Home / Romansa / Aku Ingin Kau Jadi Milikku / Bab 84 - Ledakan Emosi

Share

Bab 84 - Ledakan Emosi

Author: Faw faw
last update Last Updated: 2025-10-22 02:02:16

Keheningan menyelimuti ruangan.

Vin tak sadar dahinya berkerut dalam. Rasa muak bergulung di dadanya. Matthew di sisi lain menutup mata sebentar, seolah menahan muntah karena mendengar kejahatan yang menjijikkan. Sementara Ace, hanya berdiri dengan kepalan tangan yang kian mengeras, napasnya berat.

“Tapi Felisha malah jatuh ke dalam lubang." Vero melanjutkan dengan suara serak. "Dia tak bergerak. Aku melihat darah di kepalanya. Waktu itu aku benar-benar takut. Aku pikir dia sudah mati! Makanya aku langsung berlari kembali ke lokasi syuting, pura-pura panik, seolah aku tidak tahu apa-apa.”

Ia kemudian mengangkat wajahnya, menatap Ace dengan penuh putus asa. Kedua telapak tangannya disatukan di depan dada, seperti memohon ampun. “Tapi sungguh, Tuan Ace. Aku bersumpah, aku tidak menyentuh Felisha sama sekali. Demi Tuhan! Dia jatuh duluan sebelum aku bisa melangsungkan niat bejatku!”

Ace tidak menjawab. Ia hanya menatap Vero nanar, matanya gelap seperti jurang.

Sementara Vin menggigit bi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 106 - Senja Di Dalam Mobil

    Perlahan, Ace menghentikan tarian jemarinya di pinggul Felisha. Tawa kecil yang sempat memenuhi kabin mobil perlahan memudar, meninggalkan keheningan yang anehnya terasa begitu hangat. Felisha menarik napas panjang, mencoba menenangkan degup jantungnya yang masih belum teratur. Ia melirik Ace sekilas. Wajahnya setengah kesal, setengah malu. Namun, seperti biasa, Ace hanya menatapnya sambil tersenyum. Senyum tenang yang entah bagaimana selalu mampu membuat Felisha tidak tahu harus berbuat apa. Ia tampak begitu rileks, seolah kebersamaan seperti ini adalah puncak kebahagiaan di dunia. “Terima kasih,” ucapnya lembut, meletakkan hadiah pemberian Felisha di celah kosong samping jok . “Aku akan memakainya besok.” Felisha tersenyum samar, tapi matanya menunduk cepat. Ada semburat merah di pipinya, karena di balik kata sederhana itu, ia bisa merasakan ketulusan yang dalam dari pria di sampingnya. Namun, senyumnya perlahan memudar. Ekspresinya ber

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 105 - Hadiah Kecil, Ciuman Kedua

    Felisha menatap layar ponselnya, membaca ulang pesan balasan dari Ace di bangku taman kota yang teduh. Senyum kecil muncul di bibirnya, lalu pipinya memerah perlahan seperti bunga mawar yang baru merekah. Ia tak pernah membayangkan akan tiba hari di mana hatinya benar-benar terbuka untuk pria itu. Namun di balik senyum itu, dadanya masih terasa bergetar. Ada ragu yang halus, seperti desir angin yang tak bisa diabaikan. Apakah keputusanku ini sudah tepat? batinnya berbisik pelan. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan debar di dadanya. Tatapannya lalu jatuh pada tas kertas kecil di pangkuannya, yakni tas berisi dasi pria yang baru saja ia beli dari toko di sudut jalan. Jari-jarinya menelusuri tali tas itu dengan gugup, membayangkan bagaimana ia akan menyerahkannya nanti. Sekadar hadiah kecil, namun entah mengapa, rasanya lebih berarti dari apa pun. Lamunannya buyar ketika terdengar suara pintu mobil ditutup dengan

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 104 - Hangat Yang Tertinggal

    Felisha berlari menuruni tangga darurat dengan napas memburu. Wajahnya masih terasa panas, seperti terbakar. Rasa malu menelannya bulat-bulat, apalagi mengingat beberapa pasang mata yang tadi menatapnya di lobi, menyaksikan ciuman pertamanya dengan Ace, pria yang selama ini ia hindari. Kakinya berhenti ketika tiba di basement parkir yang sepi. Suara langkahnya bergema samar, hanya ditemani desiran AC dan aroma khas beton. Ia bersandar pada dinding dingin, berusaha menenangkan diri, tapi jantungnya tetap berdegup kacau, tak juga mereda. Dus di pelukannya bergerak kecil, membuatnya tersadar. Si induk kucing di dalamnya mengeong pelan, seakan ikut merasakan kegelisahan gadis itu. Felisha menunduk, membuka sedikit tutup dus. Sepasang mata bulat penuh rasa ingin tahu menatapnya. Senyum tipis tersungging di wajahnya, meski pipinya masih merah. “Jangan lihat aku seperti itu…” bisiknya lirih pada kucing tersebut, seakan berbicara pada dirinya sendiri. “Aku benar-benar tidak tahu harus

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 103 - Pertunjukan Tak Terduga

    Beberapa menit sebelumnya: Merasa sudah terlalu lama menunggu, Bonita —artis papan atas yang gemerlap kariernya selalu menjadi sorotan media—mulai kehilangan kesabaran. Duduk di sofa lobi dengan kaki disilangkan, ia mengetukkan jarinya pada lengan kursi, menandakan kekesalan yang kian menumpuk. Setelah beberapa menit, ia akhirnya bangkit dengan anggun, meraih kacamata hitam yang sedari tadi hanya tergeletak di sampingnya, lalu mengenakannya dengan gerakan penuh gaya. Bibirnya melengkung, menyunggingkan gumaman sarkastis yang hanya cukup terdengar oleh dirinya sendiri. “Beraninya dia membuatku menunggu selama ini. Padahal aku baru saja ingin mempertimbangkan pria seperti apa dia. Dan ternyata? Cuma pebisnis biasa yang bahkan tidak tahu cara menghargai wanita berkelas sepertiku ini.” Bonita mulai melangkah, gaun mewahnya berayun mengikuti gerakan tubuhnya. Aroma parfum mahal yang ia kenakan menebar ke udara, membuat beberapa karyawan yang lewat sempat menoleh tanpa berani berkomentar

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 102 - Masih Ingin Mempercayaimu

    “Kau berjanji tidak akan meninggalkanku, dan aku mempercayaimu.” Felisha mengatupkan bibirnya erat-erat, lalu melanjutkan dengan suara yang nyaris pecah. “Tapi begitu aku membuka mata di rumah sakit, aku tidak melihatmu di sampingku. Kau meninggalkanku. Bahkan tidak membiarkanku merasakan pelukan hangat itu lagi…” Ace membeku. Setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu bagai pisau yang menusuk ke dalam dadanya. Hatinya terasa tercabik-cabik. “Sekarang kau ingin aku bagaimana?” tanya Ace akhirnya, suaranya berat dan dalam. Sorot matanya tegas, menusuk, seolah memaksa Felisha untuk tidak lagi bersembunyi di balik diam. Felisha tertegun, matanya masih basah oleh sisa air mata. Jantungnya berdegup semakin kencang mendengar pertanyaan itu. Ia tahu. Sungguh, sebenarnya ia tahu apa yang ia inginkan. Secara samar, ia bisa merasakannya. Namun untuk mengatakannya terasa begitu mustahil. Gadis itu hanya menggenggam erat ujung roknya, berusaha menenangkan diri. Setelah diterpa kebimbanga

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 101 - Terjebak Bersamamu

    Beberapa menit sebelumnya, Ace bersandar di dinding ruang kerjanya. Jemarinya menggenggam ponsel dengan gelisah. Wajahnya menyiratkan kejenuhan, seolah beban pekerjaannya kian menumpuk dan tak memberinya ruang bernapas. Ada secercah kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. "Apa Theo sudah menghubungi Matthew?" gumamnya lirih sambil menelusuri daftar kontak. Alisnya mengernyit, matanya fokus menatap layar. "Tidak mudah memanggil Bonita Han. Kalau dia tersinggung hanya karena hal sepele, semua ini bisa berantakan." Sejatinya, Ace memanglah yang pertama kali menghubungi Bonita, meminta sang artis papan atas itu datang ke kantor. Namun itu hanyalah strategi. Orang yang benar-benar membutuhkan Bonita sebenarnya adalah Matthew. Ia ingin menjadikan wanita glamor itu sebagai wajah resmi kampanye besar bulan depan. Matthew tahu betul, reputasi Ace di kalangan wanita berkelas memberi keuntungan besar, sebuah jalan pintas agar Bonita bersedia mempertimbangkan tawaran mereka. Namun satu ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status