Home / Romansa / Aku Istri Pertama, Tapi Hanya Jadi Simpanannya / 4. Selamat Atas Pernikahanmu Suamiku

Share

4. Selamat Atas Pernikahanmu Suamiku

Author: W.M.G
last update Last Updated: 2025-09-24 17:09:06

"Terima kasih, Kak Arwan. Sejujurnya kamu baru saja menambah beban di pikiranku. Karena masalahku bukan sekadar perasaan suka terhadap Gavin. Saat ini masalahku adalah statusku, statusku yang kini sebenarnya adalah istrinya." Ucap Sira dalam hati, sambil melangkah lemah mengikuti Arwan yang berjalan lebih dulu.

Begitu masuk aula, suasana masih ramai. Beberapa tamu tengah sibuk mengambil makanan prasmanan, rendang, sate ayam, soto betawi, dan aneka kue manis yang tersaji rapi. Anak-anak kecil berlarian sambil memegang balon, sementara orang dewasa sibuk bercakap-cakap tentang betapa serasinya pengantin hari itu.

“Eh, dari mana kalian?” Tanya Melati, teman sekaligus rekan kerja di sekolah. Ia menatap penuh curiga begitu melihat Sira dan Arwan masuk bersama setelah menghilang beberapa saat tanpa berpamitan padanya.

“Mau tahu urusan orang aja kamu, Mel.” Sahut Arwan santai.

“Udah, ayo Ra. Kita salaman dulu sama pengantin.” lanjut Arwan lagi sambil menarik lengan Sira.

"Aku dari toilet tadi, Mel. Kamu makan duluan aja, nanti aku nyusul." jawab Sira cepat tak ingin Melati curiga, sebelum di tarik Arwan menjauh menuju pelaminan.

Kebetulan antrian menuju pelaminan sudah mulai lengang. Sira menarik napas panjang. Langkahnya berat, sementara jantungnya berdentum kencang. Gavin menatap Sira tajam, pandangannya terarah tepat pada sebuah tangan kekar lain yang kini menggandeng lengan istri sirinya. 

"Kamu baik-baik saja, Ra?" Arwan berhenti melangkah dan berbisik di telingan Sira.

Sekali lagi Sira menarik napas panang dan menghembuskannya perlahan, mencoba  mengumpulkan oksigen sebanyak-banyaknya untuk menenangkan jantungnya. Ia merapikan kerudungnya yang sebenarnya tidak bermasalah, lalu menunjukkan senyum yang meyakinkan dan mengangguk.

“Hai... Ini pasti teman-temannya Mas Gavin, kan?” Sapa Raina ramah, menjabat tangan Sira dengan senyum ceria.

“Iya.” jawab Sira singkat, memaksakan senyum. Ia hanya berharap bekas tangisnya tadi tak terlihat.

"Temen sekolah, kuliah atau temen kerja? Oh iya, namanya siapa ya, Mbak?" Raina terlihat penasaran dan antusias tanpa alasan yang jelas, karena beberapa teman Gavin yang tadi sudah hadir tidak membuatnya seantusias sekarang.

"Raa!" Gavin memanggil. Dan si saat yang sama Sira dan Raina menoleh ke arahnya diwaktu yang bersamaan.

"Raina, tenang. Jangan buat teman-temanku jadi gak nyaman." Ucap Gavin lagi sambil mengalihkan pandangannya dari wajah Sira ke wajah Raina.

Disaat yang sama, Sira baru menyadari bahwa pemilik panggilan "Raa" untuk bukan hanya dirinya. Karena ternyata juga ada kata "Raa" pada nama Raina. 

Kecewa? Tentu saja Sira kecewa. Tapi ia bisa apa, karena ia bahkan tidak punya hak apapun, bahkan untuk sekedar cemburu.

"Maaf, Mas. Soalnya dari tadi aku liat kamu liatin dia terus dari dia datang. Jadi aku pikir dia pasti cukup dekat sama kamu." Jawab Raina santai, seakan-akan ia tidak cemburu sama sekali suaminya memperhatikan wanita lain.

"Kita teman kerjanya, Pak Gavin. Tadi harusnya bareng sama guru-guru yang lain, tapi tadi Sira perlu ke toilet dulu sebentar." Jawab Arwan, membantu menjelaskan.

“Oh gitu, ini suaminya Mbak Sira, ya?” Tanya Raina lagi, perhatiannya kini teralihkan ke arah Arwan.

“Bukan, kita cuma....”

“Iya, masih calon. Doain aja semoga cepet nyusul.” potong Arwan dengan santai, sebelum Sira berhasil menyelesaikan kalimatnya.

Sira ingin menyangkal, tapi Arwan sudah menepuk lengannya untuk tak perlu menjelaskan lagi. “Ayo, Ra. Jangan lama, banyak yang antri.”

Akhirnya, Sira melangkah ke depan Gavin. Tangannya gemetar saat uluran tangannya disambut teman sekaligus suami rahasianya itu.

“Selamat,” Ucap Sira lirih, hampir tak terdengar dengan memaksakan seulas senyum.

Tatapan Gavin langsung menancap tepat di mata Sira, melunturkan senyum yang sempat menghiasi wajah cantik istri pertamanya. Dalam hitungan detik, dunia di sekitar Sira terasa menghilang. Musik pesta, suara obrolan tamu, bahkan senyum cerah Raina yang berdiri di sampingnya seakan memudar. Hanya ada tatapan itu, tatapan yang entah apa artinya. Ada luka di sana, ada amarah yang tertahan, dan ada sesuatu yang tak berani  Sira artikan.

Sira menelan ludah, lidahnya kelu. Padahal sebelumnya ia sudah mempersiapan ucapan selamat dan doa yang lebih panjang untuk pernikahan kedua suaminya. Tubuhnya kaku seolah tangan terkunci dalam genggaman Gavin. Ia bisa merasakan jemari Gavin sedikit menekan, lebih erat dari sekadar salaman basa-basi.

Mereka seakan bicara dari tatapan mata, meski sama-sama tidak saling mengerti pesan apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan.

"Mas?" Panggil Raina menyadarkan Gavin dan Sira.

Senyum cerah yang sejak tadi menghias wajahnya kini sirna, berganti dengan tatapan curiga.

"Terima kasih, Sira. Jangan lupa nikmati makanannya." Ucap Gavin dengan senyum kecil sambil meraih dan menggenggam tangan Raina erat.

Mata Sira berkaca-kaca, ia buru-buru menunduk, menarik tangannya sebelum ia benar-benar runtuh di hadapan Gavin.

"Aku benci diriku yang rapuh, aku benci semua kebodohan yang membuatku terjebak pada rasa ini. Tapi lebih dari itu, aku benci kenyataan bahwa aku masih mencintaimu. Dan itu menyakitkan, Vin. Terlalu menyakitkan." Ucap Sira dalam hati, ia segera berjalan pergi, meninggalkan pelaminan dengan dada yang terasa sesak.

"Selamat atas pernikahanmu suamiku. Aku harap kamu tidak bahagia..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Istri Pertama, Tapi Hanya Jadi Simpanannya    7. Masalah Baru

    Sinar matahari pagi menyelinap melalui jendela besar, menerangi ruang guru di SMA Cendekia Nusantara. Ruangan yang biasanya riuh dengan sapaan dan tumpukan berkas itu pagi ini terasa sedikit lebih lengang. Meja-meja guru berjejer rapi, dengan papan tulis putih besar mendominasi salah satu sisi dinding, sementara dinding lain dipenuhi struktur organisasi dan jadwal mengajar .Sira melangkah masuk dengan langkah gontai. Kepalanya masih terasa berat menanggung beban peristiwa semalam, pesta pernikahan, tatapan Gavin, genggaman tangannya, dan pengakuan Arwan yang kini terasa semakin nyata. Ia menarik napas dalam, berusaha mengumpulkan kembali fokusnya.Begitu sampai di meja kerjanya yang berada di pojok ruangan, berdekatan dengan meja Arwan, pandangan Sira langsung tertuju pada sebuah kotak bekal berwarna biru muda. Di sampingnya, segelas kopi hangat yang asapnya masih mengepul pelan.Di atas kotak bekal itu, menempel sebuah sticky note berwarna merah muda yang mencolok. Sira mengambilnya

  • Aku Istri Pertama, Tapi Hanya Jadi Simpanannya    6. Perjalanan Pulang

    Menjelang waktu Ashar, Sira dan teman-teman yang lain memutuskan pamit pulang. Mobil Arwan melaju perlahan membelah jalanan yang masih basah sisa hujan beberapa saat yang lalu. Setelah mengantar Melati pulang, kini hanya tersisa Sira dan Arwan di dalam mobil. Suasana di antara mereka terasa berat, diselimuti keheningan yang tebal meski di luar terdengar riuh suara kendaraan dan sesekali di selingi suara klaksok mobil lain.Sira menyandarkan kepala ke kaca jendela, matanya menerawang ke luar. Namun, alih-alih melihat bagaimana pemandangan padatnya kota, yang terbayang justru adegan demi adegan di pesta pernikahan tadi.Tatapan tajam Gavin saat melihatnya datang bersama Arwan. Senyum cerah Raina yang terasa menusuk saat bertanya tentang hubungannya dengan suaminya. Dan yang paling mengganggu, genggaman tangan Gavin di bawah meja, sebuah sentuhan rahasia yang terasa dingin sekaligus panas di saat yang bersamaan.Genggaman itu terasa seperti perselingkuhan, sebuah pengkhianatan ganda, pen

  • Aku Istri Pertama, Tapi Hanya Jadi Simpanannya    5. Rahasia di Tengah Gemerlap

    Sira baru saja turun dari pelaminan, masih dengan jantung yang berdebar dan perasaan yang kacau diikuti oleh Arwan yang terus ada di sampingnya.Belum sempat Sira bernapas lega, suara riang tiba-tiba memanggil namanya dari arah belakang.“Sira? Ya ampun, ini beneran Sira Aghnia Aziza, kan?”Sira menoleh, dan seketika senyum tipis muncul di wajahnya. Beberapa teman kuliah yang dulu sering nongkrong bareng di kampus melambai ke arahnya. “Oh, kalian juga datang…” Sira menghampiri dengan langkah pelan, menyembunyikan gejolak hatinya yang masih bergetar.Sebelum ia benar-benar sampai, Sira menoleh ke Arwan yang masih setia berdiri di sampingnya.“Kak, kamu nyusul ke meja guru-guru lain aja, ya. Aku mau ngobrol sebentar sama teman-teman kuliahku.”Arwan menatapnya sejenak, seolah ragu untuk meninggalkannya sendirian, namun akhirnya ia mengangguk.“Jangan lama-lama, Ra,” katanya pelan, lalu berlalu."Siapa, Ra? Suami kamu? Jangan bilang kamu udah nikah tapi gak ngabarin kita?" Tanya Merry

  • Aku Istri Pertama, Tapi Hanya Jadi Simpanannya    4. Selamat Atas Pernikahanmu Suamiku

    "Terima kasih, Kak Arwan. Sejujurnya kamu baru saja menambah beban di pikiranku. Karena masalahku bukan sekadar perasaan suka terhadap Gavin. Saat ini masalahku adalah statusku, statusku yang kini sebenarnya adalah istrinya." Ucap Sira dalam hati, sambil melangkah lemah mengikuti Arwan yang berjalan lebih dulu.Begitu masuk aula, suasana masih ramai. Beberapa tamu tengah sibuk mengambil makanan prasmanan, rendang, sate ayam, soto betawi, dan aneka kue manis yang tersaji rapi. Anak-anak kecil berlarian sambil memegang balon, sementara orang dewasa sibuk bercakap-cakap tentang betapa serasinya pengantin hari itu.“Eh, dari mana kalian?” Tanya Melati, teman sekaligus rekan kerja di sekolah. Ia menatap penuh curiga begitu melihat Sira dan Arwan masuk bersama setelah menghilang beberapa saat tanpa berpamitan padanya.“Mau tahu urusan orang aja kamu, Mel.” Sahut Arwan santai.“Udah, ayo Ra. Kita salaman dulu sama pengantin.” lanjut Arwan lagi sambil menarik lengan Sira."Aku dari toilet tad

  • Aku Istri Pertama, Tapi Hanya Jadi Simpanannya    3. Kejutan Lain

    Mewah. Satu kata yang terlintas di kepala Sira begitu melangkah masuk ke aula pernikahan Gavin dan Raina.Aula itu dihiasi rangkaian bunga mawar putih dan lily yang ditata indah di setiap sudut ruangan. Lampu kristal bergantungan di langit-langit tinggi, memantulkan cahaya keemasan yang hangat. Karpet merah terbentang dari pintu masuk hingga ke pelaminan, seolah mengantar setiap tamu menuju panggung kebahagiaan pengantin. Aroma harum bunga bercampur dengan wangi masakan katering yang terus menguar dari area prasmanan, membuat suasana semakin ramai sekaligus hangat.Dari kejauhan Raina terlihat berdiri dengan anggun, senyumnya cerah menyambut setiap tamu. Sesekali ia bergelayut manja di lengan Gavin yang berusaha tersenyum mengimbangi keceriaannya."Ya Allah, beri aku kekuatan untuk melewati hari ini." Bisik Sira dalam hati. Sakit rasanya mengakui bahwa meraka tampak serasi bersanding di pelaminan.Setelah beberapa saat Gavin akhirnya menangkap kehadiran Sira, dan tanpa sengaja mata me

  • Aku Istri Pertama, Tapi Hanya Jadi Simpanannya    2. Awal Pernikahan Pertama

    Hujan turun lebat. Tepat ketika Sira melipat sajadahnya usai sholat Isya yang tertunda karena kedatangan Gavin. Sementara laki-laki itu seperti sudah pergi beberapa menit yang lalu usai mendapat telepon dari calon istri tercintanya.Sira merebahkan tubuhnya, istirahat. Semesta seperti sedang memburunya untuk melakukan semua hal dalam waktu yang singkat. Rasanya baru kemarin ia bertemu lagi dengan Gavin setelah hari perpisahan di wisuda lima tahun lalu. Dan tiba-tiba di hari pertemuan itu jugalah semesta seakan menjebaknya untuk menikah dengan lelaki itu.Hari itu Gavin baru saja dipindahkan jadi kepala sekolah di tempat Sira mengajar selama dua tahun ini. Mereka masih berbincang-bincang ketika telepon dari Ibu Sira masuk dan mengabarkan tenang ayahnya yang terus saja mengeluhkan nyeri yang luar biasa meski sudah diberi perawatan di rumah sakit.Sira masih ingat kejadian hari itu dengan jelas. Ketika ia bergegas turun dari mobil Gavin di parkiran rumah sakit tanpa sempat mengucapkan te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status