Share

Gagal Ciuman

Seorang asisten rumah tangga yang datang membawakan minuman untuk Ayu, terlihat penasaran melihat anak majikannya tampak begitu mesra dengan seorang wanita yang bukan istrinya. Namun, wanita paruh baya itu tidak memberikan reaksi apa pun. Bekerja di rumah itu harus seperti orang bodoh. Pura-pura buta dan tuli demi keselamatan diri.

"Kalian ngobrol aja dulu. Ibu mau ke kamar, mau istirahat," pungkas Bu Mirna. Setelah berkata demikian, dia melenggang pergi menuju ke kamarnya.

Setelah memastikan ibunya telah pergi, Rahman mulai melancarkan aksi. Jurus merayunya tidak pernah gagal memikat wanita. Buktinya Alisa wanita paling cantik di sekolahnya saja bisa terpincut dan diajak hidup susah.

Rahman memegang kedua tangan Ayu, lalu mengecup punggung tangannya.

"Kamu udah tahu, kan, kalau aku sudah punya istri?" Ayu mengangguk cepat. Sedikit banyak dia telah mengetahui keadaan Rahman dari Bu Mirna.

"Kamu tetap mau jadi istriku?" Lagi dan lagi Ayu mengangguk mantap.

"Aku terima kamu apa adanya, Mas. Sebenarnya aku sudah suka sama kamu sejak dulu. Aku senang banget waktu tahu mau dijodohkan sama kamu. Sepertinya doaku selama ini tidak sia-sia," ujar Ayu to the point. Tidak ingin lagi menyembunyikan perasaannya.

Sontak Rahman memeluk Ayu. "Aku masih enggak percaya wanita secantik dan sebaik kamu mau jadi istriku. Terima kasih, Sayang."

Jantung Ayu berdegup kencang mendengar panggilan "sayang" dari Rahman. Wajahnya pun segera memerah.

Rahman meregangkan pelukannya. Lalu, menatap dalam manik coklat milik Ayu dengan intens. "Aku janji akan menikahimu secepatnya, Sayang. Aku sudah sayang banget sama kamu."

"Aku juga sayang kamu, Mas. Sejak lama."

Bak gayung bersambut, Ayu membalas pernyataan cinta Rahman. Tidak butuh banyak usaha, karena wanita itu memang telah memendam rasa kepadanya.

Dulu mereka memang pernah dijodohkan, tetapi kala itu Rahman dibutakan cinta. Membangkang demi menikahi Alisa. Meski telah menikah, Bu Mirna tetap tidak menganggap Alisa sebagai menantu. Bahkan anak mereka pun tidak pernah disentuhnya.

Ya, sedalam itu sakit hati Bu Mirna karena Rahman tidak mau menuruti keinginannya. Padahal sejak kecil pria itu selalu jadi anak penurut. Dia yakin jika Alisa yang sudah mencuci otak anaknya.

"Aku akan bilang sama Ibu biar kita nikah Minggu depan saja. Kamu mau, 'kan?"

"Iya, Mas. Memang bagusnya niat baik itu dipercepat." Ayu menahan rasa senangnya. Andai tahu semudah ini menggoyahkan Rahman, tentu dia akan bertindak sejak dulu.

Rahman menangkup kedua pipi Ayu dengan lembut. Ada desiran aneh di dalam dadanya. Meski masih tidak menyangka jika berpaling dari Alisa bisa semudah itu, dia tidak bisa memungkiri jika dia sangat tertarik kepada wanita berparas ayu di hadapannya itu.

"Ayu Sayang."

"Iya, Mas."

Rahman menatap sayu. Pandangan telah ditutupi kabut cinta. Pelan tetapi pasti dia mendekatkan wajahnya ke Ayu. Wanita itu pun memejamkan mata. Satu tangannya bertumpu untuk menopang tubuh agar kuat menghadapi serangan calon suaminya.

"Heh! Kalian mau ngapain?! Dasar perempuan enggak tahu malu!"

Ayu sontak terbeliak dan refleks mendorong tubuh Rahman dengan keras hingga membuat pria itu terjatuh dari sofa. Dia pura-pura memperbaiki rambutnya, tidak berani mengangkat pandangan.

Rahman pun sama terkejutnya. Sudah jatuh, gagal dapat ciuman, eh malah kena labrak. Kalang kabut dia berdiri mencari sumber suara. Pria itu berjanji akan membuat perhitungan kepada siapa pun yang mengganggu aksinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status