Share

Bab 283

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-17 04:18:56

Akhirnya Tere benar-benar terlelap dalam tidurnya.

Selain karena malu juga karena obat, apa lagi dokter sudah memberikan obat untuk mengurangi rasa mualnya yang berlebihan.

Tapi ketika sudah beberapa jam tidur dia pun mulai terjaga.

Dia melihat Zidan masih ditempatnya, berkutat dengan laptopnya.

"Kamu udah bangun? Makan ya," ucap Zidan sambil berjalan kearahnya.

"Nggak lapar," tolaknya.

"Atau kamu mau makan yang lainnya?"

"Buah aja."

Zidan pun mengangguk dan mulai mengupas buah apel untuk Tere.

"Ayo dimakan," kata Zidan.

Tere pun mulai mengunyahnya dan menurutnya rasanya sangat tidak biasa.

Entahlah...

Dia juga bingung, dia terlihat sangat menikmatinya.

"Mas, udah makan belom?"

"Belom."

"Makan," Tere pun mengarahkan tangannya pada Zidan.

Tentunya Tere tengah memegang sepotong apel yang sudah dikupas oleh Zidan.

Tentu saja dengan senang hati Zidan pun menerimanya.

Sampai untuk yang terakhir Zidan malah menggigit tangan Tere dengan sengaja.

"Aaauu!"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 288

    Zidan menuju kamar tapi ternyata tidak ada Tere disana, kemudian dis pun menuju kamar tamu mungkin saja Tere ada disana. Tapi tidak ada, lalu dimana Tere sekarang. Zidan pun menuju dapur, ternyata benar ada Tere di sana yang tengah mengupas buah. "Tere," panggil Zidan. Tapi masih saja sama Tere tak bergeming dari tempatnya. Dia duduk diam saja sambil mengupas buahnya. Bahkan Wina juga bingung melihatnya. Tapi dia juga hanya diam karena tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga anak menantunya, dia membiarkan Zidan yang menyelesaikan masalahnya. Menurut Wina kali ini masalah keduanya terlalu pribadi. "Tere, kamu mendengarku atau tidak?!" Tere pun segera bangkit dari duduknya dan memilih untuk pergi tanpa melirik Zidan sama sekali. "Tere!" "Zidan," Wina pun menahan lengan anaknya agar tidak pergi. "Entah kenapa dia seperti ini, pergi dan pulang tanpa bicara apapun. Diajak berbicara juga hanya diam saja seakan aku tidak ada," keluh Zidan. "Mungkin dia sedang

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 287

    Jam sebelas malam Zidan kembali ke kamar, tapi tidak melihat keberadaan Tere. Namun, ponselnya tergeletak di atas meja. Zidan mengira jika Tere sedang di kamar mandi, tetapi setelah sepuluh menit kemudian tidak juga ada tanda-tanda Tere keluar. Dia pun segera turun dari ranjang untuk memastikan. "Tere," panggilnya, "kosong?" katanya lagi. Ternyata Tere tidak ada disana seperti apa yang dia pikirkan. Kemudian Zidan pun menuruni anak tangga dan sesampainya di ruang keluarga berpapasan dengan satpam. "Kau melihat istriku disekitar sini?" tanyanya. "Nyonya Tere pergi sejak tiga jam yang lalu, Bos. Dari tadi saya di depan tapi belum juga balik," katanya. "Pergi?" tanya Zidan tak percaya. "Iya, katanya cari jajanan, Bos." Seketika itu Zidan pun menebak bahwa Tere pergi sendirian untuk membeli batagor. Tapi dia sudah pergi sejak tiga jam yang lalu. Zidan pun semakin merasa khawatir, segera dia pun pergi untuk menyusuri jalanan berharap agar menemukan Tere. Tapi saat

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 286

    Zidan melihat jam ditangannya menunjukkan pukul 2 dini hari, dia pun memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya untuk sekarang. Kemudian dia pun mulai berjalan ke arah pintu, tapi ketika pintu terbuka dia juga dikejutkan dengan Tere yang ikut terjatuh. "Tere?" Zidan pun berjongkok seketika itu juga. "Ssssstttttt..." Tere meringis karena kepala terasa sakit saat membentur lantai. "Kenapa kamu tidur di sini?" "Aku ketiduran," kata Tere. Zidan pun cepat-cepat mengangkatnya dan membaringkan di ranjang. Dia benar-benar tidak menyangka jika Tere menunggunya di depan pintu. "Kan sudah aku katakan untuk tidur di kamar, kenapa kamu malah jadi tidur di sana?!" Zidan kesal karena Tere begitu keras kepala. Dia merasa sikap Tere terlalu berlebihan, dia tak sama seperti sebelumnya. "Nggak tau juga," jawab Tere. Dia juga tidak menyangka akan ketiduran seperti tadi. "Sudahlah, sekarang kamu tidur dan tidak usah berbuat yang aneh-aneh!" "Iya," jawab Tere. Kemudian dia pun sege

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 285

    Tiga hari ini Zidan dibuat menegang, entah setan apa yang merasuki tubuh Tere hingga terus saja merayunya untuk menyentuhnya. Zidan sendiri tidak tahu apakah Tere menyadari apa yang dia lakukan sekarang atau tidak. Tapi lagi-lagi Zidan tidak lupa dengan peringatan dokter. Bahkan kini Zidan yang harus berpikir keras untuk mengalihkan perhatian Tere. "Mas..." rengeknya tak hentinya. "Kamu mau eskrim nggak?" tanya Zidan. "Mau..." Tere pun mengangguk layaknya anak kecil. Zidan merasa berhasil untuk merayunya dan dia pun segera membawa istrinya itu pergi untuk membeli eskrim. "Setelah ini aku akan ke kantor, kamu di rumah aja ya." "Nggak mau!" tolaknya dengan suaranya yang manja, bahkan gadis itu bergelayut msndi di lengannya. Keadaan sekarang menjadi berbalik, dulu Tere yang menolak untuk ikut ke kantor setiap harinya dengan berbagai alasan. Kini Tere yang selalu ingin ikut kemanapun Zidan pergi. Zidan sendiri bingung bagaimana caranya agar Tere bisa mengerti, lagi

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 284

    Setelah Wina dan Ayunda pulang, Zidan pun harus kembali ke kamar rawat inap Tere. Apa lagi hari sudah malam dan ini waktunya untuk beristirahat. Tapi anehnya Tere tidak bisa tidur sama sekali, dia berbaring miring memunggungi Zidan yang duduk di sofa. Tapi Zidan merasa ada yang tidak beres karena terlihat punggung Tere bergetar. "Tere," panggil Zidan. "Ya?" jawabnya.Muka Tere terlihat lebab, Zidan curiga istrinya ini menangis. "Kamu nangis? Ada yang sakit?" tanya Zidan panik. "Enggak, Tere maunya tidur dipeluk," katanya secara langsung. 'Mampus,' batin Zidan karena merasa terancam.Dia bingung harus bagaimana, menolak ataupun menurut.Tapi bagaimana caranya menolak, sekarang saja Tere terlihat menangis.Dia juga tidak tega melihatnya."Tapi ranjangnya sempit, tidak muat untuk kita berdua," Zidan mencoba untuk mencari alasan yang tidak menyinggung perasaan Tere."Yaudah aku tidur di lantai aja, kita sama-sama dilantai biar muat."Konyol?Kocak?Agak aneh.Pusing!Itula

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 283

    Akhirnya Tere benar-benar terlelap dalam tidurnya. Selain karena malu juga karena obat, apa lagi dokter sudah memberikan obat untuk mengurangi rasa mualnya yang berlebihan. Tapi ketika sudah beberapa jam tidur dia pun mulai terjaga. Dia melihat Zidan masih ditempatnya, berkutat dengan laptopnya. "Kamu udah bangun? Makan ya," ucap Zidan sambil berjalan kearahnya. "Nggak lapar," tolaknya. "Atau kamu mau makan yang lainnya?" "Buah aja." Zidan pun mengangguk dan mulai mengupas buah apel untuk Tere. "Ayo dimakan," kata Zidan. Tere pun mulai mengunyahnya dan menurutnya rasanya sangat tidak biasa. Entahlah... Dia juga bingung, dia terlihat sangat menikmatinya. "Mas, udah makan belom?" "Belom." "Makan," Tere pun mengarahkan tangannya pada Zidan. Tentunya Tere tengah memegang sepotong apel yang sudah dikupas oleh Zidan. Tentu saja dengan senang hati Zidan pun menerimanya. Sampai untuk yang terakhir Zidan malah menggigit tangan Tere dengan sengaja. "Aaauu!"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status