Share

4. Ustad Daffa

"Jadi, kamu sebagai pengajar dipesantren ini?" tanya Ziko setelah Naila meninggalkan mereka berdua. Arisha terdiam, bibirnya tiba tiba saja merekah dari kejauhan ia sudah dapat minat Daffa yang sedang berbaur bersama beberapa santri laki laki. Arisha dengan sigap segera melangkahkan kakinya menghampiri lelaki itu.

"Ibu Arisha ada apa?" tanya Daffa yang merasa heran di datangi secara tiba tiba apalagi Ziko yang mengikutinya dari belakang. Jika seorang wanita menemui lelaki yang bukan muhramnya bersama suaminya berarti ada sesuatu penting yang di sampaikannya.

"Pak Daffa ada jam mengajar?" tanya Arisha tersimpu malu. Ziko hanya dapat memandang kelakuan istrinya ini, mungkin saja ada yang diberitahu Arisha pada ustad yang sudah berada dihadapan mereka, ia tidak boleh menaruh curiga pada istrinya.

"Jam mengajar saya sudah selesai Bu, Saya hanya sedang memperhati santri santri saja," jawab Daffa tertunduk.

Daffa adalah ustad paling muda dan memiliki ketampanan yang lebih dari  pengajar lelaki lainya, selain parasnya yang tidak membosankan ketika dipandang, ia juga memiliki sifat yang membuat setiap wanita yang melihatnya akan menaruh hati, tidak terkecuali pada Arisha yang merupakan anak pemilik pesantren ini.

"Selamat ya Bu atas pernikahaan semoga pernikahan sampai ajal memisahkan dan kemudian bertemu kembali disurga!" ucap Daffa tulus. Seketika Arisha langsung menatap wajah Ziko yang tampak mengesalkan. Bagaimana bisa ia bertahan dengan seorang lelaki seperti suaminya, pernikahannya belum sampai sehari saja, Ziko sudah memintanya untuk berpisah.

"Pak Daffa sudah selesai mengajar?" tanya Arisha berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dan Daffa hanya mengeleng karena pertanyaan yang dilontarkan oleh Arisha sudah dijawabnya sebelumnya. Tampak sekali wanita ini sedang salah tingkah tapi, Daffa berusaha untuk berfikir positif bahwa ini hanya anggapan saja, tidak mungkin Arisha salah tingkah padanya secara gadis ini juga sudah memiliki suami yang tak kalah tampan darinya.

Arisha mengerti dengan sikap Daffa ia juga menyadari sikapnya yang dinilai terlalu berlebihan pada pria ini.

"Oh iya Bu, Saya tinggal dulu ya, saya harus kepeternakan tadi ada beberapa santri yang melapor kesaya kalau sejumlah bebek ada yang berkaitan dan  saya harus mengecek untuk mengetahui apa penyebab kematian peliharaan kita!"

"Gatal banget sih kecowok," sindir Ziko yang melihat kearah lain. Arisha yang merasa karena hanya ia dan Ziko yang berada ditempat ini namun, ia tidak dapat menyalahkan ucapan suaminya karena apa yang dikatakan Ziko benar.

"Ustadzah!" panggil seorang santriwati yang kini menghampirinta bersama dua orang temanya ceweknya.

"Iya Nis, ada apa?" tanya Arisha karena santrinya ini berlari menuju tempatnya pasti ada hal tertentu yang ingin disampaikannya hingga ia terbesar gesa seperti ini.

"Cieee Ustadzah, suaminya ganteng banget, selamat ya Ustadzah, maaf Ustadzah Nisa and gang ngk bisa datang karena kita pas pernikahan Ustadzah kita dihukum sama ustad Daffa," aduh Nisha dengan hembusan nafasnya yang masih belum teratur.

"Dihukum ustad Daffa? Kenapa kok bisa dihukum?" tanya Arisha penasaraan ketika mendengar nama lelaki yang dikaguminya disebut oleh anak didiknya.

"Nisha semalam ketahuan cabut dari pesantren Ustadzah padahal semalam itu kita cabut karena beliin pembalut buat Naomy tapi ustad Daffa ngk percaya katanya kita terlalu sering buat alasan terus kata ustad Daffa juga kenapa ngk izin dulu? gitu Ustadzah kita di marahi marahi sama ustad Daffa." Aduh gadis dengan polos dan seketika tatapan Arisha berubaha pada mereka yang tadinya penuh tanya kini memasang wajah jeruknya. Mendengar ucapan polos sahabatnya Yunita langsung menyenggol lengan Nisha, Bukanya memberhentikan ucapanya Nisha malah semakin melanjutkan ucapanya.

"Ustadzah ngk nyalahin ustad Daffa salah kalian sendiri," ucap Arisha yang langsung membalikan tubuhnya membelakangi santrinya dan siap meninggalkan mereka sedangkan Ziko hanya mengikuti langkah Arisha.

"Suami ustadzah ganteng banget!" teriak Naomi kegirangan dan memasang wajah gemasnya. Arisha memutarkan tubuhnya dan menatap tajam kearaj mereka dari tempatnya yang sudah cukup jauh karena suara Naomi yang sangat keras ia masuh dapat mendengarnya dengan jelas.

"Anak ustad Henri yang terkenal paham agama ehhh tau taunya nikah karena terciduk, mana bajunya sampai robek gitu lagi pasti sudah melakukan hal hal yang aneh dan ngk lama lagi pasti bakal terdengar kabar kalau si Arisha itu sudah hamil, ya iyalah secarakan melakukan sebelum pernikahaan dan mungkin juga ini bukan yang pertama kalinya mereka melakukan apalagikan ustadzah Arisha sering kekota buat beli perlengkapan pondok, lihat saja suaminya orang kota tampan, cewek mana yang dapat menolak pesonanya jadi, kalau diajak berbuat mesum seperti itu mana bisa Arisha menolaknya."

Air mata Arisha kembali menetes, ternyata kabar pernikahaanya sudah terdengar di seluruh kampung ini walau pun di selenggarakan secara sederhana dan hanya mengundang tamu tamu penting saja. Namanya sudah tidak sebersih dahulu. Mereka hanya beramsumsi dengan apa yang mereka lihat bukan dengan cerita sebenarnya. Langkahnya terhenti ditempat bukanya hanya santrinya saja yang menceritainya ternyata seluruh penduduk kampung ini sedang membicarakan dirinya.

"Yang terlihat baik belum tentu beneran baik malah yang terlihat seperti sopan justru, sering menlengset dari kodratnya sebagai wanita!" ujar ibunya satu lagi pula.

Ziko sebagai lelaki yang memiliki hati tentunya merasakan apa yang dirasakan Arisha walau ia tidak mencintai gadis yang dinikahinya, ia juga tidak terima jika Arisha dicap seperti itu karena ia juga tidak menodai Arisha, semua terjadi begitu saja tampa ada satu orang pun yang mau mendengarkan ceritanya.

Ziko berniat menghampiri ibu ibu yang tengah menceritai istrinya dengan amarah yang mulai merasuki dirinya tapi, Arisha segera mengcengkal lengan pria itu agar Ziko tidak melanjutkan langkahnya dan segera kembali kepesantren saja.

Arisha sengaja mengajak Ziko keluar dari pesantren agar suaminya lebih mengenal sekitaran tempat tinggalnya namun, diluar ekspetasinya ia malah mendapat cemohan dari orang orang yang berada ditempat ini.

Tak ingin merasakan sakit hati yang lebih mendalam lagi karena ucapan ucapan tidak benar yang di lontarkan padanya. Arusha mengajak Ziko agar kembali kerumahnya dan Ziko yang menyanggupinya.

Sesampainya di dalam rumah Arisha langsung masuk kedalam kamarnya sedangkan Ziko ikut bergabung bersama papa dan mertuanya yang masih berada di ruangan yang sama seperti yang di temuinya sebelumnya.

"Ziko, Arisha kenapa?" bisik Rusdi pada Ziko yang duduk di sebelah kirinya. Ia merasa tak enak hati pada Henry karena Arisha masuk kerumah dan berlari menuju kamarnya dalam keadaan menangis walau pun Arisha sudah menutupnya dengan telapak tanganya namun, hal itu masih dapat di lihat oleh Rusdi dan Henry.

"Pasti Ziko berulah lagi!" gumam Liora yang sudah berpikiran buruk tentang anak putranya itu. Ia langsung menatap Ziko dengan tajam, baru beberapa jam saja Ziko menjadi seorang suami ia sudah membuat istrinya menangis di hadapan mertuanya.

"Ada apa dengan Arisha, Ziko?" tanya Henry.

"Tad ... tadi itu ...!" Zinida yang baru saja keluar dari dapur dan ingin menghampiri keempatnya langsung menatap Ziko dengan tajam. Pasti lelaki ini sudah berubah makanya putrinya menangis seperti ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status