Share

Bab 213

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-16 23:20:40

"Lho, Kak Zidan tidur di sini?"

Sepertinya Ayunda bingung melihat sang Kakak yang tidur di sofa.

Ketika melewati ruang keluarga sambil berjalan mengantar suaminya hingga di teras.

"Semalam dia tidur di kamar kita, tapi aku tendang," kata David.

"Kok ditentang?" Ayunda pun menatapnya penuh tanya.

"Dia meluk aku, ih," David pun merinding mengingatnya kembali.

Sedangkan Ayunda menatapnya penuh tanya, dia sendiri merasa aneh mendengar ucapan sang suami.

"Aku nggak mau dipeluk selain kamu!" tegas David.

"Harusnya peluk balik dong, biar romantis," Ayunda pun terkekeh geli melihat raut wajah sang suami.

Suaminya yang tampan itu benar-benar kesal pada Zidan.

"Enak aja, emang aku cowok apaan?"

"Dikit doang, Kak, nggak sampai lecet kok."

"Pokoknya nanti malam kamu tidur di kamar kita!"

"Lho, bukanya lebih enak tidur dengan Kak Zidan?"

"Enak apanya? Geli sekali!"

"Geli atau apa?"

"Sayang, pokoknya mulai. nanti malam nggak boleh tidur di kamar manapun selain di kamar ki
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eka Vesa Longa
up lagi kk Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 218

    Tere bergerak pelan agar bisa lebih jauh lagi dengan Zidan, tapi anehnya Zidan semakin memeluknya erat dari belakang. "Katanya kamu mau melihat ponsel baru mu?" tanya Zidan yang mengingat kembali ucapan Tere sebelumnya. Sebenarnya dia hanya ingin memecahkan ketegangan saja. "Iya, tapi...... bisa tolong lepaskan aku?" tanyanya dengan ragu. "Apa hubungannya? Aku hanya sedang ingin lebih hangat, aku merasa dingin sekali," bohongnya. "Kenapa tidak pakai selimut?" "Iya, juga ya," Zidan pun menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua, "tapi masih terasa dingin," katanya lagi agar tak ada alasan untuk melepas pelukannya. "Biar aku ambilkan selimut lainnya, sebentar," ucap Tere demi bisa lepas dari Zidan. "Begini saja, aku sangat kedinginan dan terasa mulai hangat." Tubuh Tere mulai terasa bergetar, dia sangat takut dan bingung harus bagaimana lagi untuk bisa lepas dari Zidan. Dia hanya berdoa semoga saja Wina datang dan tidur bersamanya. 'Gawat, kenapa jadi gerah

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 217

    "Nggak papa, nggak tahu kenapa air mataku mengalir aja tiba-tiba," jawabnya sambil terus mengusap wajahnya berusaha untuk menghentikannya. Dengan segera dia pun bangkit dari duduknya untuk pergi dari sana. Zidan ingin memanggilnya tapi suaranya tidak keluar hingga dia hanya bisa menatap punggung Tere. Tapi tak lama kemudian dia pun menyusul Tere yang telah masuk ke dalam kamar terlebih dahulu. Dia melihat Tere berdiri di balkon, tatapan matanya terlihat sangat sayu. Dia tahu pikiran wanita ini sedang dalam kesedihan. Zidan juga sadar dia adalah orang yang telah merubah wanita yang dulunya begitu ceria kini terus diselimuti kesedihan.Dia memang tidak mengatakan apa-apa, tapi dia juga sudah berjanji akan memperbaiki semuanya pada dirinya sendiri. Dia pun mencoba untuk melangkah masuk dan mendekati Tere. Sejenak dia hanya diam saja sambil terus menatap punggung wanita itu. Belum sempat dia bersuara tiba-tiba Tere sudah memutar badannya terlebih dahulu dan melihatnya. "A

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 216

    Zidan pun menyusul Tere yang sudah masuk ke dalam kamar terlebih dahulu. Dia melihat Tere sedang menangis sambil duduk di sisi ranjang. "Aku minta maaf," ucap Zidan tiba-tiba. Tere mulai menyadari kehadiran Zidan, dia pun mengangkat kepala untuk melihat wajah Zidan. "Sebenarnya tadi aku khawatir kamu kembalikan ke apartemen untuk melakukan hal seperti sebelumnya," ucap Zidan lagi. Tere pun mengangguk sebagai jawaban, kemudian dia pun bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Sesaat setelah mandi dia pun segera menuju ruang makan. Dia tau Wina pasti benar-benar menunggunya di sana. Benar saja, Wina terlihat meletakkan secangkir teh hangat pada meja. "Duduklah dan makan, ini hari sudah hampir sore tapi kamu belum makan siang. Mama takut kamu sakit," ucap Wina. "Makasih, Ma," kata Tere sambil duduk di kursi meja makan. Tere pun mulai menyayangi Wina seperti dia menyayangi ibunya. Wina adalah ibu mertua yang tak beda dengan ibu kandung, dia baik, ramah

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 215

    Sesampainya di apartemen milik Tere dengan segera Zidan pun menekan pasword. Setelah pintu terbuka dia pun mulai mengedar pandangannya ke seluruh sudut ruangan. "Tere," panggilnya sambil berjalan memasuki ruangan-ruangan yang ada di sana. Jika saja dia menemukan Tere dalam keadaan seperti sebelumnya entah apa yang akan terjadi. Tapi ternyata dia tidak menemukan keberadaan Tere disana, bahkan tanda-tanda Tere pernah kesana pun tidak ada. "Kemana perginya?" Zidan pun mulai bertanya-tanya dalam kebingungannya dia pun segera pergi dari sana. Dia tak bisa tenang sebelum memastikan bahwa Tere baik-baik saja. Satu jam sudah berlalu dia terus menyusuri jalanan tapi tak juga menemukanya. Hingga akhirnya laju mobilnya harus terhenti karena ada kerumunan orang didepan sana. Zidan pun menurunkan kaca mobilnya agar bisa bertanya pada orang-orang di sana. "Ada apa, Pak?" tanya Zidan. "Ada mobil kecelakaan," jawab sang bapak yang tampak asing di mata Zidan. "Kecelakaan?"

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 214

    Semalaman penuh Zidan tidak dapat tertidur pulas, dia baru tidur saat hari hampir pagi. Hingga akhirnya hari yang hampir siang barulah dia terbangun. Dia pun kembali ke kamar, tapi tidak ada siapa-siapa disana. Pintu kamar mandi tak lagi bisa terkunci, Zidan yang meminta pada tukang yang memperbaiki pintu agar tak membuat kunci karena tak ingin Tere terkunci lagi di dalam sana. Hingga dia pun mulai membuka pintu kamar mandi yang masih tertutup dengan perlahan, memastikan apakah Tere ada di dalam sana atau tidak. Ternyata tidak. Lalu dimana dia? Zidan pun keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Tere. "Kak, kamu baru bangun tidur? Bangun tidur bukannya mandi, ganti baju malah mau sarapan," omel Wina yang melihat Zidan yang tiba di ruang makan. Zidan pun baru menyadarinya ternyata dia belum mandi, otaknya benar-benar membingungkan karena hanya fokus mencari keberadaan Tere. "Zidan cari Tere, soalnya bingung dimana kemeja putih Zidan, Ma," bohongnya memberikan alibi

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 213

    "Lho, Kak Zidan tidur di sini?" Sepertinya Ayunda bingung melihat sang Kakak yang tidur di sofa. Ketika melewati ruang keluarga sambil berjalan mengantar suaminya hingga di teras. "Semalam dia tidur di kamar kita, tapi aku tendang," kata David. "Kok ditentang?" Ayunda pun menatapnya penuh tanya. "Dia meluk aku, ih," David pun merinding mengingatnya kembali. Sedangkan Ayunda menatapnya penuh tanya, dia sendiri merasa aneh mendengar ucapan sang suami. "Aku nggak mau dipeluk selain kamu!" tegas David. "Harusnya peluk balik dong, biar romantis," Ayunda pun terkekeh geli melihat raut wajah sang suami. Suaminya yang tampan itu benar-benar kesal pada Zidan. "Enak aja, emang aku cowok apaan?" "Dikit doang, Kak, nggak sampai lecet kok." "Pokoknya nanti malam kamu tidur di kamar kita!" "Lho, bukanya lebih enak tidur dengan Kak Zidan?" "Enak apanya? Geli sekali!" "Geli atau apa?" "Sayang, pokoknya mulai. nanti malam nggak boleh tidur di kamar manapun selain di kamar ki

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 211

    Tere hanya diam, tatapan matanya ke arah luar tapi dia merasa kosong. Dunianya yang dulu begitu indah kini berubah menjadi gelap penuh luka. Dia juga bingung kenapa masih hidup sampai detik ini. Padahal dia sudah lelah dan ingin menyerah. Dimana letak kebahagiaan yang sesungguhnya? Adakah tiba saat itu nantinya? Kapan? Entahlah, tak ada yang dapat menjawab semua pertanyaannya tersebut. Ketika itu Zidan pun mulai menepikan mobilnya dan melihat Tere. "Kamu mau eskrim?" tanyanya. Tere pun bingung, dia ingin makan eskrim ataupun tidak. Makan saja kebingungan? "Ayo turun," kata Zidan. Zidan pun segera turun dan membuka pintu untuk Tere. Tapi Tere malah menggelengkan kepalanya, dia menolak untuk turun. "Kenapa?" "Aku malu, aku disini aja," katanya. "Kenapa harus malu?" "Aku disini aja," kata Tere lagi. "Tidak perlu malu, ada aku," ucap Zidan yang terlihat memaksanya. Terpaksa Tere pun ikut turun, sambil mencengkram bagian bawah piamanya dia pun berjal

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 211

    Pagi ini tak ada drama yang terjadi di kamar mandi. Dia bisa keluar tanpa terkunci di dalam sana "Ayo makan." Tere pun segera memakannya semetara Zidan ada di dalam kamar mandi. Sambil mengunyah sarapannya dia menatap kunci yang terjatuh di lantai. Dengan perasaan was-was dia pun meraihnya, kemudian segera membuka pintu. Ketika pintu terbuka dia pun mulai melihat ke luar sana. Dengan perasaan cemas dia pun berjalan keluar. Dia mengedarkan pandangannya untuk memastikan tidak ada siapapun yang melihatnya. Ini kesempatan bagus untuk pergi. Tapi saat dia sedang melewati ruang keluarga dia pun malah bertemu dengan Ayunda. "Tere?" Ayunda terkejut melihat Tere yang keluar dari kamar. Begitu juga dengan Tere. "Aku bosan di kamar terus," ucapnya. "Tere, kamu mau kemana? Kamu mau pergi? Kamu tidak sayang sama Mama?" tanya Wina. Tere pun menggelengkan kepalanya dengan cepat karena panik. Maksudnya bukan tidak sayang, tapi bagaimana lagi dia ingin pergi dari sana t

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 210

    "Lepas!" pinta Tere sambil berusaha untuk melepaskan diri. "Tidak apa, kau kedinginan kan?" tanya Zidan yang masih saja memeluk Tere dengan erat. "Aku mohon lepaskan," kata Tere lagi. Akhirnya Zidan pun memilih untuk menurut pada keinginan Tere agar tidak memperkeruh keadaan. Walaupun Tere terlihat kedinginan tapi entah kenapa dia menolak untuk dipeluk. Bahkan sesaat kemudian Tere pun bergerak turun dari ranjang. "Kenapa?" tanya Zidan bingung melihat sikap Tere. "Aku tidur di sofa aja," katanya. Kemudian segera merebahkan dirinya tak lupa juga menyelimuti tubuhnya. "Kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Zidan lagi. Tere pun memilih diam, dia memilih untuk menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Rasanya sangat dingin sekali, dan sebenarnya ranjang lebih nyaman dari pada sofa tetapi tidak masalah. Dia lebih takut jika saja Zidan kembali menggila seperti malam itu. Dia takut jika itu terulang lagi. Bahkan Tere juga tak ingin hamil lagi, apa lagi dia sudah meras

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status