. Siapa tahu pacar kamu seperti itu."
Seketika Ceisya langsung menggeleng. "Tidak. Dia tidak seperti itu." Gadis cantik ini sangat percaya dengan pacar dunia mayanya, meski mereka belum pernah ketemu.
"Masih mau dibohongi dengan janji manis dia?" sindir Sentari kembali dengan nada sinis.
Keduanya sekarang terdiam dengan pikiran masing-masing.
Terlebih untuk Ceisya yang merasa jika omongan ibu tirinya ada benarnya juga.
Rayanka selama ini memberikan banyak janji. Dari akan segera menemui Ceisya. Sampai memberikan janji akan membawa Ceisya menuju pelaminan. Namun, sampai satu tahun ini belum terbukti.
"Baiklah kalau seperti itu. Bawa laki-laki itu ke sini secepatnya. Kalau tidak ..." Sentari melirik ke arah Ceisya.
Sementara itu, Ceisya hanya menarik napas panjang karena tahu kelanjutan dari pembicaraan itu.
"Menikah dengan pilihan Tante," lanjut Sentari dengan tersenyum licik.
Tubuh Ceisya langsung merapat ke arah dinding. Cobaan semakin hari, semakin berat. Apalagi setelah ayahnya jatuh kepada wanita yang salah.
"Aku tidak mau. Aku masih ingin meneruskan kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan. Aku tidak ingin menikah di usia muda."
Tawa Sentari meledak dengan hebat. Ceisya sampai ngeri melihat isi mulut Sentari.
"Jangan sampai kamu menjadi perawan tua hanya gara-gara menunggu laki-laki yang salah," ucap Sentari sambil menutup pintu kamar dengan keras.
Jika dipikir-pikir, Ceisya lebih baik menjadi perawan tua dibandingkan harus mendapatkan ibu seperti ini.
"Bagaimana tawaran untuk menikah dengan Ibas?"
Ceisya sampai bergidik ngeri membayangkan pemuda itu yang pernah ke rumah. Meski laki-laki itu sudah mendapatkan pekerjaan sebagai mandor proyek, tetapi Ceisya tidak pernah tertarik sedikit pun. Lirikan Ibas menunjukkan jika laki-laki itu tidak cukup dengan satu perempuan.
"Sepertinya ayah kamu bakal merestui jika kalian menikah."
Ceisya tidak suka jika ayahnya dibawa-bawa. Andai ayah tahu kelakuan istri barunya, pasti sudah mengakhiri pernikahan yang keduanya.
"Tidak. Aku tidak mau menikah dengan Ibas."
Kedua alis Sentari menyatu. Tujuan menikahkan Ceisya dengan Ibas agar anak gadisnya tidak berada satu atap di rumah ini. "Masih kekeh dengan pacar khayalan kamu itu!"
Sentari sengaja menyenggol jam di atas meja. Dua baterai kecil sampai terlempar keluar ketika penutup kecil terlepas.
"Bukankah sudah dijelaskan dari awal kalau aku tidak ingin menikah dulu." Ceisya sampai menaikkan nada suara karena jam itu adalah hadiah ulang tahun dari Maya—sahabatnya.
"Sekarang kamu berani bentak Tante!" Sentari merasa tidak terima mendapatkan perlakuan dari anak tirinya.
Ceisya sadar karena telah berlaku tidak sopan meski wanita itu terus menyerang mentalnya habis-habisan.
"Maaf. Aku tidak bermaksud membentak. Intinya saat ini aku belum siap untuk menikah. Masa depan aku masih panjang."
Sentari tidak puas dengan pembelaan Ceisya. "Apa kurangnya Ibas? Dia punya pekerjaan tetap. Dia punya penghasilan. Atau kamu pandang fisik terhadap Ibas?"
Suara wanita itu tidak kalah tinggi. Untung saja Ramon tidak ada di rumah.
"Saya tidak memandang Ibas sesuai dugaan Tante." Bagi Ceisya, umur Ibas sudah seperti adik almarhumah mamah. Terlalu tua bagi Ceisya.
Ceisya didorong dengan kencang oleh Sentari. Untung saja laptop sudah diam-diam diamankan dalam almari.
Tubuh gadis itu terjerembab di atas pembaringan. Sentari tertawa puas melihat anak tirinya menderita.
Suara derit pintu mengagetkan keduanya. Tubuh tiba-tiba langsung mematung.
"Ayah?" panggil Ceisya karena hatinya merasa tenang saat ayahnya datang. Namun, tidak dengan Sentari yang sudah ketakutan setengah mati.
Ceisya masih berusaha keras membuka pintu dengan bantuan paku itu. Peluh bercucuran ketika otak berkonsentrasi keras bagaimana pintu bisa terbuka."Cring."Bunyi berasal dari paku yang jatuh ke bawah menimbulkan suara. Ceisya sangat panik. Mata langsung menatap ke bawah. Tepatnya paku yang menggelinding keluar melalui celah."Tidak! Jangan!" pekik Ceisya karena benda yang akan menolongnya malah menggelinding keluar melalui celah.Teriakan Ceisya berakhir sia-sia. Benda itu sekarang berada di luar dengan ujung paku yang sedikit menyembul ke dalam.Jari tangan perempuan yang sedang panik berusaha menarik keras agar ujung paku bisa disentuh.Usaha tetap sia-sia. Benda itu semakin menjauh."Bodoh. Bodoh," rutuk Ceisya kepada diri sendiri. Lama-lama air mata itu turun.Mata mengamati ruangan sempit. Sekarang ia bakal bertahan dan sendirian di sini. Ke depannya bakal menjadi sanderaan Ibas. Malang betul nasibnya.Bagaimana dengan Kaivan? Pasti aktor itu sedang kebingungan mencarinya. Setel
"Aku ambil," ucap Ibas setelah berhasil mengambil ponsel dan tas. Laki-laki ini belum paham kalau di dalam sana terdapat uang lumayan banyak.Ponsel itu kembali berdering. Ceisya dan Ibas sama-sama menatap asal bunyi."Sepertinya pacar kamu menginginkan kamu segera datang." Senyum licik Ibas terpancar di wajahnya."Lepaskan. Aku harus pergi."Ceisya bisa menebak kalau Kaivan sangat khawatir sampai harus dua kali menelepon."Jangan harap," jawab Ibas merasa menang. "Kita tunggu saja apa yang akan terjadi dengan pacar kamu di rumah sakit."Ceisya terbelalak. "Jangan apa-apakan dia."Meski Randi hanya sebatas teman, tetapi Ceisya tidak ingin laki-laki itu mendapat kekerasan lagi dari Ibas."Begitu cintanya hah kamu sama dia!" bentak Ibas dengan sangat keras. Disusul dengan tamparan di pipi. Ceisya terjatuh karena Ibas kembali berbuat kasar kepadanya. Tanpa sadar tangan kanan memegang pipi yang terasa sangat perih. Sementara itu Adi yang berada di luar merasa ketar-ketir. Ia sangat paha
"Yakin dengan rencana yang mau kamu lakukan?" tanya seorang pria kepada temannya dengan ragu. Masalahnya ini baru pertama."Ya.""Apa yakin akan berhasil?""Pastinya.""Apa kamu gak takut ditangkap polisi?" Pria yang membantu temannya juga ragu dengan rencana yang sudah menyerempet ke hal kriminalitas."Gak akan."Pria itu menggeleng karena sifat temannya yang keras kepala."Perempuan itu yang membuat gue brutal seperti ini. Jika cara halus tidak bisa buat dapetin dia, maka terpaksa pakai cara kasar.""Kalau misal lo sampai tertangkap polisi, tolong jangan bawa-bawa gue."Ibas mendelik ke arah temannya."Lo percaya sama gue saja." Ibas meyakinkan temannya."Kita tidak hanya akan ketahuan polisi. Tapi juga bos akan marah gara-gara kita bolos.""Tenang saja. Cuma satu hari. Semoga saja kita berhasil."Keduanya lama termenung. "Yakin Perempuan itu di rumah sakit?" Lagi-lagi Pria yang bernama Adi merasa bimbang. Ia tidak tahu mau sampai kapan bertahan di halaman rumah sakit. Sudah dua jam
Kaivan masih membuka tirai untuk memastikan Ceisya pergi dengan aman-aman. Entah mengapa jantung Kaivan mendadak berdetak lebih kencang ketika melihat perubahan Penampilan perempuan itu.'Kenapa aku jadi seperti ini?' batin Kaivan sembari menurut tirai. Kalau Ceisya beneran pergi ke Jawa, pasti semua nanti akan berjalan seperti biasa. Kaivan harus pulang syuting pagi hari dan siangnya harus kembali ke lokasi.Sekarang Kaivan teringat akan satu hal sebelum dirinya terjatuh."Kapan aku bisa istirahat panjang?" Dan sekarang Tuhan mengabulkan entah sampai kapan.Kata-kata Randi sekarang bagai kembali terekam di telinga Kaivan. Ceisyalah yang menjadi penyebab semuanya. Seharusnya Kaivan membenci perempuan itu."Apakah aku harus mengikuti kata-kata Randi untuk membenci Ceisya?" Kaivan bertanya kepada diri sendiri.Kaivan benar-benar seperti harus mengulang yang sudah-sudah. Jika tadi kata-kata Randi, sekarang raut wajah Ceisya yang ketakutan di tepi jembatan sangat membebas di ingatan Kaiv
"Siapa yang menyerang Randi?" tanya Ceisya terbata-bata. Wajah pun tiba-tiba memucat."Entahlah! Aku tidak paham," balas Kaivan bingung. Pertemanan Kaivan dan Randi sudah cukup lama dan Kaivan paham betul siapa teman-teman Randi."Apa kita harus lapor polisi?" saran Ceisya. Siapa tahu kalau orang yang beneran menyerang Randi adalah Ibas maka itu akan sangat menguntungkan Ceisya."Kita belum cukup bukti. Tidak ada rekaman CCTV saat Randi diserang. Kalau tidak kita tunggu Randi sadar untuk menemukan pelakunya."Ceisya mengangguk paham."Bu dhe tolong ambilkan jaket di kamar!"Orang yang dipanggil merasa kaget. "Mas Kaivan mau kemana?""Mau jenguk Randi di rumah sakit."Jawaban itu cukup mengejutkan Ceisya dan Bu dhe. "Tapi kan Mas Kaivan baru pulang dari rumah sakit?" protes wanita itu."Kasihan Randi." Pikiran Kaivan langsung tertuju kepada Randi. Seharusnya Kaivan selalu berada di sisi Randi tidak sadarkan diri. Sama seperti Kemarin-kemarin saat Kaivan di ruang sakit."Sebaiknya jang
Randi merasakan kepalanya sangat sakit. Apalagi sempat merasakan bagian punggungnya ada yang bolak-balik menendang."Bangun! Tidak perlu pura-pura pingsan segala!" gertak orang itu terus menendang Randi yang masih mengumpulkan nyawa.Berhubung suasana petang, tidak ada orang yang melihat. Meski masih area rumah sakit, tetapi Randi tadi membeli buah di toko paling ujung. Dan Randi memarkir mobi di lahan kosong karena jalanan depan toko buah hanya muat untuk satu mobil."Kalau gue bilang bangun ya bangun!" gertak orang tersebut karena sama sekali tidak melihat pergerakan orang yang dihajar.Dengan tenaga kuat, ditariknya kemeja belakang milik Randi. Dibaliknya tubuh tidak berdosa itu menjadi terlentang."Bangun!" teriak Ibas dengan napas tersendat karena berhasil mengeluarkan tenaga untuk membalikkan tubuh laki-laki dewasa.Tangan Ibas sekarang digunakan untuk menampar pipi Randi dengan keras.Randi berusaha membuka mata. Ia merasakan seluruh tubuhnya terasa sakit. Entah bagaimana nasib
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments