Beranda / Romansa / Aku Ingin Kau Jadi Milikku / Bab 33 - Yang Tak Terucap

Share

Bab 33 - Yang Tak Terucap

Penulis: Faw faw
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-14 10:34:58

Sudah dua jam berlalu, namun Vin tak kunjung muncul juga. Ruang kerja terasa semakin pengap dengan keheningan yang membentang. Eric tampak gelisah, jarinya tak berhenti memainkan mouse komputer tanpa tujuan. Haruto bersandar santai di kursinya, melipat tangan di dada, sesekali menghela napas panjang seperti orang yang sudah kehilangan kesabaran.

Namun berbeda dengan keduanya, Felisha hanya diam, matanya sesekali melirik pintu, pikirannya melayang-layang. Ia tahu, Vin sebenarnya sudah datang sejak pagi. Felisha sempat melihatnya berjalan cepat menuju ruangan Ace dengan wajah serius, seolah membawa urusan penting. Tapi anehnya, hingga sekarang pria itu belum kembali. Begitu pun dengan Vero.

Apa yang sebenarnya terjadi di sana? batin Felisha, perasaannya semakin gelisah.

“Tumben Tuan Vin terlambat.” Eric akhirnya bersuara, memecah keheningan. “Jam segini masih belum datang juga."

Haruto melirik jam dinding yang hampir menunjukkan pukul sepuluh. Ia mendengus malas.

“Entahlah. Sekarang kit
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 3 - Ketika Dunia Bertabrakan

    Lantai sembilan gedung kaca Newton Group terasa lebih panas dari biasanya, meski AC sentral bekerja maksimal. Di dalam ruangan divisi kreatif, suasana tegang menggantung di udara seperti asap kopi yang terlalu pekat. Theo—manajer operasional yang dikenal cerewet dan memiliki rambut dengan jambul norak—berjalan mondar-mandir dengan langkah tak sabar. Kemejanya sudah setengah lecek, jambulnya kusut karena sering disisir pakai tangan, dan cangkir kopinya hanya menyisakan ampas pahit. “Mana si brengsek itu?!” gumamnya geram, lebih pada dirinya sendiri. Dari balik kubikel yang penuh papan vision board dan sticky note warna neon, Vin muncul. Kepala tim kreatif 1 itu berjalan santai, dengan kopi susu dingin di tangan dan senyum licik yang jadi ciri khasnya. “Brengsek yang mana, nih? Ada banyak soalnya,” godanya sambil duduk di ujung meja Theo. Theo menatapnya tajam. “Aku bicara soal Ace. Katanya hari ini mau masuk! Sekarang hampir jam sepuluh dan dia belum kelihatan juga!” Vin me

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 47 - Hangat Yang Tertinggal

    Felisha berlari menuruni tangga darurat dengan napas memburu. Wajahnya masih terasa panas, seperti terbakar. Rasa malu menelannya bulat-bulat, apalagi mengingat beberapa pasang mata yang tadi menatapnya di lobi, menyaksikan ciuman pertamanya dengan Ace, pria yang selama ini ia hindari.Kakinya berhenti ketika tiba di basement parkir yang sepi. Suara langkahnya bergema samar, hanya ditemani desiran AC dan aroma khas beton. Ia bersandar pada dinding dingin, berusaha menenangkan diri, tapi jantungnya tetap berdegup kacau, tak juga mereda.Dus di pelukannya bergerak kecil, membuatnya tersadar. Si induk kucing di dalamnya mengeong pelan, seakan ikut merasakan kegelisahan gadis itu.Felisha menunduk, membuka sedikit tutup dus. Sepasang mata bulat penuh rasa ingin tahu menatapnya. Senyum tipis tersungging di wajahnya, meski pipinya masih merah.“Jangan lihat aku seperti itu…” bisiknya lirih pada kucing tersebut, seakan berbicara pada dirinya sendiri. “Ak

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 46 - Pertunjukan Tak Terduga

    Beberapa menit sebelumnya: Merasa sudah terlalu lama menunggu, Bonita —artis papan atas yang gemerlap kariernya selalu menjadi sorotan media—mulai kehilangan kesabaran. Duduk di sofa lobi dengan kaki disilangkan, ia mengetukkan jarinya pada lengan kursi, menandakan kekesalan yang kian menumpuk. Setelah beberapa menit, ia akhirnya bangkit dengan anggun, meraih kacamata hitam yang sedari tadi hanya tergeletak di sampingnya, lalu mengenakannya dengan gerakan penuh gaya. Bibirnya melengkung, menyunggingkan gumaman sarkastis yang hanya cukup terdengar oleh dirinya sendiri.“Beraninya dia membuatku menunggu selama ini. Padahal aku baru saja ingin mempertimbangkan pria seperti apa dia. Dan ternyata? Cuma pebisnis biasa yang bahkan tidak tahu cara menghargai wanita berkelas sepertiku ini.”Bonita mulai melangkah, gaun mewahnya berayun mengikuti gerakan tubuhnya. Aroma parfum mahal yang ia kenakan menebar ke udara, membuat beberapa karyawan yang lewat sempat menoleh tanpa b

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 45 - Masih Ingin Mempercayaimu

    “Kau berjanji tidak akan meninggalkanku, dan aku mempercayaimu.” Felisha mengatupkan bibirnya erat-erat, lalu melanjutkan dengan suara yang nyaris pecah. “Tapi begitu aku membuka mata di rumah sakit, aku tidak melihatmu di sampingku. Kau meninggalkanku. Bahkan tidak membiarkanku merasakan pelukan hangat itu lagi…”Ace membeku. Setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu bagai pisau yang menusuk ke dalam dadanya. Hatinya terasa tercabik-cabik.“Sekarang kau ingin aku bagaimana?” tanya Ace akhirnya, suaranya berat dan dalam. Sorot matanya tegas, menusuk, seolah memaksa Felisha untuk tidak lagi bersembunyi di balik diam.Felisha tertegun, matanya masih basah oleh sisa air mata. Jantungnya berdegup semakin kencang mendengar pertanyaan itu. Ia tahu. Sungguh, sebenarnya ia tahu apa yang ia inginkan. Secara samar, ia bisa merasakannya. Namun untuk mengatakannya terasa begitu mustahil.Gadis itu hanya menggenggam erat ujung roknya, berusaha menenangkan d

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 44 - Terjebak Bersamamu

    Beberapa menit sebelumnya, Ace bersandar di dinding ruang kerjanya. Jemarinya menggenggam ponsel dengan gelisah. Wajahnya menyiratkan kejenuhan, seolah beban pekerjaannya kian menumpuk dan tak memberinya ruang bernapas. Ada secercah kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan."Apa Theo sudah menghubungi Matthew?" gumamnya lirih sambil menelusuri daftar kontak. Alisnya mengernyit, matanya fokus menatap layar. "Tidak mudah memanggil Bonita Han. Kalau dia tersinggung hanya karena hal sepele, semua ini bisa berantakan."Sejatinya, Ace memanglah yang pertama kali menghubungi Bonita, meminta sang artis papan atas itu datang ke kantor. Namun itu hanyalah strategi. Orang yang benar-benar membutuhkan Bonita sebenarnya adalah Matthew. Ia ingin menjadikan wanita glamor itu sebagai wajah resmi kampanye besar bulan depan. Matthew tahu betul, reputasi Ace di kalangan wanita berkelas memberi keuntungan besar, sebuah jalan pintas agar Bonita bersedia mempertimbangkan tawaran mereka

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 43 - Takdir Yang Selalu Mempertemukan

    Ace sedang berkutat dengan pekerjaan di ruangannya. Lampu meja menerangi tumpukan dokumen yang berserakan, sebagian masih tertata rapi di map, sebagian lagi menumpuk seolah menunggu giliran untuk diperiksa. Dengan wajah tanpa ekspresi, ia membaca satu per satu, memberikan tanda tangan di halaman yang memang penting, lalu menyingkirkan sisanya dengan gerakan cepat dan tegas. Kini, waktunya terlalu berharga untuk dihabiskan pada hal yang dianggap remeh.Suasana hening itu buyar ketika pintu ruangannya terbuka. Theo masuk dengan langkah santai, meski cepat menyadari aura serius yang menyelimuti ruangan. Ace sempat melirik sekilas, lalu kembali menunduk pada dokumen di tangannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Kau sudah menentukan tim yang menang?” tanya Theo akhirnya, nada suaranya ringan tapi sarat rasa ingin tahu. “Tim Vin atau tim Izo?”Ace menghela napas pelan, lalu meletakkan pena di tangannya dengan sedikit hentakan. “Aku masih belum menentukannya,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status