Share

Bab 6

Seperti melihat sosok maling, spontan aku menutup kembali pintu dengan sekuat tenaga yang tersisa setelah mengetahui tamu yang tak kuundang berdiri di depan rumah. Namun sayang, pintu tak sempat tertutup karena dia refleks mendorong pintu dengan kuat dan cepat. Serasa sia-sia, tenaga yang kukeluarkan tak sebanding dengan tenaganya, sehingga pintu terbuka kembali.

"Key, tolong jangan usir aku. Biarkan aku menjelaskan semuanya." Tamu itu tak lain adalah Bastian.

"Beraninya kamu menginjak rumahku, kamu nggak takut ketahuan suamiku kalau kamu datang menemuiku."

Kupasang wajah jutek dan tatapan tak suka, berharap dia segera pergi dari sini. Aku khawatir Mas Ikbal tiba-tiba pulang dan melihat kedatangannya di sini. Apa yang akan aku jelaskan tentangnya? Apa aku akan mengaku, Bastian adalah mantanku?

"Suamimu nggak ada di rumah, kan?" Dengan enteng dia mengatakan hal benar itu.

Bagaimana dia tahu kalau suamiku sedang keluar dan tidak di rumah? Apa dia sudah memata-mataiku di sekitar rumahku sejak pagi tadi?

"Untuk apa kamu datang ke sini?" ketusku dengan nada sedikit keras tanpa menoleh. Pandanganku menerawang di jalan raya depan rumah.

"Kamu nggak membiarkan aku masuk? Duduk dan minum teh dulu, mungkin?" Lalu, dia melangkah masuk tanpa sungkan.

Heran, entah kenapa aku membiarkan dia masuk begitu saja. Tanpa kupersilakan, dia pun duduk di sofa dengan santai sambil mengedarkan pandangan di sekeliling rumah. Gita yang dari tadi bersembunyi di belakangku, kini berani memunculkan diri setelah melihat Bastian duduk.

"Semalam Gita mimpi pangelan, gantengnya seperti Om ini." Gita berjalan mendekatinya.

Aku hampir tak percaya mendengar ucapan Gita dan bocah itu berjalan mendekati Bastian. Mimpi? Apakah dia sedang berbohong? Namun, bagaimana mungkin bocah tiga tahun sudah bisa mengada-ngada sebuah peristiwa?

"Oh, ya?" Bastian menyahut dan memegang pucuk kepalanya dengan lembut.

Gita mengangguk dan naik ke sofa, lalu duduk di pangkuannya. Anak itu juga mengalungkan lengan ke leher, memeluk dan menyandarkan kepala ke da d4 Bastian dan pria itu membalas pelukannya.

Kaget melihat pemandangan antara Gita dan Bastian yang menurutku sedikit rancu. Dia bukan anak yang mudah akrab dengan orang yang baru dikenal. Apalagi bocah itu baru dua kali bertemu dengan Bastian setelah kemarin di acara itu. Namun, aku menangkap tatapan Gita terhadap Bastian tadi, seolah-olah dia sangat mengenali Bastian.

Anakku sering melakukan pelukan terhadap Mas Ikbal, menurutku wajar karena hubungan mereka ayah dan anak. Namun, apa yang dilakukan Gita terhadap Bastian, kok, aku merasa sedikit janggal? Seperti kena pelet, Gita bisa langsung pepet kepadanya.

"Gita, sini, Sayang." Aku berharap dia tidak terlalu dekat secara fisik dengan Bastian.

Dia malah menggelengkan kepala dan mempertahankan pelukannya. Malah yang aku perhatikan, dia semakin mempererat pelukan tersebut seakan-akan enggan melepaskannya. Sungguh, aku tidak nyaman dengan pemandangan itu. Aku berjalan mendekati dan berusaha menarik tubuh Gita agar dia mau melepas pelukannya.

"Sini, Sayang," kataku dengan lembut sambil menarik badannya.

"Biarkan seperti ini dulu, Key. Ini pelukannya erat sekali. Kamu bisa menyakiti jika memaksa menarik." Bastian menepis tanganku lalu menarik jemari hingga aku pun terduduk di sofa, di sampingnya.

Apa kabar jantung? Iya, jantungku sedang tak normal, berdebar tak karuan saat jarak kita sedekat ini. Debaran yang sama kembali aku rasakan saat masih bersamanya dulu.

Apalagi saat Bastian dengan berani menggenggam jemari dan menatapku lekat. Merasa terbius dengan pesonanya, aku pun enggan menepis dan membiarkan genggaman itu bertahan.

Aku mulai berharap kalau saja waktu bisa berhenti berputar, ingin aku berada dalam kondisi seperti itu lebih lama lagi. Pikiran pun mulai berandai-andai kalau saja waktu juga bisa berjalan mundur, kembali ke masa saat kita masih menjalin hubungan. Pasti hidup kita akan terasa jauh lebih bahagia lagi.

"Andaikan saja dulu kalau kita jadi dan sudah menikah, mungkin kita juga akan mempunyai seorang anak seusia Gita, " ucapnya dengan senyuman cinta yang bisa kurasakan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status