Share

Memalukan

Tamara yang terkejut oleh teriakan suaminya itu, langsung gugup ketika melihat tatapan mengerikan yang diarahkan oleh suaminya itu. Tak pernah dia melihat sorot mata seperti itu dari Andi, meskipun dia begitu marah dengan sifat cemburu Tamara. Tapi tatapan tajam seperti itu tidak pernah Andi perlihatkan kepadanya. Tamara pun langsung terdiam gugup dan juga takut.

"Ada apa pak Andi" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja ikut keluar dari kamar yang dimasuki oleh Andi tadi. Kini mereka berdiri berdampingan di luar kamar.

"Aku tidak menyangka kamu mas. Ternyata kamu akan menikmati wanita murahan ini bersama pria tua ini" decih Tamara seolah dia jijik. Tamara berakting seolah-olah dia telah dikhianati. Dia sengaja melakukan hal tersebut agar mendapat simpatik orang-orang yang melihat kejadian tadi.

"Tutup mulut kamu Tamara" teriak Andi begitu lantang.

"Maksudnya apa ini?" tanya pria paruh baya itu bingung kepada wanita yang ada didepannya yang tengah mengarahkan handphone ke arahnya. Serta Andi yang terlihat geram kepada wanita itu yang tidak lain istrinya.

Andi yang melihat Bella terisak dan rambutnya yang terlihat dan begitu berantakan. Langsung melepaskan jasnya dan menutupi rambut Bela yang kini sudah terlepas dari kerudungnya. Tamara tidak terima dan berusaha menghalangi tangan Andi. Namun dia kalah kuat dengan Andi yang sekali dorong membuat Tamara terjatuh.

"Maafkan saya pak Rendra, mungkin rapat kerjasama kita hari ini sebaiknya kita tunda dulu" ucap Andi sambil membungkukkan badannya meminta maaf.

"Siapa wanita ini pak Andi?" tunjuk pak Rendra menanyakan Tamara yang terduduk dilantai akibat dorongan Andi tadi.

"Dia istri saya" jawabnya begitu lemas. Mungkin dia merasa sangat malu dengan kelakuan keji istrinya yang tak berperasaan.

"Oh istrinya pak Andi. Saya rasa mungkin ada kesalah pahaman disini. Mungkin pak Andi bisa menyelesaikan masalah rumah tangga pak Andi terlebih dahulu, baru kita membahas kerjasama kita".

"Saya takutnya, hal ini akan berdampak pada kerjasama kita ke depannya".

"Mungkin ini juga salah saya, saya minta maaf hingga terjadi seperti ini. Seandainya istri saya sedang tidak dalam kondisi sakit sekarang ini. Mungkin kita tidak akan membahas urusan kerjasama kita di kamar saya" ucap pak Rendra sopan dengan nada yang lembut.

"Saya justru yang harus minta maaf, sehingga terjadi keributan seperti ini".

"Untuk ke depannya, saya pastikan tidak akan ada lagi kejadian tidak mengenakkan seperti ini".

"Sekali lagi saya minta maaf" Andi mengucapkan maaf untuk kesekian kalinya.

"Kalau begitu saya permisi" kemudian pak Rendra masuk kembali ke dalam kamar hotel dan menutup pintunya.

Andi menatap tajam kepada Tamara denga penuh kebencian yang mendalam. Sepertinya dia begitu sangat memendam amarah yang begitu banyak, seakan semua itu akan meledak.

"Puas kamu Tamara".

"Sudah mempermalukanku pada rekan bisnisku" teriak Andi membuat Tamara ketakutan.

Dia bukan takut dengan kemarahan Andi, melainkan takut karena telah salah menuduh Andi. Dia takut keluarga Andi akan membenci dirinya dan menyuruh Andi untuk menceraikan dirinya. Dia tidak ingin hidup susah kembali. Dia sudah bersusah payah agar bisa memiliki suami yang kaya. Kini dia tidak ingin kehilangan kenyamanan yang sudah dia miliki saat ini.

"Maaf aku tidak tau tentang itu".

"Aku kira kamu selingkuh dengan sekretarismu ini" ucap Tamara sambil menunjuk pada Bella.

"Kamu itu memang tidak punya otak Tamara".

"Kamu sendiri yang menjadikan Bella sekretarisku, apa yang perlu kamu curigai?".

"Kamu itu terlalu berlebihan dengan cemburu butamu itu".

"Aku muak dengan tingkahmu seperti ini".Andi berlalu pergi, sambil merangkul Bella. Tangannya menutupi kepala Bela agar auratnya tidak terlihat.

Ada rasa tak ingin rambut indah Bella dilihat oleh orang lain. Itulah yang dirasakan oleh Andi saat ini. Dia seakan ingin menjadi pelindung Bella.

"Kita ke rumah sakit untuk mengobati luka pada dagumu ini" ucap Andi masih melangkahkan kakinya berjalan bersama Bella. Kini rangkulannya seperti sebuah pelukan, begitu erat tangan Andi merangkul tubuh langsing milik Bella.

Ada rasa bahagia menyelimuti hati Bella. Dia merasa terlindungi dengan sikap manis Andi. Sungguh tidak pernah dia sangka. Jika Andi akan melakukan hal yang begitu romantis seperti adegan film drama korea yang sering Bella tonton.

Tamara masih terpaku dengan segala kecerobohannya. Tamara terkejut saat memandangi ponselnya. Dia lupa mematikan siaran langsung pada aplikaai sosial medianya. Dia terkejut membaca komentar pedas dan hujatan yang dilontarkan oleh para netizen kepada dirinya.

"Istri tak tahu diri, merasa dirinya lebih hebat" komentar salah satu netizen.

"Sangat terlihat sekali suaminya tidak mencintaimu. Mungkin dia sudah jengah dengan kelakuan dirimu yang kekanak-kanakan" komentar lainnya serta berbagai macam komentar buruk dan menyudutkan dirinya yang salah.

Tamara tampak frustasi karena kejadian ini membuat dia harus kehilangan beberapa pengikutnya. Dia sangat kesal.

"kalau seperti ini, mungkin akan menjadi sulit untuk dirinya mendapatkan endorse lagi" kehilangan kemewahan hidup itulah yang ditakutkan oleh Tamara. Dia tidak ingin kemewahan itu hilang dari dirinya sekarang ini.

Tamara langsung mematikan siaran langsungnya. Dia bergegas akan menemui Andi serta meminta maaf, selain itu juga dia akan meminta maaf kepada Bella. Meskipun harus berlutut di hadapan Bella, yang penting Andi mau memaafkan kesalahannya kali ini.

Tamara menunggu kedatangan Andi dirumah mewah milik Andi. Hadiah pernikahan mereka dari orang tua Andi. Andi melangkahkan kakinya mengindahkan keberadaan Tamara yang sedang menunggunya di ruang tamu.

"Mas, aku mohon maafin aku mas" kata Tamara mengekori Andi. Namun Andi tidak menggubrisnya.

"Mas, maafin aku. Aku terlalu takut kehilangan kamu mas. Aku khilaf mas" ucap Tamara bernada sedih dan memelas. Berharap Andi akan tersentuh.

"Aku takut kamu menduakan aku mas. Aku sangat mencintaimu mas" katanya lagi dengan nada penekanan pada kalimat "Aku sangat mencintaimu mas".

"Sudah selesai bicaranya".

"Sebaiknya kamu keluar aku ingin istirahat" ucap Andi tegas.

"Mas, jangan seperti ini? Aku sadar aku memang salah" ucapan Tamara terhenti ketika mata mereka saling beradu pandang

"Apakah kamu sadar dengan perbuatanmu tadi siang?".

"Itu sangat memalukan, apalagi kamu menyiarkan kejadian tadi siang secara langung pada salah satu akun sosialmu".

"Apa yang kamu lakukan itu mengerikan? " Andi langsung berpaling membuang muka.

Rasa tidak sudi baginya untuk melihat wajah wajah munafik Tamara. Andi sangat khawatir jika perjanjian kerjasama nya dengan pak Rendra akan terganggu. Sudah lama dia menunggu untuk meluapkan kekesalannya terhadap Tamara yang selalu bertindak semaunya dan bersikap arogan di kantor maupun diluar kantor. Seolah-olah dialah pemilik perusahaan Andi.

"Mas, aku mohon maafkan aku. Lain kali aku tidak akan pernah melakukan hal konyol lagi" dia berharap Andi akan memberikan kesempatan untuk dirinya lagi.

"Aku tidak tau, sebaiknya kamu keluar dari kamarku" ucap Andi membelakangi Tanara.

"Tapi ini kamarku juga mas, ini kamar kita" Tamara masih mencoba untuk membujuk Andi. Berharap dia akan segera berubah pikiran.

"Keluar sekarang juga. Dirumah ini masih banyak kamar kosong".

"Aku ingin kamu menjaga jarak denganku" ucapan Andi seperti petir yang mengerikan bagi Tamara. Tamara tak bergeming dengan permintaan Andi tadi. Dia masih syok dengan ucapan Andi. Tapi Andi langsung memegang tangan Tamara dan menyeretnya keluar kamar, setelahnya pintu dibanting keras oleh Andi. Tamara berdiri terpaku di depan kamar Mereka. Seolah tak percaya dengan perlakuan Andi yang begitu dingin. Meskipun sebelumnya Andi selalu bersikap dingin, tapi kali jauh berbeda. Seperti kebencian yang begitu dalam dari sorot matanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status