Share

Bola Mata

Author: Thata
last update Last Updated: 2022-02-01 13:03:35

Bella akan memulai kerja hari ini, setelah berpikir keras semalam. Akhirnya dia memutuskan untuk benar-benar memakai hijab, tidak hanya saat di kantor melainkan di waktu lainnya juga. Sebenarnya ada perasaan sedikit sedih dalam hati Bela meninggalkan ibunya seorang diri di rumah. Untuk sementata waktu dia mengandalkan anak tetangga sebelahnya untuk menjaga ibunya. Mungkin setelah ini dia akan mencari seseorang yang bisa merawat ibunya dengan baik. Mengingat gaji yang di tawarkan oleh Tamara pada kontrak kerjanya semalam lumayan besar.

Kedatangan Bella di kantor sudah ditunggu seorang karyawan bernama Lia yang sengaja ditugaskan untuk menunjukkan ruang kerja Bella serta pekerjaan Bella nantinya. Melihat ruangan kerja yang bagus dia merasa benar-benar telah dihargai oleh Tamara.

"Udah mulai masuk kerja kan, makan siang bareng yuk" Renata mengirim sebuah pesan kepada Bela.

"Ok" balasnya singkat.

Saat hendak menuju ke pantry membuat kopi, Bella berpapasan dengan seorang pria dengan wajah yang tampan, postur tubuh tegak dan nampak begitu atletis. Pikir Bella mungkin dia adalah pimpinannya, namun saat Bella memperhatikan akan masuk ke ruangan yang mana. Ternyata dia memasuki ruangan para karyawan.

"Ada karyawan yang ganteng juga dikantor ini. Lumayan bisa cuci mata tiap hari kalau liat modelannya kaya begitu" ucap Bela dalam hati sambil terkekeh.

"Karyawannya saja bisa seganteng itu, apalagi pimpinannya ya. Sampai-sampai bu Tamara sangat over protektif terhadap suaminya" Bella kembali berbicara dalam benaknya.

Dengan membawa secangkir kopi ke mejanya Bella membuka kembali lembaran kertas yang akan dikerjakannya.

"Ehem... " Suara deheman di depan meja Bella. Bella terkejut saat pria yang dilihatnya tadi sekarang berdiri dihadapannya sekarang ini.

"Kamu hanya membuat satu cangkir kopi. Buat saya mana? " tanyanya kepada Bella.

"Iya, anda mau saya bikinkan kopi" kata Bella yang sedikit terkejut dengan penampakan pria yang dilihatnya di lorong tadi.

"Gila ganteng banget kalau diliat dari dekat begini. Oh my god, bisa kejang-kejang ni jantung kalau liat beginian tiap hari" kata Bella dalam hatinya saat bertatap muka dengan pria tadi.

"Aduh Bella, sadar woy. Malu kali sama hijab yang kamu pakai. Insyaf woy" tolak hatinya yang begitu ingin memuji ketampanan pria tadi tanpa di sadari dia menggelengkan kepalamya.

"Kenapa kamu menggeleng seperti itu ke saya? Kamu tidak ingin membuatkan saya kopi? Kalau begitu saya ambil yang punya kamu" katanya yang ingin meraih cangkir kopi milik Bella.

"Bukan begitu, saya akan buatkan kopi untuk anda pa. kopi itu sudah saya minum tadi, tidak etis kalau saya memberikan bekas saya" sahut Bella.

"Tidak apa-apa. Saya suka jika bisa berbagi sentuhan dengan bibir kamu" ucapnya seperti menggoda Bella. Entah apa yang telah merasuki pikiran pria itu, dia begitu lepas sekali berkata-kata hal yang menggoda seperti itu. Sebelumnya tidak pernah dia melakukan hal seperti itu.

"Wah sayko ni orang, baru kenal juga udah berani ngomong sedikit vulgar. Ternyata tampangnya saja yang tampan tapi akhlaknya sangat berbeda jauh dengan rupanya" ucapnya Bella dalam hati. Bella merasa sedikit illfeel kepada pria yang kini tengah menjadi lawan bicaranya. Pria yang sempat dia kagumi sebelumnya.

"Sepertinya saya tidak merasa asing dengan tatapan dari bola matamu itu. Entah kita pernah berjumpa sebelumnya, tapi dimana ya. Tapi saya merasa begitu dekat seolah-olah saya sudah mengenalmu dan hal membuat saya tertarik untuk mengetahuinya. Mungkinkah kamu itu soulmate saya" Katanya kemudian mengambil cangkir kopi milik Bela tadi dan meminumnya. Kemudian menyeringai sebuah senyuman manis, yang hampir saja membuat jantung Bella meledak karena degup jantungnya begitu cepat.

"Antarkan dokumen buat perjanjian kontrak dengan perusahaan NASA ke ruang saya" Kemudian dia pun masuk ke dalam ruangan CEO. Bella menatap ke arah pintu yang telah tertutup dan terkejut kalau pria itu ternyata CEO nya. Yang tidak lain adalah suami bu Tamara.

Pantas saja istrinya over protektif, suaminya genit begitu. Mentang-mentang dia merasa memiliki wajah yang nyaris sempurna, sesukanya merayu wanita lain selain istrinya. Ternyata semua laki-laki itu sama, mata keranjang dan buaya. Bella merasa kasian dengan Tamara istri CEO itu, dia berpikir kalau Tamara selalu sakit hati karena memiliki suami yang suka merayu perempuan. Sebagai sesama wanita, dia akan membela bu Tamara sebagai seorang istri yang bersuamikan seorang playboy. Tentu pastinya sudah seringkali berselingkuh dibelakang Tamara.

Sebuah panggilan masuk dari telpon meja kerjanya.

"Iya halo".

" Tolong ke ruangan saya, saya ingin kamu mengantarkan berkas ini kebagian perencanaan " Perintah sang CEO kemudian menutup panggilan telponnya. Ada sedikit rasa cemas dalam hati Bella jika masuk ke dalam sana. Takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan olehnya.

"Tok... Tok... Tok... " Bela mengetuk pintu sebanyak tiga kali.

"Masuk".

"Mana berkas yang bapa ingin saya antarkan? " tanya Bella langsung.

"Ini" Unjuknya seraya melihat beberapa dokumen lagi. Percakapan keduanya seakan tidak begitu formal.

"Bella" Panggilnya membuat sang pemilik nama tertegun diam.

"Nama kamu Bella ya, apakah kita pernah bertemu sebelumnya? " tanyanya seperti penasaran.

"Tadi kita sempat berpapasan saat saya ingin ke pantry tadi pa" Jawab Bella seadanya. Memang saat dia menuju pantry kali pertama dia bertemu dengan si CEO genit ini.

"Bukan pertemuan yang tadi. Tapi sebelumnya, karena saya merasa seakan saya itu terkoneksi dengan kamu" kata si CEO Bella.

Dimeja terpampang jelas siapa nama si pemilik meja. Andi Prasetyo Wardhana itulah nama CEO genit Bela.

"Modus terus pa jangan sampai kendor" Bella membatin dengan cara sang bos mencoba memodusi dia.

"Dasar ya, mungkin pria yang bernama Andi emang playboy" kata Bella dalam hati sambil mengingat mantan Renata yang bernama Andi super playboy nya waktu menjalin hubungan dengan sahabat karibnya itu.

"Saya rasa bapak perlu periksa diri ke dokter untuk mengetahui kalau bapa sedang halu atau memiliki gangguan dalam mengingat" kata Bella asal dan terdengar ketus. Tapi malah membuat Andi tersenyum.

"Aku memang seperti pernah melihat bola matamu itu sebelumnya" Andi mencoba meyakinkan dirinya dan mencoba agar Bella bisa mengingat dan memberikan sebuah jawaban kepadanya.

"Banyak diluaran sana orang yang memiliki bola mata seperti saya ini pa" Bella mencoba memberikan penjelasan agar si bosnya ini tidak selalu mempertanyakan kalau mereka pernah bertemu sebelumnya.

"Bisa jadi. Ya sudah lupakan saja" Katanya seraya melambaikan tangan menyuruh Bella keluar.

Akhirnya Bella bisa bernafas lega, semoga ini pertama dan yang terakhir kalinya bosnya bersikap seperti mereka pernah saling mengenal satu sama lain.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Bukan Pelakor   Hasrat Tamara

    Tamara sudah pulih, kini dia bersiap untuk memulai aksi balas dendamnya kepada Andi dan Bella. Setelah semua barang milik Gery dijual oleh Baron, kini dia memiliki sedikit modal untuk melakukan aksinya. Belum lagi uang yang tersimpan di rekening Gery yang lumayan banyak. Membuat Tamara tidak merasa miskin lagi. Kini dia tengah berencana untuk mengambil semua hartanya yang telah diberikan Gery kepada istrinya. Apalagi keberadaan istri Gery telah diketahui, Baron dan anak buahnya memang bisa diandalkan untuk masalah mencari tahu keberadaan istri Gery. Kehidupan Bella dan Andi pun juga selalu mereka awasi, apalagi sekarang gugatan cerai yang diajukan oleh Andi telah diputuskan. Secara resmi kini mereka telah bercerai. Membuat Tamara begitu membenci Andi dan Bella. "Kita lanjutkan rencana kita, sesuai rencana yang telah kita susun" ucap Tamara kepada Baron dan Ruby serta anak buah Baron. Sedangkan Tessa hanya duduk mengamati mereka sambil memakan buah apel yang sudah terpotong dalam piri

  • Aku Bukan Pelakor   Kembali Lagi

    Ruby menggeledah isi kamar Gery, mungkin ada barang yang bisa menghasilkan uang. Sebab dia tahu sekarang Tamara tidak punya apa-apa lagi. "Memangnya apa yang kamu cari sih dari tadi" Tessa menggerutu melihat tingkah Ruby. "Aku lagi mencari barang yang berguna biar bisa dijual. Coba tante bantu aku nyari-nyari" ucap Ruby kesal karena tersinggung dengan ucapan Tessa bernada marah kepadanya. "Memang jenius kamu Ruby" wajah Tessa terlihat kegirangan dengan pemikiran Ruby yang tidak terpikir olehnya sebelum ini. Setelah bekerjasama, akhirnya lumayan banyak barang yang terkumpul oleh mereka berdua. Terdapat lima jam tangan mahal yang harganya tentu saja puluhan hingga ratusan juta. Ada tiga cincin berlian, satu sertifikat rumah atas nama Gery. Serta mereka menemukan kunci rumah dan juga kunci mobil. Mungkin kedua barang itu milik Gery tanpa sepengetahuan Tamara. "Sayang, bisa kamu cek alamat rumah ini. Cari tau siapa pemiliknya, apa rumah itu ditempati atau tidak?" Ruby meminta bantuan

  • Aku Bukan Pelakor   Bala Bantuan

    Ruby memeriksa kondisi Gery yang sudah tidak bergerak lagi setelah mendapatkan pukulan dari Tamara yang tepat mengenai kepalanya. Sudah bisa dipastikan kalau Gery kini sudah meninggal apalagi genangan darah yang menghiasi lantai keramik putih apartemen kini terlihat begitu sangat kontras merah dan putih. Tamara masih terus saja berteriak dan menangis tidak karuan. Ruangan itu pun kini dipenuhi dengan darah, entah itu darah dari Gery ataupun darah Tamara. Ya , Tamara mengalami pendarahan yang hebat setelah mendapat tendangan dari Gery sebelumnya."Bagaimana sekarang Ruby" Tessa begitu panik dengan keadaan saat ini. Apalagi kondisi Tamara yang terlihat seperti orang gila. Namun tidak berapa lama kemudian Tamara jatuh pingsan karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit akibat pendarahan dan rasa kekecewaan dihatinya. Semua kepedihan, semua kehancuran yang Tamara alami berputar-putar dalam kepalanya hingga membuatnya jatuh pingsan karena dia tidak bisa menerima kekalahannya."Tamara" teriak

  • Aku Bukan Pelakor   Bertemu Keluarga Kembali

    "Pa, aku sudah menemukannya" ucap Listy pada sambungan telponnya. "Kini Nilam tengah terbaring lemah di rumah sakit pa. Semuanya sungguh diluar dugaan pa, seolah takdir telah bermain-main"."Aku tidak bisa menjelaskan semuanya pa, jika papa ingin tau keadaannya papa bisa datang kesini dan melihat kondisinya"."Dia sedang menderita kangker pa" Listy terisak berbicara dengan papanya di telpon. Dia sangat bersedih melihat kondisi sepupunya itu dengan kondisi yang begitu menyedihkan. Seandainya saja, dia menemukan Nilam lebih awal mungkin dia tidak akan menderita dan penyakitnya tidak akan separah ini. Listy merasa sangat begitu berterimakasih kepada Nilam yang kabur dari perjodohannya dengan Rudi di waktu lampau. Meski dia tau semua itu ulah suaminya sendiri yang membantu pelarian Nilam dengan kekasihnya. Sebab, jika dia tidak menggantikan posisi Nilam untuk melakukan perjodohan dengan Rudi. Dia tidak akan pernah tau betapa beruntung dirinya dicintai oleh Rudi. Listy bahkan tidak akan

  • Aku Bukan Pelakor   Membantu Pelarian

    Nilam bertemu dengan Rafly ditaman tempat mereka biasanya ketemuan. Pertemuan mereka dibantu oleh pengasuh Nilam sejak kecil. Bi Fatimah lah orang yang selalu membantu Nilam untuk bisa keluar dari rumahnya."Mas, aku mau mohon sama kamu bawa aku pergi dari sini. Kita kabur saja mas, aku tidak mau dijodohkan sama papa mas" Nilam menangis dalam pelukan Rafly. "Tapi sayang, aku tidak ingin dianggap lelaki pengecut sama papamu karena membawamu pergi dan kabur dari sini" Rafly mencoba untuk menenangkan Nilam dan memberikan pengertian kepadanya bahwa yang dia katakan itu salah. "Tapi aku tidak mau dijodohkan dengan Rudi mas, aku menganggap dia seperti kakakku. Dia pun juga begitu, dia hanya menganggap aku seperti adiknya. Rasanya sulit bagi kami untuk menerima perjodohan ini mas" Nilam menjelaskan. Sebab, dia tau Rafly kadang merasa cemburu dengan Rudi. Dia pun yakin jika Rudi juga tidak menginginkan perjodohan ini. Apalagi dia tahu Rudi sedang mencari perempuan yang sudah membuat dirinya

  • Aku Bukan Pelakor   Demi Cinta

    "Nilam, besok malam kamu dan Rudi akan melangsungkan pertunangan" ucap Bima tiba-tiba saat mereka sedang makan malam. Anjas dan Marina hanya terdiam mendengar ayah dan ayah mertuanya memberitahukan berita baik tersebut. Namun itu justru merupakan berita petaka bagi Nilam."Maksud papa apa?" jawab Nilam lembut. Dia tidak berani menatap mata Bima, karena dia tahu betapa kerasnya watak sang papa. "Apa telingamu sudah tuli Nilam?" kalimat yang terdengar begitu singkat diucapkan oleh Bima tapi terasa bergidik bagi siapapun setelah mendengarnya."Tapi pa aku sama Rudi cuma..." belum sempat Nilam menyelesaikan kalimatnya. Bima meletakkan garpu dan sendoknya ke meja dengan begitu nyaringnya. Seperti dia tengah menggebrak meja makan pada saat itu. Suasana pun seketika menjadi hening, tak ada aktivitas tengah makan lagi diantara semuanya. Baik Nilam, Anjas maupun Marina."Tidak ada kata penolakan atau alasan apapun. Pokoknya besok malam kamu dan Rudi akan melangsungkan pertunangan" Bima menata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status