Home / Romansa / Aku Ingin Kau Jadi Milikku / Bab 61 - Kemenangan Atas Nama Cinta

Share

Bab 61 - Kemenangan Atas Nama Cinta

Author: Faw faw
last update Last Updated: 2025-10-21 21:21:30

Namun, Ace tak sempat menunjukkan rasa sakit. Dengan ketenangan mematikan, ia mulai mengubah tempo. Kakinya bergerak ringan, tangannya seperti bayangan. Ia mengitari Victor, lalu mengunci celah dalam pertahanannya.

Dua pukulan cepat meluncur. Satu ke rusuk, satu lagi ke perut.

Victor terhuyung.

Ace tak berhenti. Dengan teknik tinju murni yang nyaris seperti tarian maut, ia melesakkan jab tajam ke hidung lawan, lalu satu pukulan keras ke sisi rahang.

Bugh!

Victor jatuh terduduk.

Gym langsung meledak dalam sorak sorai. Para anggota yang menyaksikan, termasuk beberapa kru, melompat kegirangan. Bahkan Yoshi, yang awalnya waspada dan siap turun tangan jika Victor berbuat keterlaluan, kini berdiri melongo, kagum tak percaya.

“Gila… direktur satu itu boleh juga,” gumamnya pelan, lalu tertawa lega.

Ace berdiri di tengah ring, masih dengan ekspresi dingin. Darah menetes di ujung bibirnya, tapi tubuhnya tetap kokoh. Ia tidak mengangkat tangan, tidak mengacungkan jari, tidak menyombongkan kemena
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 114 - Sendirian

    Pesta kemenangan tim Kreatif 1 digelar oleh Vin di sebuah restoran Cina yang juga berfungsi sebagai bar karaoke. Di sana tentunya sudah ada Vin, Haruto, dan Eric. Namun Felisha tidak menyangka, para kru syuting juga ikut bergabung dalam pesta itu. Suasananya jauh lebih meriah dibanding pesta kecil-kecilan di bar beberapa waktu lalu—pesta yang berakhir dengan dirinya yang tak sadarkan diri karena mabuk.“Wah, ramai sekali, ya,” ujar Viola sambil tersenyum kaku.“Aku pikir cuma tim kita saja,” sahut Felisha pelan. Jujur saja, ia merasa tidak nyaman dengan keramaian seperti ini. Terlebih ketika ia memergoki beberapa kru wanita saling berbisik-bisik sambil menatap ke arahnya. Felisha bisa merasakan jelas pandangan itu—dingin, menyelidik, dan membuatnya risih.“Ayo duduk di sini!” seru Eric bersemangat, melambaikan tangan ke arah Felisha dan Viola yang masih berdiri di ambang pintu.Viola segera menggandeng lengan Felisha dan mengajaknya maju. “Ayo, Fel. Kita duduk.”Setidaknya, keberadaan

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 113 - Manisnya Hadiah, Pahitnya Ancaman

    Mobil Ace berhenti dengan gagah di depan kafe kecil di sudut jalan Orchard. Felisha melepaskan sabuk pengamannya, lalu menoleh pada Ace dengan senyum lembut.“Terima kasih sudah mengantarku,” ucapnya sopan. “Kau pulanglah dengan hati-hati, ya.”Ace tersenyum hangat, matanya tak lepas dari wajah Felisha. “Tidak,” katanya santai. “Aku mau kembali ke kantor dulu.”“Kembali ke kantor?” Felisha menatapnya heran. “Kenapa? Ada yang ketinggalan?”Ace menggeleng ringan. “Masih ada yang harus kuurus.”Seketika dahi Felisha mengerut. Ada nada bersalah di suaranya ketika ia berkata, “Kalau begitu, kenapa repot-repot mengantarku? Kau tinggal bilang saja. Aku bisa pulang sendi—”Namun kata-katanya terputus saat Ace tiba-tiba mencondongkan tubuh dan mengecup pipinya dengan lembut.Felisha membeku di tempat karena terkejut.“Kalau cium pipi tidak apa-apa, kan?” bisik Ace pelan, wajahnya masih sangat dekat. Nafas hangatnya menyentuh kulit Felisha.Felisha memalingkan wajah dengan cepat, pipinya mema

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 112 - Komisi

    Viola berdiri terpaku di depan mesin ATM. Di tangannya tergenggam setumpuk uang tebal yang baru saja ditariknya. Jemarinya bergetar pelan, seolah tak percaya dengan jumlah yang begitu besar di genggamannya. Di layar mesin, saldo yang tersisa pun masih separuh dari total awal.“I-ini… beneran?” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Matanya menatap uang itu lekat-lekat, seakan masih berusaha memastikan bahwa semua ini bukan mimpi.Beberapa jam sebelumnya, Viola menerima notifikasi transfer di ponselnya. Keterangan di layar membuatnya tertegun: Bayaran Kerjasama Iklan – Tim Kreatif 1 Newton Group.Jumlahnya 30.000 dolar.Itu terlalu besar. Terlalu tidak masuk akal untuk seorang bintang iklan dadakan seperti dirinya.Ia bahkan sempat berpikir kalau sistemnya salah kirim. Tapi setelah dicek berulang kali, nama dan nomornya benar. Uangnya nyata.Masih dengan perasaan campur aduk antara kagum, bingung, dan sedikit takut, Viola memasukkan kembali sebagian uang ke dompetnya. Tak ingin menunda

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 111 - Guan

    “Bibi Rosie…? Paman Guan…?”Bibir Felisha bergetar ketika menyebut dua nama itu. Terutama nama terakhir—Guan. Orang paling kejam yang pernah ia temui dalam hidupnya.Ingatan pahit itu menyeruak begitu saja.Ia masih kecil ketika pria itu mengusirnya hanya karena meminta sesuap nasi untuk bertahan hidup setelah kedua orang tuanya tiada. Guan mendorongnya dengan kasar hingga jatuh ke tanah.Ketika Felisha kehausan, pria itu bahkan menawarinya sebotol alkohol yang sedang diminumnya sambil tertawa. Felisha kecil yang malang terbatuk-batuk, tenggorokannya perih, namun tak ada belas kasihan di mata pria itu. Hanya ejekan dan tawa dingin.Sejak saat itu, Felisha bersumpah tak ingin bertemu dengannya lagi.Tapi malam ini, sosok keji itu berdiri di depan pintu apartemennya, diseret oleh Rosie ke dalam rencana busuknya.“Lama tidak bertemu, keponakanku,” gumam Guan dengan senyum palsu. Ia berjongkok di hadapan Felisha yang masih terduduk lemah di lantai, lalu menepuk pundaknya dengan gaya sok a

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 110 - Gadis Luar Biasa

    Suasana di bawah tenda makan itu seketika membeku. Waktu seakan berjalan lambat. Setiap detik terasa panjang dan canggung.Ace tak langsung bereaksi. Ia hanya menatap Kathy, wanita yang dulu pernah mengisi sebagian kecil dari kehidupannya yang hampa. Tatapannya kosong, seolah otaknya berhenti bekerja.Di sisi lain, Felisha memilih diam. Ia hanya memandangi keduanya, ingin tahu sejauh mana situasi itu akan berjalan.“Ah… pantas saja kau menghilang tanpa kabar,” suara Kathy melengking, setengah bergetar menahan emosi. Tangannya bertolak pinggang, tubuhnya condong ke depan. “Ternyata kau sibuk dengan wanita lain, ya?”Beberapa pengunjung mulai menoleh. Suara sendok dan sumpit yang sebelumnya beradu kini berhenti, digantikan oleh bisik-bisik penasaran.“Ternyata yang dikatakan teman-temanku itu benar. Kau hanya buaya darat yang suka menebar janji manis!” lanjut Kathy, menghantam harga diri Ace.Ace menghela napas berat, menatap mangkuknya yang kini terasa hambar. Ia tahu ini buruk. Tapi m

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 109 - Makan Malam Sederhana

    Senja perlahan tenggelam, meninggalkan langit berwarna jingga yang kemudian larut menjadi malam. Hari itu udara terasa lebih dingin dari biasanya. Sedingin hati Ace yang sepanjang perjalanan hanya diselimuti keheningan.Felisha duduk di swbelahnya tanpa banyak bicara. Hanya sesekali menatap keluar jendela, memperhatikan lampu jalan yang melewati kaca mobil.Setibanya di depan apartemennya, gadis itu segera membuka pintu dengan gerakan lesu.Ace ikut keluar, menyusul di sisi lain mobil."Kita sudah tiga hari pacaran," ucap Ace akhirnya."tapi belum sekalipun makan malam bersama."Ia bersandar santai pada atap mobil sedan hitamnya, matanya menatap lembut ke arah gadis yang kini berdiri di depannya.Felisha mendelik kecil, menunduk sesaat sebelum menjawab, "Oh? Aku... akan pikirkan dulu mau makan di mana."Nada suaranya terdengar seperti mencari alasan, berusaha agar tak melukai hati Ace lagi.Ace hanya tersenyum kecil. "Kau mau makan di mana? Ini masih jam tujuh. Malam masih panjang, kit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status