Home / Romansa / Aku Bukan Pelakor / Ancaman Mertua

Share

Ancaman Mertua

Author: Thata
last update Last Updated: 2022-06-04 00:13:39

Memang Andi selalu bersikap dingin dan acuh kepada dirinya. Namun kali ini berbeda, dirinya benar-benar marah pada Tamara. Sudah bisa dipastikan dia juga akan menjaga jarak dengan Tamara. Padahal hubungan mereka sedikit membaik sebelumnya, Andi sudah bersikap mulai mencoba untuk menerima kehadiran Tamara dalam hidupnya.

Selama tiga tahun pernikahan, tak pernah sedikit pun Andi menghangatkan tubuh Tamara. Selalu dia berkata, tidak ingin menyentuh Tamara tanpa memiliki cinta. Sehingga membuat Tamara sedikit heran, apakah dirinya normal. Sebab itulah Tamara terlalu over protektif takutnya Andi tidak akan pernah mencintai dirinya. Tidak seperti dirinya yang mencintai Andi.

Kejadian tiga tahun yang lalu lah membuat Tamara mencintai Andi begitu dalam. Lebih tepatnya cinta pada pandangan pertama. Tamara selalu melakukan berbagai cara untuk memiliki Andi seutuhnya. Namun tidak pernah berhasil.

Sebuah panggilan masuk dari mommy. Ya, ibu Andi. Mertuanya Tamara, Listy. Tamara sudah yakin sekali, pasti ini ada hubungannya dengan video siaran langsung yang dia lakukan. Secara mertuanya itu merupakan anggota sosialita yang terpandang dan begitu dihormati.

"Huh, sial" umpat Tamara.

"Halo mom" sapa Tamara ketika menerima panggilan masuk dari sang mertua.

"Tamara, apa-apaan kamu itu. Membuat malu keluarga dan juga Andi kepada koleganya. Sikapmu itu memalukan dan begitu rendahan. Tidak menunjukkan sama sekali sikap keanggunan, dan tidak mencerminkan bahwa kau adalah wanita terhormat".

"Perbuatanmu itu sama saja seperti melemparkan kotoran pada wajah Andi dan juga kami sekeluarga" Listy masih dalam suasana yang benar-benar ingin meledak.

Seandainya bukan karena rasa hutang budi, Listy tidak sudi memiliki menantu seperti Tamara yang gila uang dan kemewahan. Dirinya dan juga ibunya yang sama-sama haus akan kegemerlapan duniawi. Rasa empati yang dulu ada secara perlahan sirna. Apalagi melihat Andi yang tidak bahagia dengan pernikahannya dengan Tamara.

"Maafin Tamara ma, Tamara hanya ingin Andi lebih perhatian sama Tamara. Bukan mengacuhkan Tamara".

"Bukan seperti itu caranya. Harusnya kamu yang mengubah sifat kamu yang arogan dan bersikap semaunya itu. Kamu kira mama tidak tau apa saja yang telah kamu lakukan? Seenaknya kamu memecat sekretaris Andi dan memarahi para karyawan yang ada dikantor. Memangnya kamu memiliki kontribusi apa pada perusahaan? Kamu hanya bisa shopping dan menghambur-hamburkan uang Andi saja".

"Aku kan istrinya jadi wajar dong ma aku menggunakan uang suamiku".

"Tapi tidak wajar dengan memakai uang secara berlebihan".

"Kamu itu harus sadar diri, siapa kamu itu sebenarnya? Seharusnya kamu itu bersyukur karena kami telah mengangkat derajat kamu dan orang tuamu itu. Jika tidak, kamu bisa bayangkan seperti apa hidupmu sekarang? Jadi tidak usah terlalu banyak tingkah. Jika nanti saya dengar kabar yang tidak baik lagi tentangmu. Bersiap lah kamu untuk saya lempar kembali kejalanan".

"Ini peringatan pertama dan terakhir buat kamu Tamara. Saya tidak segan-segan untuk meminta Andi menceraikanmu. Bukankah kamu tau sendiri, Andi menikahimu karena permintaan saya bukan keinginan dirinya. Saya menyesal kenapa dulu meminta dia menikahimu? Anak saya kini begitu tampak tidak bahagia dengan hidupnya sekarang".

"Ingat peringatan saya ini Tamara. Jangan pernah macam-macam dengan saya. Akan saya pastikan hidupmu hancur seperti debu" Listy meluapkan amarahnya yang selama ini terpendam karena sangat kecewa dengan menantunya itu.

"Baik ma, Tamara janji akan berubah menjadi istri dan menantu yang lebih baik lagi" ucapnya dengan nada yang rendah dan penuh penyesalan. Tapi semuanya hanyalah sandiwaranya saja. Padahal dalam hati Tamara dia memberikan sumpah serapah kepada mertuanya yang menjengkelkan baginya.

Panggilan pun ditutup oleh Listy, dan Tamara pun menggeram karena kesal. Dia tidak terima dengan sikap Listy yang menginginkan dirinya untuk berpisah dari Andi.

"Tidak boleh, aku harus tetap menjadi istrinya Andi. Aku tidak ingin kehilangan semua fasilitas serta kenyamanan yang sudah aku dapatkan sekarang ini" gerutu Tamara yang tidak terima dengan ancaman dari Listy sang mertua. Bagaimana pun caranya dia tidak mau lagi kembali hidup miskin dan harus bekerja sendiri untuk mengisi perutnya? Seperti dulu, dimana hidupnya yang begitu menderita.

"Kenapa sih kamu terlalu sulit untuk aku taklukan?" Tamara marah melihat ke arah foto yang tergantung menempel di dinding. Foto perkawinan Andi dan Tamara.

"Apa kurangnya aku sebagai seorang wanita? Aku cantik, seksi, serta memiliki tubuh yang begitu sempurna. Laki-laki mana yang tidak tergoda dan tidak ingin menikmati tubuh ini. Tapi kenapa sampai sekarang ini tak sekali pun kamu mau menyentuhku Andi?" teriak Tamara begitu frustasi dengan keadaan menyedihkan seperti ini.

Tamara memang begitu menggilai Andi sejak pertemuan pertama mereka dulu. Dengan sengaja Tamara mengikuti Andi, mencari profil tentang dirinya. Apalagi saat dia tahu Andi adalah anak tunggal dari perusahaan besar yang begitu sangat disegani di dunia bisnis sekarang ini. Tentu saja jadi motivasi bagi Tamara untuk mendapatkan Andi. Angan-angan untuk menjadi seorang istri pengusaha sukses yang kaya raya itulah yang dikejar Tamara.

Sengaja dia mengikuti Andi ke Bali yang akan bertemu dengan salah satu kliennya yang berasal dari luar negeri. Sebagai janji kerjasama, Andi yang akan membiayai keperluan sang rekan selama berlibur di Bali. Saat itulah Tamara tampil sebagai penolong Andi yang nyaris tenggelam.

Tamara bisa menikahi Andi tentu saja karena kegigihannya untuk benar-benar bisa memilikinya. Tamara berpikir dia akan mudah untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang Andi. Nyatanya tidak pernah sama sekali. Mertuanya dulu juga sangat menyayangi dirinya, tapi kenapa sekarang dia berubah mengerikan seperti tadi. Kejadian ini benar-benar diluar ekspektasi dirinya. Ingin dirinya menikmati hidup bersama dengan Andi sekaligus menikmati harta milik keluarga Andi tentunya. Memiliki semuanya tentu saja akan membuat Tamara menjadi perempuan yang beruntung. Sekaligus dia ingin memamerkan kepada orang-orang yang dulu menghina dirinya dan juga mamanya. Serta menampar para mantannya yang tidak tulus menyayangi dirinya.

"Ok Listy, jika aku tidak bisa menundukkan dirimu ataupun anakmu. Maka aku yang akan mengambil semua milik Andi. Termasuk rumah mewah ini" pikir Tamara. Dia sudah berusaha, menjadi sosok istri yang baik selama ini. Jadi dia tidak ingin rugi, jika nanti harus disuruh berpisah dengan Andi. Setidaknya setelah mendapat semua harta milik Andi dan juga keluarganya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Bukan Pelakor   Hasrat Tamara

    Tamara sudah pulih, kini dia bersiap untuk memulai aksi balas dendamnya kepada Andi dan Bella. Setelah semua barang milik Gery dijual oleh Baron, kini dia memiliki sedikit modal untuk melakukan aksinya. Belum lagi uang yang tersimpan di rekening Gery yang lumayan banyak. Membuat Tamara tidak merasa miskin lagi. Kini dia tengah berencana untuk mengambil semua hartanya yang telah diberikan Gery kepada istrinya. Apalagi keberadaan istri Gery telah diketahui, Baron dan anak buahnya memang bisa diandalkan untuk masalah mencari tahu keberadaan istri Gery. Kehidupan Bella dan Andi pun juga selalu mereka awasi, apalagi sekarang gugatan cerai yang diajukan oleh Andi telah diputuskan. Secara resmi kini mereka telah bercerai. Membuat Tamara begitu membenci Andi dan Bella. "Kita lanjutkan rencana kita, sesuai rencana yang telah kita susun" ucap Tamara kepada Baron dan Ruby serta anak buah Baron. Sedangkan Tessa hanya duduk mengamati mereka sambil memakan buah apel yang sudah terpotong dalam piri

  • Aku Bukan Pelakor   Kembali Lagi

    Ruby menggeledah isi kamar Gery, mungkin ada barang yang bisa menghasilkan uang. Sebab dia tahu sekarang Tamara tidak punya apa-apa lagi. "Memangnya apa yang kamu cari sih dari tadi" Tessa menggerutu melihat tingkah Ruby. "Aku lagi mencari barang yang berguna biar bisa dijual. Coba tante bantu aku nyari-nyari" ucap Ruby kesal karena tersinggung dengan ucapan Tessa bernada marah kepadanya. "Memang jenius kamu Ruby" wajah Tessa terlihat kegirangan dengan pemikiran Ruby yang tidak terpikir olehnya sebelum ini. Setelah bekerjasama, akhirnya lumayan banyak barang yang terkumpul oleh mereka berdua. Terdapat lima jam tangan mahal yang harganya tentu saja puluhan hingga ratusan juta. Ada tiga cincin berlian, satu sertifikat rumah atas nama Gery. Serta mereka menemukan kunci rumah dan juga kunci mobil. Mungkin kedua barang itu milik Gery tanpa sepengetahuan Tamara. "Sayang, bisa kamu cek alamat rumah ini. Cari tau siapa pemiliknya, apa rumah itu ditempati atau tidak?" Ruby meminta bantuan

  • Aku Bukan Pelakor   Bala Bantuan

    Ruby memeriksa kondisi Gery yang sudah tidak bergerak lagi setelah mendapatkan pukulan dari Tamara yang tepat mengenai kepalanya. Sudah bisa dipastikan kalau Gery kini sudah meninggal apalagi genangan darah yang menghiasi lantai keramik putih apartemen kini terlihat begitu sangat kontras merah dan putih. Tamara masih terus saja berteriak dan menangis tidak karuan. Ruangan itu pun kini dipenuhi dengan darah, entah itu darah dari Gery ataupun darah Tamara. Ya , Tamara mengalami pendarahan yang hebat setelah mendapat tendangan dari Gery sebelumnya."Bagaimana sekarang Ruby" Tessa begitu panik dengan keadaan saat ini. Apalagi kondisi Tamara yang terlihat seperti orang gila. Namun tidak berapa lama kemudian Tamara jatuh pingsan karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit akibat pendarahan dan rasa kekecewaan dihatinya. Semua kepedihan, semua kehancuran yang Tamara alami berputar-putar dalam kepalanya hingga membuatnya jatuh pingsan karena dia tidak bisa menerima kekalahannya."Tamara" teriak

  • Aku Bukan Pelakor   Bertemu Keluarga Kembali

    "Pa, aku sudah menemukannya" ucap Listy pada sambungan telponnya. "Kini Nilam tengah terbaring lemah di rumah sakit pa. Semuanya sungguh diluar dugaan pa, seolah takdir telah bermain-main"."Aku tidak bisa menjelaskan semuanya pa, jika papa ingin tau keadaannya papa bisa datang kesini dan melihat kondisinya"."Dia sedang menderita kangker pa" Listy terisak berbicara dengan papanya di telpon. Dia sangat bersedih melihat kondisi sepupunya itu dengan kondisi yang begitu menyedihkan. Seandainya saja, dia menemukan Nilam lebih awal mungkin dia tidak akan menderita dan penyakitnya tidak akan separah ini. Listy merasa sangat begitu berterimakasih kepada Nilam yang kabur dari perjodohannya dengan Rudi di waktu lampau. Meski dia tau semua itu ulah suaminya sendiri yang membantu pelarian Nilam dengan kekasihnya. Sebab, jika dia tidak menggantikan posisi Nilam untuk melakukan perjodohan dengan Rudi. Dia tidak akan pernah tau betapa beruntung dirinya dicintai oleh Rudi. Listy bahkan tidak akan

  • Aku Bukan Pelakor   Membantu Pelarian

    Nilam bertemu dengan Rafly ditaman tempat mereka biasanya ketemuan. Pertemuan mereka dibantu oleh pengasuh Nilam sejak kecil. Bi Fatimah lah orang yang selalu membantu Nilam untuk bisa keluar dari rumahnya."Mas, aku mau mohon sama kamu bawa aku pergi dari sini. Kita kabur saja mas, aku tidak mau dijodohkan sama papa mas" Nilam menangis dalam pelukan Rafly. "Tapi sayang, aku tidak ingin dianggap lelaki pengecut sama papamu karena membawamu pergi dan kabur dari sini" Rafly mencoba untuk menenangkan Nilam dan memberikan pengertian kepadanya bahwa yang dia katakan itu salah. "Tapi aku tidak mau dijodohkan dengan Rudi mas, aku menganggap dia seperti kakakku. Dia pun juga begitu, dia hanya menganggap aku seperti adiknya. Rasanya sulit bagi kami untuk menerima perjodohan ini mas" Nilam menjelaskan. Sebab, dia tau Rafly kadang merasa cemburu dengan Rudi. Dia pun yakin jika Rudi juga tidak menginginkan perjodohan ini. Apalagi dia tahu Rudi sedang mencari perempuan yang sudah membuat dirinya

  • Aku Bukan Pelakor   Demi Cinta

    "Nilam, besok malam kamu dan Rudi akan melangsungkan pertunangan" ucap Bima tiba-tiba saat mereka sedang makan malam. Anjas dan Marina hanya terdiam mendengar ayah dan ayah mertuanya memberitahukan berita baik tersebut. Namun itu justru merupakan berita petaka bagi Nilam."Maksud papa apa?" jawab Nilam lembut. Dia tidak berani menatap mata Bima, karena dia tahu betapa kerasnya watak sang papa. "Apa telingamu sudah tuli Nilam?" kalimat yang terdengar begitu singkat diucapkan oleh Bima tapi terasa bergidik bagi siapapun setelah mendengarnya."Tapi pa aku sama Rudi cuma..." belum sempat Nilam menyelesaikan kalimatnya. Bima meletakkan garpu dan sendoknya ke meja dengan begitu nyaringnya. Seperti dia tengah menggebrak meja makan pada saat itu. Suasana pun seketika menjadi hening, tak ada aktivitas tengah makan lagi diantara semuanya. Baik Nilam, Anjas maupun Marina."Tidak ada kata penolakan atau alasan apapun. Pokoknya besok malam kamu dan Rudi akan melangsungkan pertunangan" Bima menata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status