Bu Fatimah mengangguk setuju dan tersenyum bahagia. Masih ada orang baik yang mau menerima beliau, serta bersikap ramah seperti ini. Tak henti-hentinya beliau mengucapkan rasa syukur atas kejadian hari ini. "Bu, saya mau tanya. Apakah Fitria sudah memiliki identitas? Maksudnya seperti akta kelahiran atau sudah tercatat di catatan sipil" tanya Bella. Dia berniat ingin mengadopsi Fitria menjadi anak angkatnya. "Belum neng, saya tidak terlalu paham masalah seperti itu. Maklum ibu tidak sekolah tinggi. Hanya lulusan SD" jawab bu Fatimah lemah. "Gini bu, saya berniat ingin mengadopsi Fitria jadi anak angkat saya jika ibu berkenan. Biar nanti untuk identitas Fitria saya yang akan urus ke catatan sipil bu" Bella mengutarakan niat baiknya yang sedari tadi merasa iba dengan kondisi Fitria yang terlihat begitu memprihatinkan. "Ya Allah neng, neng Bella baik sekali. Mau mengadopsi Fitria yang tidak tau asal usulnya ini. Padahal neng baru kenal kami, tapi neng Bella sudah sangat begitu perhat
Bu Fatimah melangkahkan kakinya ke kamar Bella. kemudian mengetuk pintu kamar Bella. Beliau masih tidak percaya jika sekarang beliau telah menemukan keberadaan majikan yang sangat dirindukannya selama ini. Sedangakn Fitria tengah asyik bermain dengan sebuah boneka yang ditemukan dalam lemari dikamar tamu tadi. Bella pun membuka pintu kamar setelah mendengar suara ketukan. "Eh, bu Fatimah. Masuk bu, saya mau kenalin bu Fatimah sama mama saya" Bella tersenyum manis kepada bu Fatimah. Bu Fatimah pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Bella. Terlihat seorang wanita yang terbaring lemah, meski terlihat tua. Namun pancaran aura kecantikan dari si pemilik wajah tidak pudar, meski telah dimakan usia. "Kenalkan bu Fatimah ini ibu saya. Namanya Nilam Sari" ujar Bella tersenyum kepada ibunya. Mata bu Fatimah tak kuasa menahan buliran bening yang mengalir di pelupuk matanya. Ada rasa bahagia yang menjalar dihatinya. Begitu pula dengan bu Nilam. Beliau merasa kehangatan yang dulu pernah d
Andi yang baru saja tiba dikantor merasa kaget melihat para karyawan berkerumun. "Ada apa ini?" tanya Andi. "Ini pak, Bella sekretaris bapak pingsan setelah dimarahi sama mertua bapa" jawab salah satu karyawannya. Dia merasa ikut kesal dengan mertua bosnya itu. Selalu memarahi karyawan perempuan yang kerja di perusahaan Andi. Para karyawan di kantor Andi sama sekali tidak ada respek kepada Tamara maupun mamanya, karena bagi mereka semua mereka berdua hanya tukang bikin onar dikantor. Malah para karyawan sangat prihatin dengan Andi karena memiliki istri dan mertua jahat seperti mereka. "Mertua saya tadi kesini. Ngapain dia datang kesini? Ada urusan apa dia memarahi Bella?" Andi tampak sedikit emosi. Kemudian dia melihat kondisi Bella yang tengah dipangku oleh Gris. Gris menaruh minyak kayu putih dihidung Bella. "Gris bantu saya, kita bawa Bella ke rumah sakit atau klinik terdekat. Takutnya dia kenapa-kenapa. Tolong temani saya, saya tidak ingin ada fitnah yang keji lagi terhadap Be
"Maksud kamu apa Bel?". "Apakah kamu adik ipar pak Andi?" Gris begitu penasaran dengan cerita hidup Bella. Melihat Bella yang terlihat serba salah, Gris pun mengerti. Mungkin Bella tadi keceplosan berbicara sesuatu yang rahasia tentang keluarganya. Tapi, Gris tidak menyalahkan Bella. Sebab, semua ini salahnya yang begitu penasaran dengan Bella yang begitu histeris setelah bertemu dengan mamanya Tamara, mertua bosnya. "Kalau kamu merasa tidak nyaman untuk menceritakan semua itu. Tidak apa-apa. Aku tidak memaksa". "Setiap orang memiliki cerita dan rahasia yang tidak pantas untuk dikonsumsi oleh orang lain". "Tapi please. Jangan anggap aku orang asing, jika kamu membutuhkan teman untuk berbagi kisahmu. Aku ada untukmu, kamu bisa pakai bahuku untuk menyandarkan beban hatimu" Gris menggenggam erat tangan Bella. "Jangan pernah berpikir, kamu sendirian. Aku akan menemanimu. Aku akan selalu menjadi orang pertama yang berdiri membelamu Bel" Gris memberikan semangat untuk Bella. "Thanks Gr
"Jangan memikirkan sesuatu hal yang aneh Gris". "Aku tidak ingin mempunyai musuh" ucap Bella. Dia sangat yakin, jika seandainya wanita itu tau tentang siapa Bella sebenarnya. Mungkin Bella akan selalu diteror olehnya. "Gimana ya rasanya, jika anak pelakor yang dapat karma dari perbuatan orang tuanya. Sepertinya seru juga ya" pikir Bella sambil mengembangkan senyum. "Suami anak pelakor dipelakorin sama anak yang diambil oleh pelakor" mungkin judul itu sangat pas buat ceritanya jika dijadikan film dalam stasiun televisi ikan terbang. "Kenapa kamu senyum-senyum begitu? Jangan bilang kamu ngarep juga kan buat jadi istrinya pak Andi". "Tenang saja, aku pasti bakalan bantuin kamu buat dapetin pak Andi" Gris mengedipkan sebelah matanya seolah dia memiliki rencana untuk menjadikan Bella pengganti Tamara. "Apaan sih" wajah Bella langsung bersemu merah. Jujur saja di dalam hatinya kini ada keinginan untuk balas dendam. Setelah dia tahu kalau ibunya Tamara wanita yang telah merusak rumah ta
"Ma, jadikan ikut ke rumah Bella hari ini?" Gris mengoles selai strawberry kesukaannya pada roti tawar yang tengah dipegangnya. Dia duduk dimeja makan sambil memperhatikan mamanya tengah memasak. "Iya dong sayang. Ini mama lagi bikinin masakan kesukaan Nilam. Dulu ketika berkunjung ke gubuk orang tua mama, Nilam selalu request makanan ini" Veronika mengingat sahabatnya itu selalu membujuk mamanya Veronika untuk dimasakan rendang jengkol. Mamanya memasak rendang jengkol dengan tambahan bumbu rahasia yang membuat rasa jengkol olahan mamanya terasa spesial. "Kuy lah. Pasti mamanya Bella bakalan senang bertemu kembali dengan mama" Gris tampak begitu senang akan bertandang ke rumah Bella. Sejak Gris tahu tentang kehidupan orang tua Bella dulu. Ada rasa kasihan dan sayang kepada Bella mengisi hati Gris. Sebab, dia yakin jika Bella mengalami masa-masa yang sulit setelah perpisahan orang tuanya dulu. Dada Gris begitu bergemuruh ketika mamanya menceritakan bagaimana mamanya Bella dan Bella w
"Halo ma". "Halo sayang". "Andi, mama mau bicara dengan kamu. Bisa kamu nanti mampir ke rumah" Listy meminta anaknya tersebut untuk menemui dia di rumahnya. "Bisa ma, lagipula ada yang ingin Andi bicarakan juga dengan mama" jawab Andi ketika sang mama menelponnya. "Benarkah? Sepertinya ada hal yang penting. Jika kamu sudah bicara seperti itu" Listy mengukir sebuah senyuman pada bibir mungilnya. Sambil memainkan sendok pada piring saladnya. "Mama nanti juga akan tahu setelah Andi ceritakan" Andi berbicara dengan nada yang memancarkan hatinya tengah senang dan bahagia. "Tentu saja, tapi mama begitu sangat penasaran. May i guess?". "Apa Tamara hamil?" tanya Listy penuh harap. Meski dia tidak terlalu menyukai Tamara. Tapi sebagai seorang ibu dia sangat menginginkan anaknya memberikan kabar gembira. Yakni, kabar dirinya akan menjadi seorang nenek. "Huh". "Sepertinya itu tidak akan pernah mungkin ma" ucap Andi sedikit bernada frustasi. Listy merasakan ada beban yang terpendam dalam
"Pagi Bella" sapa Andi ketika dia akan memasuki ruang kerjanya. "Pagi pak" balas Bella sambil membungkukkan badannya. "Bisa kamu masuk ke ruangan saya? Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu" ucap Andi menyiratkan sebuah perintah. "Baik pak". "Setelah saya selesai mempersiapkan berkas yang harus bapak tanda tangani nanti. Jadi biar sekalian saja pak saya masuknya" jawab Bella. Andi pun mengangguk setuju. "Baiklah" Andi pun berlalu pergi masuk ke dalam ruangannya dan mulai disibukkan dengan kegiatan kantornya. Setelah tiga puluh menit, pintu ruangan milik Andi diketuk. "Tok… Tok… Tok". "Masuk" ucap Andi. Nampak wajah Bella yang membuka gagang pintu. Ditangan sebelahnya dia merangkul beberapa map. Mungkin itu adalah berkas yang harus Andi tanda tangani seperti ucapannya tadi. Andi menampilkan senyuman manisnya saat melihat wajah Bella yang terlihat cantik menawan. Pesona Bella sungguh membuat Andi seperti dimabuk asmara. Hatinya selalu berbunga-bunga jika menatap iris milik B