Share

4. Ternyata Karena Wasiat

Penulis: Mokaciinoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-13 10:27:15

Keesokan harinya, Aruna kembali ke ruangan Ganindra untuk menandatangani perjanjian pernikahan kontrak yang telah mereka bicarakan sebelumnya. Namun, berbeda dengan kemarin, kali ini di dalam ruangan Ganindra ada orang lain selain mereka berdua.

"Aruna, perkenalkan. Ini adalah Pak Bambang Wijatmiko. Dia adalah pengacara saya," beritahu Ganindra.

"Halo, Pak. Saya Aruna," pungkas Aruna seraya menyodorkan tangannya ke hadapan pria paruh baya bertubuh tambun yang katanya bernama Pak Bambang Wijatmiko ini.

"Bambang Wijatmiko," ucap Pak Bambang seraya membalas jabatan tangan Aruna.

Setelah melakukan perkenalan singkat dengan Pak Bambang, Ganindra kembali menyodorkan sebuah map hitam ke hadapan Aruna.

"Itu adalah perjanjian yang sudah diperbaharui. Kamu bisa membacanya dulu," ujar Ganindra.

Setelah mengatakan hal ini, Ganindra tidak ikut duduk di sofa panjang yang berada di tengah ruangan bersama mereka. Pria itu justru berjalan ke arah kaca besar yang menampakkan bangunan-bangunan tinggi di seberang. Sambil tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celana dan tangan kanannya memegang cerutu.

Dari tempat Aruna duduk, dia hanya bisa melihat punggung lebar Ganindra yang tampak nyaman untuk dijadikan sebagai tempat bersandar.

'Aruna bodoh, sekarang bukan waktunya untuk mengagumi pria itu!' maki Aruna dalam hati.

Dia lalu menundukkan kepala untuk menatap map hitam yang ada di hadapannya. Kalimat yang sama masih menjadi judul besar yang tertulis paling depan.

Perjanjian Pernikahan Kontrak

1. Dilarang mencampuri urusan satu sama lain.

2. Dilarang jatuh cinta.

3. Bercerai setelah satu tahun menikah.

4. Pernikahan ini tidak boleh diketahui orang lain selain keluarga dan pengacara kedua belah pihak.

5. Ganindra Karta Widjaja akan memberikan nafkah sebanyak 100 juta setiap bulan kepada Aruna Anastasia.

6. Ganindra Karta Widjaja akan membantu Aruna Anastasia untuk menyingkirkan preman yang mengganggunya.

Aruna membaca setiap poin perjanjian ini berulang kali hingga dia tidak menemukan ada keanehan di dalamnya. Setelah merasa mantap, barulah Aruna membubuhkan tanda tangannya di atas materai.

"Baiklah. Karena Anda sudah menandatangani surat perjanjian ini, maka sekarang saya akan memberitahukan alasan kenapa Pak Ganindra ingin menikah dengan Anda. Dan saya juga yakin, Anda pasti penasaran dengan alasannya 'kan?" tukas Pak Bambang.

Aruna yang tidak menduga akan hal ini sebelumnya pun mengangguk gamang sebagai jawaban. Tadinya Aruna berpikir bahwa akan membutuhkan waktu lama baginya untuk menguak tabir misteri soal pernikahan ini. Siapa yang tahu akan menjadi secepat ini?

"Jadi begini, sebelum Pak Gumelar Adi Widjaja meninggal dunia, beliau secara khusus menulis surat wasiat untuk Anda. Pertama-tama nama Anda adalah Aruna Anastasia yang juga merupakan putri dari Ibu Belinda Wirawan, benar?" tanya Pak Bambang memastikan.

Aruna masih menganggukkan kepala dengan kaku seperti robot karena orang ini bahkan mengetahui nama lengkap ibunya.

"Benar," jawab Aruna.

"Di dalam surat wasiatnya, Pak Gumelar mengatakan bahwa jika dalam waktu satu tahun setelah meninggalnya beliau, sang putra Ganindra Karta Widjaja tidak kunjung menikahi Aruna Anastasia, maka setengah dari harta warisan keluarga Widjaja akan secara otomatis jatuh ke tangan Aruna Anastasia, selaku putri dari Ibu Belinda Hermawan. Dan jika Aruna Anastasia menolak untuk menikah dengan Ganindra Karta Widjaja, maka setengah dari harta warisan keluarga Widjaja juga akan secara otomatis jatuh ke tangan Aruna Anastasia. Tapi jika Aruna Anastasia bersedia menikah dengan Ganindra Karta Widjaja, maka harta warisan keluarga Widjaja akan jatuh sepenuhnya ke tangan Ganindra. Tentu saja pernikahan antara Aruna Anastasia dan Ganindra Karta Widjaja harus sah secara agama maupun negara," ungkap Pak Bambang.

Sepanjang Pak Bambang membeberkan isi surat wasiat yang dimaksudkan, Aruna sama sekali tidak melakukan interupsi. Hanya saja nafasnya tercekat dan bibirnya terus terbuka lebar. Matanya juga beberapa kali mengerjap dengan penuh ketidakpercayaan.

Begitu Pak Bambang selesai menyampaikan informasinya, Aruna otomatis menatap penuh arti ke arah punggung Ganindra yang sedang berdiri membelakanginya.

Pantas saja Ganindra menolak memberitahukan alasan pernikahan ini padanya. Ternyata karena pria ini takut kalau setengah dari harta warisan keluarga Widjaja akan jatuh ke tangannya.

Betapapun sukanya Aruna pada Ganindra, dia hanya bisa mendecih agak sinis saat ini.

"Tidak hanya itu saja, Pak Gumelar Widjaja juga berpesan untuk menyerahkan kembali sebuah rumah di kawasan X dan sebuah hotel bernama The Oasis untuk kalian. Rumah dan hotel itu dulunya adalah milik keluarga Hermawan. Kemudian ada juga sejumlah tabungan yang merupakan hasil dari pengelolaan hotel The Oasis selama puluhan tahun ini. Pak Gumelar mengatakan bahwa beliau sangat menyesal karena tidak bisa membantu banyak. Beliau juga sangat menyesal karena baru menemukan kalian saat dirinya dilanda sakit keras dan umurnya sudah tidak lama lagi," pungkas Pak Bambang menambahkan.

" ... "

Lidah Aruna semakin kelu. Dia tidak bisa mengatakan apapun untuk menimpali rentetan kalimat panjang yang disampaikan Pak Bambang karena dirinya terlalu syok. Aruna masih tidak mempercayai apa yang baru saja didengar. Dan butuh banyak waktu baginya untuk mencerna informasi mengejutkan ini. Terutama tentang Pak Gumelar serta hubungan apa yang dimiliki dengan sang ibu.

"Jadi begitu ... " Hanya itu kata yang mampu Aruna keluarkan setelah waktu yang cukup lama.

"Begitulah," balas Pak Bambang sambil terus menyunggingkan senyum bisnis.

Jika begini ceritanya, entah kenapa Aruna merasa dirinya baru saja ditipu oleh Ganindra.

"Tapi Pak Bambang, kalau saya boleh tahu, ada hubungan apa antara ibu saya dengan Pak Gumelar?" tanya Aruna mengemukakan pertanyaan yang mengganggunya ini.

Akan tetapi, bukannya memberikan jawaban yang gamblang, Pak Bambang justru hanya tersenyum tipis seraya berkata. "Mungkin nanti Anda bisa menanyakan langsung soal ini pada Ibu Belinda Hermawan saja."

"Ah~" Aruna berdengung agak kecewa.

"Untuk sertifikat kepemilikan rumah, hotel The Oasis dan juga tabungan, nanti baru akan diserahkan kepada Anda begitu Anda sudah sah menjadi istri Ganindra,"

Aruna pun menganggukkan kepalanya asal-asalan. Hanya dalam satu kedipan mata, dia diberitahu bahwa sebenarnya dia bukan orang miskin? Hanya saja kekayaannya dititipkan pada orang lain?

* * *

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku, Istri Warisan untuk Sang Konglomerat    48. Mulai Eksekusi (2)

    Rahang Aruna mengetat, dan gigi gerahamnya bergemeretak menahan amarah. Dengan langkah pelan, dia lantas mengikis jarak antara dirinya dan juga Bimo. Dia kemudian menunduk agar garis mata mereka berada dalam satu bidang yang sejajar. “Kamu kenapa tertawa?” tanya Aruna di depan wajah Bimo. “Apakah ada yang lucu?” “Aku menertawakan kamu.” “Kenapa kamu menertawakan aku?” tanya Aruna. “Bagaimana rasanya menjadi orang kaya?” Aruna mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. “Menyenangkan!” jawabnya. “Dengan uang, aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan. Termasuk juga menghabisimu!” “Kamu mau menghabisiku?” Aruna tidak ragu-ragu menganggukkan kepalanya. “Benar. Aku sudah muak terus dimanfaatkan oleh pria sepertimu. Dan hanya kematianlah yang bisa membuat hal itu terjadi. Apa kamu sudah siap?” Setelah mengatakan hal ini, Aruna dapa

  • Aku, Istri Warisan untuk Sang Konglomerat    47. Mulai Eksekusi

    Keesokan harinya, Ganindra membawa Aruna menuju sebuah gudang kosong yang letaknya berada di pinggiran kota. Lumayan jauh dari pemukiman penduduk dan juga jalan besar. Melihat jalan raya yang semakin sunyi, Aruna tidak bisa berhenti membuat praduga terkait kehidupan orang kaya. Melihat Ganindra dengan mudahnya melakukan hal semacam ini, itu artinya orang kaya lain juga pasti bisa melakukan hal serupa. “Sudah sampai, ayo turun!” ajak Ganindra. Tegurannya membuat Aruna segera tersadar dari lamunan panjangnya. “Oh, sudah sampai?” tanyanya. “Iya,” jawab Ganindra. Turun dari mobil Ganindra, Aruna mengedarkan tatapan matanya ke segala penjuru mata angin. Di depan Aruna saat ini terdapat satu-satunya Gudang yang dikelilingi oleh semak belukar. Berada di tempat ini saat malam hari pasti akan terasa menyeramkan. Bahkan saat kondisi matahari tengah terik, tempat ini terlihat tampak suram. Hal i

  • Aku, Istri Warisan untuk Sang Konglomerat    46. Rencana Mengeksekusi Bimo

    Sesuai dengan apa yang dia rencanakan kemari, hari ini Aruna membantu ibunya mengurus gugatan cerai untuk Bimo di pengadilan agama. Setelah itu, dia membantu Amara mencari sepeda motor yang dia tinggalkan di jalan kemarin. Setiap rumah dan warung yang ada di pinggir jalan itu mereka tanyai, tapi jawaban yang mereka terima tetap nihil. Tidak ada orang yang mengetahui siapa yang mengangmbil sepeda motor itu. “Setidaknya kita sudah berusaha untuk mencari deh. Tapi karena motor itu beneran hilang, jadinya kita beli yang baru aja buat Amara,” tukas Aruna pada ibunya. “Ya udah. Ayo pergi beli,” timpal Belinda. “Tapi nanti dulu deh, Bu. Aku nggak punya pengalaman beli-beli begini. Gimana kalau kita minta tolong sama Mbak Eka dan Mas Dandi?” “Oke,” jawab Belinda mengangguk setuju. Setelah mendapat persetujuan dari ibunya, Aruna segera men

  • Aku, Istri Warisan untuk Sang Konglomerat    45. Aku Mau Dia Lumpuh Seumur Hidup

    “Loh, kalian disitu?” sapa Belinda dengan nada sedikit keheranan saat melihat Aruna dan Amara bukannya masuk ke rumah dulu, tapi malah asyik mengobrol di depan sasana tinju. Belum lagi tampang mereka yang kumal tidak seperti biasanya membuat lebih curiga. “Bu,” “Tante,” Aruna dan Amara menyapa Belinda dengan serentak. “Kalian kenapa? Kok tampang kalian kumel begitu?” tanya Belinda seraya berjalan mendekat. “Ceritanya panjang. Nanti aja kita certain di rumah,” jawab Aruna seraya bangkit dari posisi terduduknya di atas lantai semen. Tindakannya pun diikuti oleh Amara. “Mbak Eka, kami pulang dulu. Sekali lagi terima kasih untuk minumannya,” ucap Aruna sambal menggoyangkan botol air yang sudah tandas isinya. “Sama-sama. Berarti untuk hari ini kalian nggak berlatih?” tanya Mbak Eka, “Besok ajalah, Mbak,” jawab Aruna sembari mering

  • Aku, Istri Warisan untuk Sang Konglomerat    44. Nama Pemuda itu Alvin

    “Hiyaaaa!” Teriakan Aruna bergema di langit sore yang mulai terlihat kelabu. Dengan sekuat tenaga dia lalu mengayunkan tangannya yang memegang balok kayu dan menghantamkannya dengan keras pada selangkangan pria yang hendak ingin membekuknya. Amara pun melakukan hal yang serupa. Jerita seperti babi kemudian terdengar saling bersahut-sahutan dengan dramatis. “Kerja bagus, Mbak. Sekarang ayo lari!” seru pemuda itu. Baru beberapa saat dirinya berlatih tinju, tapi refleks Aruna dan Amara sudah mulai menunjukkan hasil walau samar. Setidaknya dalam kondisi darurat seperti saat ini mereka tidak hanya bisa bengong seperti orang bodoh. Sebelum rasa sakit yang melanda orang-orang itu mulai mereda, Aruna dan Amara sudah melarikan diri bersama pemuda yang belum mereka ketahui namanya itu hingga ke tempat yang aman. “Terima kasih, sudah membantu kami bebas dari orang-orang

  • Aku, Istri Warisan untuk Sang Konglomerat    43. Diselamatkan Pemuda Tak Dikenal

    “Cih, dasar ayam. Beraninya Cuma sama perempuan saja. Sudah gitu pakai keroyokan lagi!” cibir salah seorang pemuda pada Bimo dan antek-anteknya. Aruna dan Amara lantas dengan kompak menatap ea rah pemuda tampan yang baru saja berbicara untuk mereka. “Heh, bocah. Sebaiknya kamu jangan ikut campur. Ini adalah urusan orang dewasa!” seru Bimo dengan galak. Matanya melotot lebar. Tetapi bukannya merasa gentar, pria muda itu justru membalas tatapan Bimo dengan sorot mata menantang. “Apa kamu?” seru pria itu. “Sialan!” Bimo berseru dengan kesal. Ayah tiri Aruna itu lalu melangkah menghampiri pemuda itu. Tangannya terangkat tinggi berniat untuk melayangkan pukulan pada pemuda tak dikenal itu agar menjadi pelajaran bagi orang lain untuk tidak ikut campur dalam urusannya. Namun, pria itu dengan sigap menangkis tangan Bimo. “Berani-beraninya kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status