Share

Bola Mata

Bella akan memulai kerja hari ini, setelah berpikir keras semalam. Akhirnya dia memutuskan untuk benar-benar memakai hijab, tidak hanya saat di kantor melainkan di waktu lainnya juga. Sebenarnya ada perasaan sedikit sedih dalam hati Bela meninggalkan ibunya seorang diri di rumah. Untuk sementata waktu dia mengandalkan anak tetangga sebelahnya untuk menjaga ibunya. Mungkin setelah ini dia akan mencari seseorang yang bisa merawat ibunya dengan baik. Mengingat gaji yang di tawarkan oleh Tamara pada kontrak kerjanya semalam lumayan besar.

Kedatangan Bella di kantor sudah ditunggu seorang karyawan bernama Lia yang sengaja ditugaskan untuk menunjukkan ruang kerja Bella serta pekerjaan Bella nantinya. Melihat ruangan kerja yang bagus dia merasa benar-benar telah dihargai oleh Tamara.

"Udah mulai masuk kerja kan, makan siang bareng yuk" Renata mengirim sebuah pesan kepada Bela.

"Ok" balasnya singkat.

Saat hendak menuju ke pantry membuat kopi, Bella berpapasan dengan seorang pria dengan wajah yang tampan, postur tubuh tegak dan nampak begitu atletis. Pikir Bella mungkin dia adalah pimpinannya, namun saat Bella memperhatikan akan masuk ke ruangan yang mana. Ternyata dia memasuki ruangan para karyawan.

"Ada karyawan yang ganteng juga dikantor ini. Lumayan bisa cuci mata tiap hari kalau liat modelannya kaya begitu" ucap Bela dalam hati sambil terkekeh.

"Karyawannya saja bisa seganteng itu, apalagi pimpinannya ya. Sampai-sampai bu Tamara sangat over protektif terhadap suaminya" Bella kembali berbicara dalam benaknya.

Dengan membawa secangkir kopi ke mejanya Bella membuka kembali lembaran kertas yang akan dikerjakannya.

"Ehem... " Suara deheman di depan meja Bella. Bella terkejut saat pria yang dilihatnya tadi sekarang berdiri dihadapannya sekarang ini.

"Kamu hanya membuat satu cangkir kopi. Buat saya mana? " tanyanya kepada Bella.

"Iya, anda mau saya bikinkan kopi" kata Bella yang sedikit terkejut dengan penampakan pria yang dilihatnya di lorong tadi.

"Gila ganteng banget kalau diliat dari dekat begini. Oh my god, bisa kejang-kejang ni jantung kalau liat beginian tiap hari" kata Bella dalam hatinya saat bertatap muka dengan pria tadi.

"Aduh Bella, sadar woy. Malu kali sama hijab yang kamu pakai. Insyaf woy" tolak hatinya yang begitu ingin memuji ketampanan pria tadi tanpa di sadari dia menggelengkan kepalamya.

"Kenapa kamu menggeleng seperti itu ke saya? Kamu tidak ingin membuatkan saya kopi? Kalau begitu saya ambil yang punya kamu" katanya yang ingin meraih cangkir kopi milik Bella.

"Bukan begitu, saya akan buatkan kopi untuk anda pa. kopi itu sudah saya minum tadi, tidak etis kalau saya memberikan bekas saya" sahut Bella.

"Tidak apa-apa. Saya suka jika bisa berbagi sentuhan dengan bibir kamu" ucapnya seperti menggoda Bella. Entah apa yang telah merasuki pikiran pria itu, dia begitu lepas sekali berkata-kata hal yang menggoda seperti itu. Sebelumnya tidak pernah dia melakukan hal seperti itu.

"Wah sayko ni orang, baru kenal juga udah berani ngomong sedikit vulgar. Ternyata tampangnya saja yang tampan tapi akhlaknya sangat berbeda jauh dengan rupanya" ucapnya Bella dalam hati. Bella merasa sedikit illfeel kepada pria yang kini tengah menjadi lawan bicaranya. Pria yang sempat dia kagumi sebelumnya.

"Sepertinya saya tidak merasa asing dengan tatapan dari bola matamu itu. Entah kita pernah berjumpa sebelumnya, tapi dimana ya. Tapi saya merasa begitu dekat seolah-olah saya sudah mengenalmu dan hal membuat saya tertarik untuk mengetahuinya. Mungkinkah kamu itu soulmate saya" Katanya kemudian mengambil cangkir kopi milik Bela tadi dan meminumnya. Kemudian menyeringai sebuah senyuman manis, yang hampir saja membuat jantung Bella meledak karena degup jantungnya begitu cepat.

"Antarkan dokumen buat perjanjian kontrak dengan perusahaan NASA ke ruang saya" Kemudian dia pun masuk ke dalam ruangan CEO. Bella menatap ke arah pintu yang telah tertutup dan terkejut kalau pria itu ternyata CEO nya. Yang tidak lain adalah suami bu Tamara.

Pantas saja istrinya over protektif, suaminya genit begitu. Mentang-mentang dia merasa memiliki wajah yang nyaris sempurna, sesukanya merayu wanita lain selain istrinya. Ternyata semua laki-laki itu sama, mata keranjang dan buaya. Bella merasa kasian dengan Tamara istri CEO itu, dia berpikir kalau Tamara selalu sakit hati karena memiliki suami yang suka merayu perempuan. Sebagai sesama wanita, dia akan membela bu Tamara sebagai seorang istri yang bersuamikan seorang playboy. Tentu pastinya sudah seringkali berselingkuh dibelakang Tamara.

Sebuah panggilan masuk dari telpon meja kerjanya.

"Iya halo".

" Tolong ke ruangan saya, saya ingin kamu mengantarkan berkas ini kebagian perencanaan " Perintah sang CEO kemudian menutup panggilan telponnya. Ada sedikit rasa cemas dalam hati Bella jika masuk ke dalam sana. Takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan olehnya.

"Tok... Tok... Tok... " Bela mengetuk pintu sebanyak tiga kali.

"Masuk".

"Mana berkas yang bapa ingin saya antarkan? " tanya Bella langsung.

"Ini" Unjuknya seraya melihat beberapa dokumen lagi. Percakapan keduanya seakan tidak begitu formal.

"Bella" Panggilnya membuat sang pemilik nama tertegun diam.

"Nama kamu Bella ya, apakah kita pernah bertemu sebelumnya? " tanyanya seperti penasaran.

"Tadi kita sempat berpapasan saat saya ingin ke pantry tadi pa" Jawab Bella seadanya. Memang saat dia menuju pantry kali pertama dia bertemu dengan si CEO genit ini.

"Bukan pertemuan yang tadi. Tapi sebelumnya, karena saya merasa seakan saya itu terkoneksi dengan kamu" kata si CEO Bella.

Dimeja terpampang jelas siapa nama si pemilik meja. Andi Prasetyo Wardhana itulah nama CEO genit Bela.

"Modus terus pa jangan sampai kendor" Bella membatin dengan cara sang bos mencoba memodusi dia.

"Dasar ya, mungkin pria yang bernama Andi emang playboy" kata Bella dalam hati sambil mengingat mantan Renata yang bernama Andi super playboy nya waktu menjalin hubungan dengan sahabat karibnya itu.

"Saya rasa bapak perlu periksa diri ke dokter untuk mengetahui kalau bapa sedang halu atau memiliki gangguan dalam mengingat" kata Bella asal dan terdengar ketus. Tapi malah membuat Andi tersenyum.

"Aku memang seperti pernah melihat bola matamu itu sebelumnya" Andi mencoba meyakinkan dirinya dan mencoba agar Bella bisa mengingat dan memberikan sebuah jawaban kepadanya.

"Banyak diluaran sana orang yang memiliki bola mata seperti saya ini pa" Bella mencoba memberikan penjelasan agar si bosnya ini tidak selalu mempertanyakan kalau mereka pernah bertemu sebelumnya.

"Bisa jadi. Ya sudah lupakan saja" Katanya seraya melambaikan tangan menyuruh Bella keluar.

Akhirnya Bella bisa bernafas lega, semoga ini pertama dan yang terakhir kalinya bosnya bersikap seperti mereka pernah saling mengenal satu sama lain.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status