‘‘Heh. Ternyata kau sudah bangun, Penghianat!’’Anita mengerutkan kening bingung kala mendengar suara pria yang agaknya sedang berbicara padanya. Matanya perlahan terbuka karena penasaran. Tetapi ia hanya menemukan kegelapan di depannya.‘‘Siapa kamu?’’ Anita mencoba berbicara pada seseorang yang tidak tau entah berada di mana itu. Meski perasaannya tidak enak, dan ketakutan mulai mengisi ruang hatinya.Sedetik, dua detik, tiga detik.Anita tidak kunjung menemukan jawaban. Hingga terdengar suara derap langkah kaki seseorang yang menggunakan sepatu. Persekian detik, suara itu semakin mendekat, dan membuat Anita penasaran. Sebenarnya, dia ada di mana dan kenapa bisa ada di sini.Saat mulai melihat tubuh seorang pria berjas hitam dalam jarak pandangnya, Anita semakin penasaran. Cahaya redup hanya menyorotinya dari atas.‘‘Sia–siapa kamu?’’ tanya Anita memasang mode siaga. Tangan, kaki, dan lehernya diikat. Saat ini dia dalam posisi berdiri.‘‘Kamu tanya aku siapa?’’ terdengar suara berbic
‘‘Salahmu hanya satu, kau lari dari pernikahan bersama kekasih badebahmu itu!’’ kata Samuel yang sedaritadi memperhatikan perempuan yang sudah direngut keperawanannya itu.Anita mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Lagi-lagi dia melihat pria jahat yang tidak hanya menyakitinya, tapi juga memperkosanya.‘‘Sebenarnya siapa kamu? Kenapa menyakitiku!?’’ tanya Anita dengan suara meninggi.‘‘Heh! Kau selalu menanyakan hal yang sama,’’ ucap Samuel mendekat. Ia mencengkram bahu Anita dan kembali melakukan penyatuan bibir yang sangat menyakitkan. Sekuat tenaga Anita melepaskan tautan bibir itu. Tapi tenaga Samuel sangatlah besar.‘‘Mungkin kau sudah lupa semuanya setelah kecelakaan itu. Jadi, aku akan memperkenalkan diriku. Aku adalah Samuel Ravelio, kekasihmu yang sangat mencintaimu,’’ ucap Samuel setelah melepaskan tautan bibir mereka.Anita terdiam. Ia menolak kenyataan kalau dia lupa ingatan. Jelas-jelas Anita ingat siapa dirinya. Anita tau siapa teman-temannya dan Samuel bukan ke
Suara teriakan frustrasi Anita mendatangkan kembali dua pelayan yang baru saja pergi dari kamar itu.‘‘Nona Anna?’’‘‘ Nona Anna kenapa?’’ Dua pelayan bernama Erli dan Naila itu tampak panik, keduanya memeriksa tubuh Anita semampunya, melihat apakah ada luka, tapi mereka tidak ditemukan sedikitpun.‘‘Apa baru saja ada orang lain yang datang kemari dan mengganggu Nona?’’ tanya Nai kebingungan. Begitu juga dengan Erli, yang dalam hatinya juga bertanya hal sama.Anita bungkam. Dia memilih untuk tidak menjawab, perempuan itu menunduk, terus saja menatap ke bawah. Sekarang, Anita merasa sendiri. Ia merasa tidak memiliki teman yang minimal memercayainya kalau Anita bukan Anna seperti yang dibicarakan beberapa orang yang ditemuinya.‘‘Sepertinya Kami harus memanggil tuan Sa–’’‘‘Pergi kalian dari sini!’’ usir Anita setengah berteriak. Kali ini pikirannya sangat kacau.Tanpa menunggu lama dua pelayan itu pergi. Lagi-lagi Mereka meninggalkan Anita seorang diri. Anita memijat kepalanya yang pus
***Samuel kini ada di ruang kerjanya. Dia ada di perusahaan Ravelio, perusahaan besar yang memproduksi berbagai makanan dan minuman terbesar di negara ini. Mood yang baik, membuat Samuel yang selalu dingin kini tanpa sungkan memperlihatkan senyum. Bawahan, dan semua orang yang bertemu dengannya merasa semangat, semangat untuk bekerja apalagi cukup jarang juga Samuel seperti ini. Apalagi, setelah hilangnya Anna, istri Samuel, lelaki itu hampir gila selama sebulan.Di sisi lain, ada Jeffrey, sekretaris Samuel yang terus merasa bersalah karena tindak gilanya membuat seseorang menderita.Hampir sebulan Samuel sangat marah dan menyebabkan banyak pertemuan penting menyangkut perusahaan diabaikan hingga perusahaan goyah.Semua disebabkan hilangnya Anna yang diketahui telah pergi bersama kekasihnya sehari setelah pernikahan.Jeff disuruh mencari tahu kemana Anna, tapi sudah sebulan kurang Jeff tidak dapat menemukannya. Padahal, cukup banyak mata-mata yang mengincar keberadaan Anna, tapi sem
Samuel terdiam sebentar. Berpikir sejenak sebelum akhirnya dia kembali berbicara, ‘‘Kalau menurutku, itu cukup sepadan. Apalagi dia sudah membuat aku depresi selama sebulan lebih.’’‘Tapi dia bukan Istri Anda tuan muda!’ Ingin sekali Jeff mengatakan kenyataan sebenarnya. Tapi dia tidak memiliki keberanian. Ada banyak pertimbangan dalam hatinya jika dia jujur. Termasuk, Samuel yang kecewa akan mencobloskannya ke penjara atau mungkin, akan membunuhnya.‘‘Memangnya, menurutmu apa hukuman yang sepadan untuknya?’’ Samuel yang memiliki mood baik kembali bertanya.‘‘E–’’ Jeff yang melamun, kembali sadar karena Samuel sudah bicara. Namun, Dia tidak terlalu mendengar jelas pertanyaan pria di sampingnya itu.‘‘Anna adalah istriku, Jeff. Melakukan apapun sesukaku, sepertinya bukan masalah,’’ lanjut Samuel.Jeff meremas tangannya. Ketakutan dan rasa bersalah membuatnya tidak memiliki pikiran jernih saat ini.Samuel melihat Jeff ‘‘Kenapa kamu diam? Kurasa, kau yang mengajakku bicara.’’Jeff menarik
Entah sudah berapa tetes air mata dikeluarkannya selama di tempat ini. Hingga terbesit sesuatu dalam benaknya. ‘‘Apa jangan-jangan, aku sudah mati?!’’ Namun ingatan Anita mengatakan, ‘‘Bukankah orang mati tidak memiliki rasa sakit?’’ Untuk itu, Anita tidak jadi berpikir dia sudah mati, ‘‘Orang mati 'kan tidak bernafas atau …, apakah ini semacam hukuman?!’’ pikir Anita kala membayangkan betapa buruknya pria itu memperlakukannya. Ia merasa putus asa tinggal di sini. Tapi untuk ketiga kalinya, perempuan itu kembali menyangkal, ‘‘Dalam pelajaran Agama tidak pernah diberitakan ada hukuman seaneh ini. Aku pasti masih hidup, itu artinya aku hanya sial, dibawa orang ke kandang macan untuk dijadikan budak di atas ranjang olehnya.’’Anita pernah mendengar tentang budak di atas ranjang, dia yang tidak sedikitpun berpikir hal itu akan terjadi padanya, pernah menertawakan cerita teman ‘sesadnya’ yang selalu berbicara tentang hal ekstrem berbau hubungan ranjang. Tapi sekarang Anita tahu betapa terke
‘‘Bibirmu terlalu manis,’’ kata Samuel tanpa sadar saat dia sudah melepas ciumannya. Anita yang masih di pangkuan Samuel kesal, lagi-lagi dirinya dipermainkan. Namun membantah hanya membuatnya berakhir disetubuhi hingga tak sadarkan diri.Samuel yang sadar dia telah mengungkapkan isi hatinya terpaksa menurunkan Anita dan menyuruhnya kembali mengerjakan tugas yang diberikannya.‘‘Buatkan aku makanan,’’ titah Samuel dengan dingin.Anita menyanggupi kata Samuel. Tanpa menunggu lama piring berisi makanan itu sudah ada di hadapan Samuel.‘‘Aku tidak suka ini.’’‘‘Eh?’’ Anita menatap Samuel dengan aneh, ‘‘Kenapa?’’ tanya Anita penasaran. ‘‘Kapan kau suka mencampur semua makanan jadi satu?!’’ Samuel tampak marah.Sontak Anita terdiam, dia bingung mau jawab apa. Tapi satu hal yang pasti, dia bukan Anna. Tentu saja dia tidak tahu kebiasaan pria yang bahkan tidak pernah ditemuinya itu.‘‘Maaf.’’ Anita mengambil piring Samuel dan menggantinya dengan piring miliknya yan
Untung Anita bukan tripikal orang yang suka mengumpat bahkan bersikap tak terpuji seperti melempar apapun yang ada di tangannya jika terkejut. Tubuh Anita hanya bergetar sebentar dan Anita menarik hembuskan nafas teratur untuk mengembalikan fokusnya.‘‘Setengah jam lagi,’’ jawab Anita dengan suara teramat lembut.‘‘Tapi aku sudah lapar.’’‘Kenapa tidak kamu makan saja apa yang ada di atas meja?!’ batin Anita kesal.‘‘Kamu tunggu lah sebentar lagi. Semua bumbunya belum matang ini. Apa kamu mau makan ayam setengah matang? Tidak 'kan?’’ Samuel menggeleng dari belakang. Dia mulai menjahili Anita dengan mengecup pipi Anita dan perlakuan itu turun hingga ke leher. Sebuah gigitan kecil ditolehkan pada leher Anita yang penuh keringat. Anita sendiri tentu risih.‘‘Apa kamu tidak aneh menggigit leherku seperti itu? Aku lagi keringatan loh,’’ peringatan keras Anita yang tidak ingin Samuel mengganggunya. Untung saja masakan di depannya dimasak dengan direbus, bukan goreng. Kalau tidak, Anita tid