Bella Ghafira Indriani seorang wanita single yang sedang sibuk mencari pekerjaan di media elektronik dan koran harian. Setumpuk lembaran koran menghiasi meja didalam kamarnya. Setelah satu minggu berhenti dari perusahaan tempat dia bekerja dahulu. Kini dia sibuk mencari kerjaan yang baru karena tidak ingin lama-lama menganggur. Dia membutuhkan banyak uang untuk biaya berobat ibunya. Semenjak dua tahun yang lalu ibundanya di vonis mengidap penyakit kanker serviks stadium tiga. Meskipun sudah hampir tidak mungkin untuk diobati, setidaknya bisa memperlambat menjalarnya penyakit tersebut di tubuh bundanya.
Bella terpaksa berhenti bekerja karena mendapat pelecehan dari manajer keuangan di perusahaan terdahulu. Dia dituduh sengaja merayu si manajer dan meminta sejumlah uang untuk dirinya. Padahal itu semua fitnah yang dilakukan oleh pria botak yang memang mata keranjang. Padahal dia yang sering melakukan korupsi dan uangnya dipakai untuk merayu para karyawan wanita agar bisa ditiduri olehnya. Naasnya malah dia yang dituduh telah merayu manajer ganjen tersebut. Tidak ingin dipecat secara tidak hormat dia memilih mengundurkan diri.Sebuah pesan masuk dari Renata yang memberitahukan dia, kalau perusahaan dia lagi mencari seorang sekretaris baru untuk pimpinannya. Seperti mendapat anugerah yang luar biasa Bella sangat gembira sekali tentang kabar yang diberikan oleh Renata. Dia langsung menyiapkan semua berkas untuk melamar di perusahaan tempat Renata bekerja.Keesokan harinya Bella pun datang untuk melamar kerja disana. Sesuai dengan instruksi yang Renata katakan kalau Bella harus berpakaian longgar atau lebih baiknya jikalau Bella berpenampilan memakai hijab. Untuk menduduki jabatan sekretaris bosnya harus benar-benar jauh dari kata seksi, karena istri bosnya sangat pencemburu. Bella benar-benar ingin mendapatkan pekerjaan ini maka dia merubah gaya berpenampilan dirinya menjadi seorang muslimah. Memakai baju long dress panjang ditambah kerudung yang menutupi dada seperti itu membuat penampilannya jauh lebih cantik dan terlihat lebih anggun.Banyak mata yang mengagumi kecantikannya yang terlihat begitu alami. Tanpa riasan make up yang tebal. Hanya memakai bedak tipis dan sedikit pelembab bibir hingga memperlihatkan bibirnya berwarna pink yang terlihat lembut. Dia langsung memberikan surat lamarannya dan disuruh menunggu untuk di interview. Bella mencoba menghubungi Renata, namun Renata tidak bisa datang menemuinya karena sedang sibuk. Dia hanya memberikan ucapan semangat dan yakin dia akan diterima bekerja di perusahaan tempatnya bekerja. Selain itu Renata juga memberi tahukan kalau kedatangannya menjadi buah bibir karyawan karena penampilannya yang begitu anggun. Renata pun tak henti-hentinya memuji Bella yang memang sangat cocok berpakaian muslimah seperti itu. Dia juga mendoakan semoga ini jalan yang tak terduga untuk Bella hijrah menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan jauh dari segala fitnah yang selalu menerpanya.Renata adalah teman Bella sejak SMP hingga sekarang jadi dia tau sekali tentang kehidupan Bella. Kadang dia sangat merasa prihatin terhadap Bella, hanya karena memiliki wajah yang cantik selalu membuat dirinya di bully dan dituduh sebagai perebut pacar orang bahkan sering kali dituduh sebagai perebut laki orang. Padahal sama sekali tidak pernah dia merebut milik siapapun. Hanya kecemburuan sosial lah yang selalu membuat hidupnya sedikit sulit dan susah. Semua tuduhan dan tudingan itu hanya ditanggapinya dengan senyuman.Panggilan untuknya diinterview tiba, untuk wawancara pemilihan sekretaris CEO perusahaan ini langsung dilakukan oleh istrinya sendiri. Sifat posesifnya terlalu berlebihan hingga membuat sang suami kadang merasa tidak nyaman dengan para karyawan dikantor. Dari cerita Renata kalau bosnya itu pria yang sangat tampan dan juga baik. Banyak yang menyukai sang bos namun tidak dengan sang istri. Dia perempuan yang sangat sombong dan juga kasar. Sekretaris yang sudah lama bekerja sebagai sekretaris suaminya dia pecat dengan alasan dia mencoba untuk menggoda suaminya. Untuk tidak terjaid keributan akhirnya sang sekretaris dipindah kerja di perusahaan cabang sebagai kepala manajer.Ada sedikit rasa gugup yang menyelimuti hati Bella takut jikalau dia tidak akan lolos dalam seleksi hari ini. Dia gemetar begitu hebat tak seperti interview di perusahaan sebelumnya yang pernah dia rasakan. Mungkin karena cerita Renata perihal istri si bos perusahaan ini yang membuat dirinya sedikit merasa takut."Assalamu'alaikum"ucap Bella saat membuka pintu. Tampak seorang wanita yang berpakaian elegan dengan riasan wajah yang full make up, serta lipstik merah merona di bibir tebalnya. Cantik,memang cantik. Hanya kata itu yang tergambar dibenak Bella."Silahkan duduk"pintanya dengan nada memerintah."Bella Ghafira Indriani, dari berkas lamaran yang kamu lampirkan saya cukup terkesan. Meihat penampilanmu juga lumayan"."Bisa kamu berikan saya satu alasan kenapa saya harus menerima bekerja disini?" tanyanya sedikit mengintimidasi.Bella merasa seluruh tubuhnya kini tengah bermandikan keringat walau keadaan ruangan ini tidak panas. Ruangan yang ber AC ini tidak mampu membuat rasa gugup yang tengah menyelimutinya sirna."Saya tidak memiliki alasan khusus untuk bekerja disini. Saya hanya mencoba mencari tempat kerja yang bisa menghargai kemampuan saya dalam bekerja bukan karena tertarik dengan wajah saya"jawab Bella asal tanpa dia sadari menyulut emosi wanita yang tengah menginterogasi dirinya."Apakah kamu merasa dirimu begitu cantik? " tanyanya dengan nada sedikit mengejek."Saya tidak merasa diri saya cantik, mungkin jauh dari kata sempurna. Namun saya memiliki trauma dengan sebuah pelecehan"ungkap Bella sedikit sedih mengingat dimana dia hampir diperkosa oleh bos tempat perusahaan dia bekerja dahulu.Hal itu sontak membuat sang pemilik pertanyaan terkejut dengan hal ini. Seperti membuka lama seseorang sehingga membuat dia merasa tidak nyaman. Wanita ini adalah orang yang tepat untuk menjadi sekretaris suaminya."Saya minta maaf untuk pertanyaan saya sebelumnya. Menurut saya tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Mulai besok kamu bisa langsung bekerja. Saya menerima kamu untuk menjadi sekretaris suami saya. Hal ini bukan sebagai permintaan maaf saya karena membuat anda bersedih. Hanya saja anda memang pantas untuk mendapatkan posisi ini"katanya dengan tegas namun terkesan sedikit angkuh."Baik bu, terimakasih banyak" penuh syukur yang dirasakan Bella saat ini. Akhirnya dia mendapatkan pekerjaan lagi dan bisa membiayai pengobatan ibunya lagi.Tamara sudah pulih, kini dia bersiap untuk memulai aksi balas dendamnya kepada Andi dan Bella. Setelah semua barang milik Gery dijual oleh Baron, kini dia memiliki sedikit modal untuk melakukan aksinya. Belum lagi uang yang tersimpan di rekening Gery yang lumayan banyak. Membuat Tamara tidak merasa miskin lagi. Kini dia tengah berencana untuk mengambil semua hartanya yang telah diberikan Gery kepada istrinya. Apalagi keberadaan istri Gery telah diketahui, Baron dan anak buahnya memang bisa diandalkan untuk masalah mencari tahu keberadaan istri Gery. Kehidupan Bella dan Andi pun juga selalu mereka awasi, apalagi sekarang gugatan cerai yang diajukan oleh Andi telah diputuskan. Secara resmi kini mereka telah bercerai. Membuat Tamara begitu membenci Andi dan Bella. "Kita lanjutkan rencana kita, sesuai rencana yang telah kita susun" ucap Tamara kepada Baron dan Ruby serta anak buah Baron. Sedangkan Tessa hanya duduk mengamati mereka sambil memakan buah apel yang sudah terpotong dalam piri
Ruby menggeledah isi kamar Gery, mungkin ada barang yang bisa menghasilkan uang. Sebab dia tahu sekarang Tamara tidak punya apa-apa lagi. "Memangnya apa yang kamu cari sih dari tadi" Tessa menggerutu melihat tingkah Ruby. "Aku lagi mencari barang yang berguna biar bisa dijual. Coba tante bantu aku nyari-nyari" ucap Ruby kesal karena tersinggung dengan ucapan Tessa bernada marah kepadanya. "Memang jenius kamu Ruby" wajah Tessa terlihat kegirangan dengan pemikiran Ruby yang tidak terpikir olehnya sebelum ini. Setelah bekerjasama, akhirnya lumayan banyak barang yang terkumpul oleh mereka berdua. Terdapat lima jam tangan mahal yang harganya tentu saja puluhan hingga ratusan juta. Ada tiga cincin berlian, satu sertifikat rumah atas nama Gery. Serta mereka menemukan kunci rumah dan juga kunci mobil. Mungkin kedua barang itu milik Gery tanpa sepengetahuan Tamara. "Sayang, bisa kamu cek alamat rumah ini. Cari tau siapa pemiliknya, apa rumah itu ditempati atau tidak?" Ruby meminta bantuan
Ruby memeriksa kondisi Gery yang sudah tidak bergerak lagi setelah mendapatkan pukulan dari Tamara yang tepat mengenai kepalanya. Sudah bisa dipastikan kalau Gery kini sudah meninggal apalagi genangan darah yang menghiasi lantai keramik putih apartemen kini terlihat begitu sangat kontras merah dan putih. Tamara masih terus saja berteriak dan menangis tidak karuan. Ruangan itu pun kini dipenuhi dengan darah, entah itu darah dari Gery ataupun darah Tamara. Ya , Tamara mengalami pendarahan yang hebat setelah mendapat tendangan dari Gery sebelumnya."Bagaimana sekarang Ruby" Tessa begitu panik dengan keadaan saat ini. Apalagi kondisi Tamara yang terlihat seperti orang gila. Namun tidak berapa lama kemudian Tamara jatuh pingsan karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit akibat pendarahan dan rasa kekecewaan dihatinya. Semua kepedihan, semua kehancuran yang Tamara alami berputar-putar dalam kepalanya hingga membuatnya jatuh pingsan karena dia tidak bisa menerima kekalahannya."Tamara" teriak
"Pa, aku sudah menemukannya" ucap Listy pada sambungan telponnya. "Kini Nilam tengah terbaring lemah di rumah sakit pa. Semuanya sungguh diluar dugaan pa, seolah takdir telah bermain-main"."Aku tidak bisa menjelaskan semuanya pa, jika papa ingin tau keadaannya papa bisa datang kesini dan melihat kondisinya"."Dia sedang menderita kangker pa" Listy terisak berbicara dengan papanya di telpon. Dia sangat bersedih melihat kondisi sepupunya itu dengan kondisi yang begitu menyedihkan. Seandainya saja, dia menemukan Nilam lebih awal mungkin dia tidak akan menderita dan penyakitnya tidak akan separah ini. Listy merasa sangat begitu berterimakasih kepada Nilam yang kabur dari perjodohannya dengan Rudi di waktu lampau. Meski dia tau semua itu ulah suaminya sendiri yang membantu pelarian Nilam dengan kekasihnya. Sebab, jika dia tidak menggantikan posisi Nilam untuk melakukan perjodohan dengan Rudi. Dia tidak akan pernah tau betapa beruntung dirinya dicintai oleh Rudi. Listy bahkan tidak akan
Nilam bertemu dengan Rafly ditaman tempat mereka biasanya ketemuan. Pertemuan mereka dibantu oleh pengasuh Nilam sejak kecil. Bi Fatimah lah orang yang selalu membantu Nilam untuk bisa keluar dari rumahnya."Mas, aku mau mohon sama kamu bawa aku pergi dari sini. Kita kabur saja mas, aku tidak mau dijodohkan sama papa mas" Nilam menangis dalam pelukan Rafly. "Tapi sayang, aku tidak ingin dianggap lelaki pengecut sama papamu karena membawamu pergi dan kabur dari sini" Rafly mencoba untuk menenangkan Nilam dan memberikan pengertian kepadanya bahwa yang dia katakan itu salah. "Tapi aku tidak mau dijodohkan dengan Rudi mas, aku menganggap dia seperti kakakku. Dia pun juga begitu, dia hanya menganggap aku seperti adiknya. Rasanya sulit bagi kami untuk menerima perjodohan ini mas" Nilam menjelaskan. Sebab, dia tau Rafly kadang merasa cemburu dengan Rudi. Dia pun yakin jika Rudi juga tidak menginginkan perjodohan ini. Apalagi dia tahu Rudi sedang mencari perempuan yang sudah membuat dirinya
"Nilam, besok malam kamu dan Rudi akan melangsungkan pertunangan" ucap Bima tiba-tiba saat mereka sedang makan malam. Anjas dan Marina hanya terdiam mendengar ayah dan ayah mertuanya memberitahukan berita baik tersebut. Namun itu justru merupakan berita petaka bagi Nilam."Maksud papa apa?" jawab Nilam lembut. Dia tidak berani menatap mata Bima, karena dia tahu betapa kerasnya watak sang papa. "Apa telingamu sudah tuli Nilam?" kalimat yang terdengar begitu singkat diucapkan oleh Bima tapi terasa bergidik bagi siapapun setelah mendengarnya."Tapi pa aku sama Rudi cuma..." belum sempat Nilam menyelesaikan kalimatnya. Bima meletakkan garpu dan sendoknya ke meja dengan begitu nyaringnya. Seperti dia tengah menggebrak meja makan pada saat itu. Suasana pun seketika menjadi hening, tak ada aktivitas tengah makan lagi diantara semuanya. Baik Nilam, Anjas maupun Marina."Tidak ada kata penolakan atau alasan apapun. Pokoknya besok malam kamu dan Rudi akan melangsungkan pertunangan" Bima menata