Share

Aktor Tampan itu Suamiku
Aktor Tampan itu Suamiku
Author: galuchfema

KEKASIH DUNIA MAYA

"Aku mencintaimu."

Satu kalimat terpampang di layar monitor milik Ceisya. Kedua mata mengerjap secara perlahan. Hatinya melambung tinggi. Andai saja orang yang mengatakan itu ada di hadapan Ceisya, pastinya gadis itu langsung berlari untuk memeluknya secara erat.

Laki-laki pemilik nama Rayanka Yagiz adalah sosok yang selalu menampilkan tubuh yang membelakangi. Satu tahun berkenalan di dunia maya dengan Ceisya selalu saja menampilkan foto seperti itu. Belum pernah memberikan foto pada bagian wajahnya.

Namun, bagi Ceisya itu tidak masalah. Gadis ini merasa jika Rayanka adalah sosok yang dikirim Tuhan untuknya.

"Brak!"

Tanpa permisi, tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan keras. Menyebabkan benda itu menghantam dinding kamar dan membuat pemilik kamar tersentak kaget.

"Astaghfirullahaladzim," ucap Ceisya sembari memegang dada yang sudah berdegup sangat kencang.  Sorot tatapan tajam tertuju kepada Ceisya yang sudah ketakutan setengah mati.

"Masih berhubungan dengan pacar khayalan kamu itu?" seloroh wanita itu dengan nada bicara penuh ketus di setiap katanya.

Tangan Ceisya langsung bergerak cepat menutup benda pipih, tetapi  sengaja tidak menutup sempurna karena layar monitor yang masih menyala. Benda ini harus dipertahankan dikarenakan HP kena sita ibu tirinya gara-gara sering berhubungan dengan Rayanka.

"Ti-dak," balas Ceisya terbata-bata. Didekapnya laptop agar menyatu dengan tubuhnya. Pokoknya tidak boleh ada seorang pun yang mengambil harta satu-satunya ini.

"Jangan bohong!" hardik wanita yang memiliki nama Sentari dengan penuh tidak suka. Kejadian ini tidak hanya sekali, tetapi berulang kali. Bahkan setiap hari. 

"Mau aku sita laptop itu?" ancam ibu tiri yang selalu jahat kepada Ceisya.  Bagi Sentari, gadis ini adalah satu-satunya penghalang untuk menguasai harta ayah dari Ceisya. 

"Jangan," lirih Ceisya sembari menggeleng. "A-ku lagi mengerjakan tugas kuliah."

Mau tidak mau Ceisya harus berbohong kepada ibu tirinya. Padahal sejujurnya Ceisya bukan tipe anak yang tidak suka berbohong.

"Aku tidak suka kamu berbohong!" hardik Sentari merasa tidak suka.

Wanita itu mendekat dengan wajah yang tidak bisa berpaling sedikit pun kepada Ceisya.

Merasa mendapatkan tatapan seperti itu, Ceisya langsung merapatkan punggung menyatu dengan kursi yang sedang diduduki.

"Apa aku harus memaksa membuka laptop agar aku percaya?" Sentari sampai mendekatkan wajahnya kepada Ceisya. Tubuh gadis yang sedang merasa terancam, seketika langsung bergidik ngeri.

Seketika Ceisya langsung menggeleng. "Ja-ngan. Aku tidak berbohong," ucap gadis itu sambil terbata-bata.

"Mau laptop itu aku buang?" Sentari melirik ke arah benda yang sedang dipertahankan Ceisya.

Hubungan Ceisya dengan ibu tirinya memang tidak pernah akur. Wanita itu bisa menjadi iblis jika tidak ada ayah Ceisya, tetapi  seketika akan berubah menjadi bidadari tanpa sayap jika Ramon sudah hadir di dalam rumah.

Awalnya Ceisya ragu mengizinkan ayahnya untuk menikah lagi. Pasalnya sejak melihat pertama kali Sentari, hati Ceisya mengatakan jika wanita itu tidak baik. Dan, semua terbukti setelah pernikahan ayahnya terjadi. Sentari menunjukkan sifat aslinya.

Wajah gadis itu memucat. Laptop dipeluk seerat mungkin. Jangan sampai harta benda satu-satunya berpindah kepada ibu tiri yang tidak menyukai Ceisya dari pertama.

"Jangan! Ini milik aku satu-satunya. Kamu boleh ambil yang lain, tapi jangan ini," ucap Ceisya tidak gentar mempertahankan laptop.

Bagaimana jadinya kalau laptop ini beneran dibanting? Banyak tugas-tugas kuliah yang belum disimpan di flash disk.

"Jauhi pacar khayalan kamu itu!" Perintah yang sudah sering keluar dari bibir Sentari, tetapi sama sekali tidak digubris oleh Ceisya.

"Dia ada. Real. Dia bukan khayalan," ucap Ceisya membela kekasihnya.

"Kamu adalah perempuan bodoh di dunia ini. Perempuan murahan. Pacaran tetapi tidak pernah ketemu sama orangnya," sindir Sentari dengan ucapan yang sangat sinis.

Darah mengalir begitu cepat menuju ke arah otak. Seketika wajah Ceisya langsung memerah karena diberi kata-kata kasar. Ia tidak rela dikatakan murahan.

"Coba buka mata kamu lebar-lebar! Banyak laki-laki di luar sana yang mengaku masih lajang, tetapi nyatanya sudah memiliki pasangan. Siapa tahu pacar kamu seperti itu."

Seketika Ceisya langsung menggeleng. "Tidak. Dia tidak seperti itu." Gadis cantik ini sangat percaya dengan pacar dunia mayanya, meski mereka belum pernah ketemu.

"Masih mau dibohongi dengan janji manis dia?" sindir Sentari kembali dengan nada sinis.

Keduanya sekarang terdiam dengan pikiran masing-masing.

Terlebih untuk Ceisya yang merasa jika omongan ibu tirinya ada benarnya juga.

Rayanka selama ini memberikan banyak janji. Dari akan segera menemui Ceisya. Sampai memberikan janji akan membawa Ceisya menuju pelaminan. Namun, sampai satu tahun ini belum terbukti.

"Baiklah kalau seperti itu. Bawa laki-laki itu ke sini secepatnya. Kalau tidak ..." Sentari melirik ke arah Ceisya.

Sementara itu, Ceisya hanya menarik napas panjang karena tahu kelanjutan dari pembicaraan itu. 

"Menikah dengan pilihan Tante," lanjut Sentari dengan tersenyum licik.

Tubuh Ceisya langsung merapat ke arah dinding. Cobaan semakin hari, semakin berat. Apalagi setelah ayahnya jatuh kepada wanita yang salah.

"Aku tidak mau. Aku masih ingin meneruskan kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan. Aku tidak ingin menikah di usia muda."

Tawa Sentari meledak dengan hebat. Ceisya sampai ngeri melihat isi mulut Sentari.

"Jangan sampai kamu menjadi perawan tua hanya gara-gara menunggu laki-laki yang salah," ucap Sentari sambil menutup pintu kamar dengan keras.

Jika dipikir-pikir, Ceisya lebih baik menjadi perawan tua  dibandingkan harus mendapatkan ibu seperti ini.

"Bagaimana tawaran untuk menikah dengan Ibas?" 

Ceisya sampai bergidik ngeri membayangkan pemuda itu yang pernah ke rumah. Meski laki-laki itu sudah mendapatkan pekerjaan sebagai mandor proyek, tetapi Ceisya tidak pernah tertarik sedikit pun. Lirikan Ibas menunjukkan jika laki-laki itu tidak cukup dengan satu perempuan.

"Sepertinya ayah kamu bakal merestui jika kalian menikah."

Ceisya tidak suka jika ayahnya dibawa-bawa. Andai ayah tahu kelakuan istri barunya, pasti sudah mengakhiri pernikahan yang keduanya.

"Tidak. Aku tidak mau menikah dengan Ibas."

Kedua alis Sentari menyatu. Tujuan menikahkan Ceisya dengan Ibas agar anak gadisnya tidak berada satu atap di rumah ini. "Masih kekeh dengan pacar khayalan kamu itu!"

Sentari sengaja menyenggol jam  di atas meja. Dua baterai kecil sampai terlempar keluar ketika penutup kecil terlepas.

"Bukankah sudah dijelaskan dari awal kalau aku tidak ingin menikah dulu." Ceisya sampai menaikkan nada suara karena jam itu adalah hadiah ulang tahun dari Maya—sahabatnya.

"Sekarang kamu berani bentak Tante!" Sentari merasa tidak terima mendapatkan perlakuan dari anak tirinya.

Ceisya sadar karena telah berlaku tidak sopan meski wanita itu terus menyerang mentalnya habis-habisan.

"Maaf. Aku tidak bermaksud membentak. Intinya saat ini aku belum siap untuk menikah. Masa depan aku masih panjang."

Sentari tidak puas dengan pembelaan Ceisya. "Apa kurangnya Ibas? Dia punya pekerjaan tetap. Dia punya penghasilan. Atau kamu pandang fisik terhadap Ibas?" 

Suara wanita itu tidak kalah tinggi. Untung saja Ramon tidak ada di rumah.

"Saya tidak memandang Ibas sesuai dugaan Tante." Bagi Ceisya, umur Ibas sudah seperti adik almarhumah mamah. Terlalu tua bagi Ceisya.

Ceisya didorong dengan kencang oleh Sentari. Untung saja laptop sudah diam-diam diamankan dalam almari.

Tubuh gadis itu terjerembab di atas pembaringan. Sentari tertawa puas melihat anak tirinya menderita.

Suara derit pintu mengagetkan keduanya. Tubuh tiba-tiba langsung mematung.

"Ayah?" panggil Ceisya karena hatinya merasa tenang saat ayahnya datang. Namun, tidak dengan Sentari yang sudah ketakutan setengah mati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status