"Jadi, kamu sebagai pengajar dipesantren ini?" tanya Ziko setelah Naila meninggalkan mereka berdua. Arisha terdiam, bibirnya tiba tiba saja merekah dari kejauhan ia sudah dapat minat Daffa yang sedang berbaur bersama beberapa santri laki laki. Arisha dengan sigap segera melangkahkan kakinya menghampiri lelaki itu.
"Ibu Arisha ada apa?" tanya Daffa yang merasa heran di datangi secara tiba tiba apalagi Ziko yang mengikutinya dari belakang. Jika seorang wanita menemui lelaki yang bukan muhramnya bersama suaminya berarti ada sesuatu penting yang di sampaikannya. "Pak Daffa ada jam mengajar?" tanya Arisha tersimpu malu. Ziko hanya dapat memandang kelakuan istrinya ini, mungkin saja ada yang diberitahu Arisha pada ustad yang sudah berada dihadapan mereka, ia tidak boleh menaruh curiga pada istrinya. "Jam mengajar saya sudah selesai Bu, Saya hanya sedang memperhati santri santri saja," jawab Daffa tertunduk. Daffa adalah ustad paling muda dan memiliki ketampanan yang lebih dari pengajar lelaki lainya, selain parasnya yang tidak membosankan ketika dipandang, ia juga memiliki sifat yang membuat setiap wanita yang melihatnya akan menaruh hati, tidak terkecuali pada Arisha yang merupakan anak pemilik pesantren ini. "Selamat ya Bu atas pernikahaan semoga pernikahan sampai ajal memisahkan dan kemudian bertemu kembali disurga!" ucap Daffa tulus. Seketika Arisha langsung menatap wajah Ziko yang tampak mengesalkan. Bagaimana bisa ia bertahan dengan seorang lelaki seperti suaminya, pernikahannya belum sampai sehari saja, Ziko sudah memintanya untuk berpisah. "Pak Daffa sudah selesai mengajar?" tanya Arisha berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dan Daffa hanya mengeleng karena pertanyaan yang dilontarkan oleh Arisha sudah dijawabnya sebelumnya. Tampak sekali wanita ini sedang salah tingkah tapi, Daffa berusaha untuk berfikir positif bahwa ini hanya anggapan saja, tidak mungkin Arisha salah tingkah padanya secara gadis ini juga sudah memiliki suami yang tak kalah tampan darinya. Arisha mengerti dengan sikap Daffa ia juga menyadari sikapnya yang dinilai terlalu berlebihan pada pria ini. "Oh iya Bu, Saya tinggal dulu ya, saya harus kepeternakan tadi ada beberapa santri yang melapor kesaya kalau sejumlah bebek ada yang berkaitan dan saya harus mengecek untuk mengetahui apa penyebab kematian peliharaan kita!" "Gatal banget sih kecowok," sindir Ziko yang melihat kearah lain. Arisha yang merasa karena hanya ia dan Ziko yang berada ditempat ini namun, ia tidak dapat menyalahkan ucapan suaminya karena apa yang dikatakan Ziko benar. "Ustadzah!" panggil seorang santriwati yang kini menghampirinta bersama dua orang temanya ceweknya. "Iya Nis, ada apa?" tanya Arisha karena santrinya ini berlari menuju tempatnya pasti ada hal tertentu yang ingin disampaikannya hingga ia terbesar gesa seperti ini. "Cieee Ustadzah, suaminya ganteng banget, selamat ya Ustadzah, maaf Ustadzah Nisa and gang ngk bisa datang karena kita pas pernikahan Ustadzah kita dihukum sama ustad Daffa," aduh Nisha dengan hembusan nafasnya yang masih belum teratur. "Dihukum ustad Daffa? Kenapa kok bisa dihukum?" tanya Arisha penasaraan ketika mendengar nama lelaki yang dikaguminya disebut oleh anak didiknya. "Nisha semalam ketahuan cabut dari pesantren Ustadzah padahal semalam itu kita cabut karena beliin pembalut buat Naomy tapi ustad Daffa ngk percaya katanya kita terlalu sering buat alasan terus kata ustad Daffa juga kenapa ngk izin dulu? gitu Ustadzah kita di marahi marahi sama ustad Daffa." Aduh gadis dengan polos dan seketika tatapan Arisha berubaha pada mereka yang tadinya penuh tanya kini memasang wajah jeruknya. Mendengar ucapan polos sahabatnya Yunita langsung menyenggol lengan Nisha, Bukanya memberhentikan ucapanya Nisha malah semakin melanjutkan ucapanya. "Ustadzah ngk nyalahin ustad Daffa salah kalian sendiri," ucap Arisha yang langsung membalikan tubuhnya membelakangi santrinya dan siap meninggalkan mereka sedangkan Ziko hanya mengikuti langkah Arisha. "Suami ustadzah ganteng banget!" teriak Naomi kegirangan dan memasang wajah gemasnya. Arisha memutarkan tubuhnya dan menatap tajam kearaj mereka dari tempatnya yang sudah cukup jauh karena suara Naomi yang sangat keras ia masuh dapat mendengarnya dengan jelas. "Anak ustad Henri yang terkenal paham agama ehhh tau taunya nikah karena terciduk, mana bajunya sampai robek gitu lagi pasti sudah melakukan hal hal yang aneh dan ngk lama lagi pasti bakal terdengar kabar kalau si Arisha itu sudah hamil, ya iyalah secarakan melakukan sebelum pernikahaan dan mungkin juga ini bukan yang pertama kalinya mereka melakukan apalagikan ustadzah Arisha sering kekota buat beli perlengkapan pondok, lihat saja suaminya orang kota tampan, cewek mana yang dapat menolak pesonanya jadi, kalau diajak berbuat mesum seperti itu mana bisa Arisha menolaknya." Air mata Arisha kembali menetes, ternyata kabar pernikahaanya sudah terdengar di seluruh kampung ini walau pun di selenggarakan secara sederhana dan hanya mengundang tamu tamu penting saja. Namanya sudah tidak sebersih dahulu. Mereka hanya beramsumsi dengan apa yang mereka lihat bukan dengan cerita sebenarnya. Langkahnya terhenti ditempat bukanya hanya santrinya saja yang menceritainya ternyata seluruh penduduk kampung ini sedang membicarakan dirinya. "Yang terlihat baik belum tentu beneran baik malah yang terlihat seperti sopan justru, sering menlengset dari kodratnya sebagai wanita!" ujar ibunya satu lagi pula. Ziko sebagai lelaki yang memiliki hati tentunya merasakan apa yang dirasakan Arisha walau ia tidak mencintai gadis yang dinikahinya, ia juga tidak terima jika Arisha dicap seperti itu karena ia juga tidak menodai Arisha, semua terjadi begitu saja tampa ada satu orang pun yang mau mendengarkan ceritanya. Ziko berniat menghampiri ibu ibu yang tengah menceritai istrinya dengan amarah yang mulai merasuki dirinya tapi, Arisha segera mengcengkal lengan pria itu agar Ziko tidak melanjutkan langkahnya dan segera kembali kepesantren saja. Arisha sengaja mengajak Ziko keluar dari pesantren agar suaminya lebih mengenal sekitaran tempat tinggalnya namun, diluar ekspetasinya ia malah mendapat cemohan dari orang orang yang berada ditempat ini. Tak ingin merasakan sakit hati yang lebih mendalam lagi karena ucapan ucapan tidak benar yang di lontarkan padanya. Arusha mengajak Ziko agar kembali kerumahnya dan Ziko yang menyanggupinya. Sesampainya di dalam rumah Arisha langsung masuk kedalam kamarnya sedangkan Ziko ikut bergabung bersama papa dan mertuanya yang masih berada di ruangan yang sama seperti yang di temuinya sebelumnya. "Ziko, Arisha kenapa?" bisik Rusdi pada Ziko yang duduk di sebelah kirinya. Ia merasa tak enak hati pada Henry karena Arisha masuk kerumah dan berlari menuju kamarnya dalam keadaan menangis walau pun Arisha sudah menutupnya dengan telapak tanganya namun, hal itu masih dapat di lihat oleh Rusdi dan Henry. "Pasti Ziko berulah lagi!" gumam Liora yang sudah berpikiran buruk tentang anak putranya itu. Ia langsung menatap Ziko dengan tajam, baru beberapa jam saja Ziko menjadi seorang suami ia sudah membuat istrinya menangis di hadapan mertuanya. "Ada apa dengan Arisha, Ziko?" tanya Henry. "Tad ... tadi itu ...!" Zinida yang baru saja keluar dari dapur dan ingin menghampiri keempatnya langsung menatap Ziko dengan tajam. Pasti lelaki ini sudah berubah makanya putrinya menangis seperti ini.Zinida mengurungkan niatnya untuk bergabung dan ia memutuskan untuk menemui Arisha di kamarnya dan menanyakan kondisi putri kesayangan. "Umi!" isak Arisha yang langsung merentangkan kedua tanganya dan siap memeluk wanita yang masih berada di daun pintu. "Kamu kenapa Sayang?" tanya Zinida yang langsung memeluk gadis itu dengan penuh kasih sayang setidaknya dapat meredakan tangisan putri kecilnya yang di paksa dewasa seperti ini. "Arisha belum siap menikah Umi, mental Arisha masih sangat lemah!" aduh Arisha. Zinida semakin yakin kalau menantunya itu sudah berbuat yang tidak baik pada anaknya hingga Arisha terisak seperti ini. Entah apa pun yang sudah di lalukannya tidak akan mendapat dukungan darinya jika melukai hati seorang anak yang terlahir dari rahimnya. "Kamu kenapa Risha? Wajar dalam pernikahan iya terjadi permasalahan apalagi pernikahana kalian baru hitungan jam. Kalian belum saling mengenal makanya, jika saat ini masih sering terjadi kesalah pahaman itu hal wajar. Ka
Pagi berlalu, siang pun menghilang. Ziko dan Arisha kini berada di dalam kamar. Arisha baru saja selesai dengan kegiatan membaca al-qur'an sedangkan Ziko hanya memainkan ponselnya. Sebelum sholat Arisha sudah mengajak suaminya untuk melaksanakan solat bersamaan tapi Ziko menolaknya dengan alasan manusia apakah umumnya yaitu malas. Arisha hanya menatap suaminya dengan malas. Mimpi apa ia harus memiliki suami seperti Ziko yang ibadah saja tidak mau. Bagaimana akan membimbing jika ia sendiri tidak bisa membina dirinya sendiri. Di bukanya mukenanya dari kepalanya dan di gantungkanya mukena itu di raknya. Di bukanya sedikit gorden jendela kamarnya karena udara di dalam terasa sangat panas. Dari balik jendela Arisha melihat ustad Daffa yang sedang melakukan perbincangan dengan beberapa santri. Selain wajahnya yang tampan ia juga memiliki kedekatan yang dengan siswanya. Ziko meletakan ponsel yang di pegangnya, ia menyadari jika istrinya sedang memperhatikan seseorang dari kejauhan. Deng
"Mumpung ini hari sabtu Ris, ajak gih sekalian suami kamu senam bareng santri lagi sekalian pendekatan sama mereka, biar yang masak Umi sama mama kamu saja!" ucap Zinida dan hanya di iyakan oleh Arisha. Arisha menarik nafasnya malas memandang suaminya yang tertidur sangat berantakan. Mertuanya memintanya untuk membimbing suaminya tentang agama sedangkan ia saja baru belajar agama, lalu bagaimana caranya ia mengajarkannya pada Ziko, untungnya saja beberapa bulan belakangan ini ia pernah belajar agama setidaknya ia sedikit mengerti tentang solat dan kewajibanya menutup aurat. Di goyangkannya tubuh Ziko dengan pelan dan tepuknya wajah suaminya dengan lembut. Ia sangat takut untuk membangunkan Ziko dengan cara keras walau ia sudah mendapat izin dari mertuanya ia tetap saja ia merasa tidak enak pada suaminya. "Mas!" Ziko malah menarik tangan Arisha dan membawanya kedalam pelukanya. Sontak Arisha kaget mendapat perlakuan seperti ini. Ia yang sebelumnya tidak pernah di peluk lelaki sepe
Di depan rumah Arisha tampak gelisah, ia masih memikirkan kata kata yang leuar dari mulutnya. Ia harus lebih dapat mengontrol setiap kata yang keluar jika, tidak ingin menyamaranya di ketahui orang lain termasuk Ziko. Dari tempatnya Arisha sudah dapat melihat suaminya yang hendak menghampirinya, di pasangnya wajah tenangnya agar Ziko tidak menaruh curiga padanya. "Dimana senamnya?" tanya Ziko tanpa menoleh dan menghentikan langkahnya pada istrinya justru, ia malah melalui Arisha begitu saja. Seakan akan ia tidak melihat kehadiran gadis itu. "Mari Mas, saya tunjukan!" ajak Arisha. Keduanya kini sudah berada di lapangan pesantren. Mereka menghampiri tempat kaum santri dan di sana juga sudah terdapat ustad Daffa yang siap menjadi pemimpin senam. Tampa aba aba Arisha segera menghampiri lelaki itu setelah membenarkan jilbabnya yang sedikit miring. Ziko hanya dapat menarik nafasnya dan mengikuti langkah istrinya. "Pak ustad sudah siap?" tanya Arisha dengan nada terlembut yang di puny
"Arisha!" wanita yang menyandang nama Arisha itu segera membalikan tubuhnya dan menatap seorang wanita yang baru saja menghampirinya. Ia menarik nafasnya panjang dan menghembuskanya perlahan ternyata wanita ini belum berubah. Ia duduk dengan gaya premanya di atas meja yang terdapat tumpukan sayur segar berwarna hijau. Wanita itu terlihat melepas hijab di kepalanya. "Gimana pernikahaan mu?" tanya Arisha. "Iya gitu gue capek. Gitu amat sih suami lho!" ujar wanita itu seraya mencomot timun yang terletak tak jauh darinya dan memakanya dengan lahap. "Besok senin kamu harus puasa kalau tidak abi akan curiga!" ucap Arisha. "Ris, suami lho itu ganteng lho walau pun nyebelin, lho kenapa sih malah kabur dari perjodohan ini. Terlepas dari sifat suami lho yang nyebelin, dia tuh ganteng, tajir lagi, apa sih yang kurang dari dia sampe lho ngk mau nikah sama dia. Kayaknya di juga lagi jomblo nikah sama lho terus kenapa lho kabur kaburan gini. Kalau ginikan gue juga yang repot. Mertua lho juga
Selepas keluar dari pasar Kiara yang menyamar sebagai Arisha di keluarga Henry kini harus kembali kepesantren untuk menemuinya keluarga Arisha agar tak seorang pun yang mengetahui rahasia yang sedang mereka sembunyikan. Melihat perjalananya yang masih jauh dengan pesantren, Kiara masih mengunakan gaya berjalan preman sembari mengunyah lalapan di mulutnya. Sungguh tidak mencerminkan ajaran seorang ustad dan kakinya yang menendang kerikil kerikil kecil yang menghalangi jalanya. Brughhhhh Tak sengaja kaki Kiara menendang botol minuman air mineral hingga terjun jauh dari tempatnya dan sialmya botol itu mengenai kepala seorang lelaki botak dengan penampilan acak acakan dengan kaos hitam pudar dan celana jeans yang robek dari bagian lutut hingga kemata kaki yang dari segi penampilanya dapat Kiara duga bahwa lelaki itu adalah seorang preman. Bukan orang yang lari dari tanggung jawab Kiara segera menghampiri orang itu untuk meminta maaf dan ternyata benar saja, ketika jarak mereka sudah san
Kini hanya ada kecanggungan diantara keduanya. Timun berhasil dimasukan Kiara kembali kedalam keranjangnya. Setelah kejadian tadi, Kiara membelakangi tubuhnya dengan Ziko, jujur ia sangat takut untuk mentap wajah suaminya. Ziko hanha tetap ditempatnya. Istrinya terlalu lebay, pikirnya, tapi yasudahlah, mungkin karena dia besar dari lingkungan pesantren dan sangat jarang berhadapan dengan lawan jenisnya hingga seperti ini. "Kenapa kamu memanjat pagar seperti itu?" tanya Ziko memecahkan keheningan diantara mereka dengan nada bucara yang sangat datar. Kiara menperhatikan sekitarnya, masih tidak ada orang, hanya mereka berdua yang berada di tempat ini. Syukurlah tidak ada yang mengetahui perbuataannya kecuali orang ini. "Saya habis belanja dari pasar dan saya ingin masuk tapi gerbang tertutup makanya, saja memanjat gerbang, saya juga tidak ingin menunggu terlalu lama!" jujur Kiara. Ziko hanya memutar bola matanya malas mendengar jawaban Kiara. "Kamu tidak sholat, Mas?" tanya Kiara. Mat
"Hai Bro!" sapa Ziko pada Daffa dengan menyenggol bahu lelaki yang sedang berada di peternakan pesantren. Daffa melemparkan seuntai senyum pada orang yang baru saja menghampirinya, diletakan makanan ayam yang di pegangnya dan siap menjabat tangan Ziko namun, niat baik Daffa hanya di tatap sekilas oleh Ziko dan membuang arah pandanganya dari lelaki yang berdiri tepat di hadapanya. Daffa menyadari hal itu, ia juga segera menepis tanganya. "Cari siapa Pak?" tanya Daffa dengan sangat sopan dan membungkukan sedikit tubuhnya. Ziko semakin di buat angkuh dengan sikap Daffa seperti itu. "Sudah berapa lama lho kerja disini?" tanya Ziko angkuh. Pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah di dapat Daffa bahdan selama ini, ia menjadi ustad favorite cowok mau pun cewek, ia juga orang kepercayaan ustad Henry dan kini pertanyaan seperti ini muncul padanya. Daffa yang memiliki sifat sabar masih tenag dengan perlakuan Ziko yang kurang sopan. "Saya Sma sudah di pondok pesantren ini Pak!" "Berapa gaj