Di kediaman keluarga Tanukusuma terlihat Papa Tio sedang marah besar. Pernikahan Chandra yang berlangsung sebentar lagi akan mengundang keluarga besar kedua belah pihak beserta kolega bisnis Papa Tio. Akan tetapi Papa Tio tidak ingin mengundang Om Brata, selaku adik kandungnya karena selisih paham yang terjadi beberapa tahun yang lalu berujung perang dingin. Flashback onSepuluh tahun yang lalu bisnis dan keuanganku sedang menurun, aku perlu suntikan dana untuk menyelamatkam bisnisku. Sepertinya aku memerlukan bantuan adikku Brata karena warisan almarhum papa banyak yang dia urus. Walaupun bagianku sudah di berikan, tetapi tidak ada salahnya meminta bantuan Brata.Brata memilih meneruskan usaha papa yang bergerak di bidang perkebunan sawit. Selain tidak ada pengetahuan dan ketertarikanku pada usaha tersebut, aku pun enggan untuk hijrah dan tinggal di pulau Sulawesi. Kecintaanku terhadap kota kelahiranku yang sejuk membuatku enggan untuk hidup di tinggal di kota yang sedikit gersang d
"Apaan bagus, warna nya norak!" jawab Papa Tio dengan ketus."Papa gak suka, warna hitam cuman ngundang banyak nyamuk aja. Keluarin kasurnya dari kamar kalau gak nanti papa sobek kasurnya!!" tegas papa.Seketika Cherryl, Chandra dan mama terbelalak melihat reaksi papa kala itu. Entah mengapa tiba-tiba papa bereaksi seperti itu, mungkin pelampiasan emosi karena percakapan mereka barusan. Cherryl tiba-tiba menitikkan air matanya, kesedihan di rasakan kala maksud baiknya tidak disambut baik oleh calon mertuanya."Tapi pa ...," ucap Chandra."Kenapa sih pa?! Maksud anak mantu kita itu baik loh," tanya mama Mike kesal."Pokoknya engga ... Sekali saya bilang engga yah engga!!" bentak papa.Mama mengajak Chandra dan Cherryl keluar dari kamar menuju kamar Chandra. Di dalam kamar mereka bertiga terlihat kecewa dan sedih, tak hanya Cherryl, bahkan mama pun terlihat matanya berkaca-kaca."Cher ...,. Chan ..., maafin papa yah. Mama juga gak ngerti kenapa papa begitu. Nanti mama coba ngomong pelan
Pov CherrylAku adalah seorang gadis berusia 28 tahun, aku bekerja di salah satu perusahaan besar di bidang investasi. Aku seorang yang berambisi dalam mengejar karir, karena kehidupan masa kecilku hingga aku lulus kuliah bukan berasal dari kalangan orang kaya. Aku ingin merasakan kehidupan yang lebih ketika aku masih kecil. Orang tuaku hanya karyawan biasa, memberikan pendidikan hingga perguruan tinggi pun, rasanya orang tuaku agak kewalahan mengingat aku mengenyam pendidikan di salah satu universitas swasta kenamaan. Orang tua ku berharap kehidupanku lebih baik kedepannya karena menjadi sarjana, tidak seperti mereka yang hanya lulusan sma.Ketika lulus kuliah aku melamar di beberapa perusahaan, salah satu nya perusahaan tempat aku bekerja. Kerja kerasku membuahkan hasil, kurang dari 2 tahun aku sudah menjabat sebagai Eksekutif Manager, dengan penghasilan yang lumayan cukup besar. Mengejar karir semakin membuatku di usia yang hampir kepala tiga ini, semakin melupakan keinginan ibuku
"Halo, Gan ... Ehm ..., iya ..., iya ... Nanti gue bayar, kasih gue waktu, gue pasti kabarin," ucap Chandra. Sontak aku kaget dengan apa yang baru saja kudengar, tetapi hanya itu yang aku dengar dan pembicaraan segera berakhir. Aku mendekati Chandra dan bertanya siapa yang menelpon, sepertinya ada masalah. "Siapa yang telpon, Yang? Kamu lagi ada masalah?" tanyaku."Eh ..., e-egga kok," jawab Chandra gugup."Jangan bohong deh, sebentar lagi kita menikah, gak perlu ada yang di tutup-tutupin," balasku."Ehm ..., tapi kamu janji jangan marah sama aku yah ... Janji dulu," ujar Chandra."Iya," jawabku."Begini ceritanya, setahun yang lalu aku sama Morgan kita buka usaha bengkel repair mobil. Pertengahan jalan ada masalah diantara kami, karena bengkel itu tidah berjalan sesuai harapan dan akhirnya kami harus tutup daripada biaya operasionalnya terus membengkak. Sekarang Morgan menagih modal yang dia dulu dia investasikan," jelas Chandra."Loh kok harus ditagih modalnya? Usaha itu tidak jal
Setelah pergumulan panjang, akhirnya Cherryl tetap melangsungkan pernikahannya. Pagi hari Cherryl duduk di hadapan cermin, seorang perias sedang memulas mukanya. Hari ini adalah hari pernikahannya, tapi sorot mata Cherryl tampak sendu, tidak ada binar kebahagian terpancar dari wajahnya di hari bahagianya. Terlihat kantung mata dengan mata sedikit sembab seperti habis menangis semalam."Mbeb ... kenapose yey ... tegang yah, semalam tidak bisa tidur yah?" tanya Mince, perias pengantin yang agak kemayu."Eh ... E-engga. Kenapa emang?" tanya Cherryl. "Itu mata yey bengkak, deg-degan mau belah duren tar malem yah ... haha ...," balas Mince."Hehe," Cherryl hanya tertawa."Yey itu cantik, udah jangan sedih gitu ah. Ike yakin yey pasti jadi ratu paling cantik hari ini. Semua mataaaa akann tertuju ..., dan terseponaa ..., melihat yey. Ike jamin," tutur Mince bersemangat sambil mengedipkan sebelah matanya.Cherryl hanya tersenyum kecut mendengar perkataan sang perias. Sesaat Cherryl melamun t
Malam ini adalah malam pertama bagi mereka berdua. Chandra memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai Chandra keluar kamar mandi dengan celana pendek dan kaos oblong. Rambut Chandra yang sedikit basah memancarkan pesona yang tidak biasa untuk Cherryl. Ada desiran dalam hati Cherryl. Gegas Cherryl menuju kamar mandi untuk menghilangkan ketegangan di hatinya.Hampir satu jam Cherryl berada di kamar mandi, Chandra mulai khawatir dengan Cherryl yang berada di dalam kamar mandi. Chandra pun kemudian mengetuk pintu kamar mandi."Cher, are u okay?" tanya Chandra."I-iya Chan," jawab Cherryl gugup."Kok lama banget di dalem, beneran kamu gak apa-apa?" tanya Chandra khawatir.Cherryl akhirnya membuka pintu kamar mandi seraya berkata "Ehm ..., gini ... Ehm ..., aku datang bulan," jelas Cherryl gugup.Sedikit kecewa tersirat di wajahnya Chandra, tapi segera ia tutupi. "Yah sudah lain kali masih bisa kan. Sekarang kita istirahat yuk pasti kamu capek kan," ujar Chandra. Pengant
Pov Cherryl.Aku merasa kebingungan mengapa tagihan katering bisa sebanyak itu. Tamu undangan memang cukup banyak, tetapi sebelum acara usai aku masih melihat banyak makanan tersisa. Seharusnya tagihannya tidak terlalu besar karena tidak ada penambahan makanan yang ada tersisa. Pikiranku terus berkecamuk, rasa sedih bercampur dengan kesal."Chan.. kenapa tagihannya bisa sebesar itu?" tanyaku"E-engga tahu ..., aku juga bingung kenapa bisa sebesar itu," jawab Chandra."Ini mau bayar pakai apa? Uang kamu saja sudah dipakai bayar Morgan,"ketusku."Pakai uang angpau aja, sudah kamu hitungkan?" tanya Chandra mengalihkan kekesalanku."Sudah aku hitung, itu pun gak cukup masih kurang 85 juta. Terus mau bayar pakai apa?" jawabku ketus.Bukan aku enggan membayarnya, tetapi aku tidak ingin terus menguras tabunganku. Ini seharusnya menjadi tanggung jawab suami karena sisa semua pembayaran adalah kewajibannya sesuai dengan kesepakatan dahulu.Chandra hanya diam sambil memandangi layar ponsel. Se
Pov Chandra"Argghhhhhhh ..., kenapa semua jadi begini sih!! Harusnya sekarang ini saatnya aku menikmati hari-hari bahagia setelah menikah dengan Cherryl. Semua gara-gara mama ngerusak mood Cherryl. Gara-gara Morgan sial, kenapa harus nagih uang kemarin. Kalau aku ga bayar morgan mungkin semua urusan ga serumit sekarang. Sh*t" umpatku sambil memukul stir mobil berkali-kali.Mobil kulaju dengan kecepatan sedang menuju cafe dimana temanku Victor dan Erik berkumpul. Setengah jam kemudian aku sampai dipelataran parkir sebuah cafe di daerah Dago. Kakiku melangkah mencari dimana keberadaan teman-temanku."Hai bro.. sudah lama?" tanyaku."Hai pengantin baru, belum baru 10 menit," ujar Erik seraya menyalamiku."Suntuk banget mukanya, masa pengantin baru mukanya sudah gitu. Orang lain itu pengantin baru itu mukanya cerah ceria, secara abis belah duren," ujar Victor terkekeh."Bini gue lagi ngambek bro," jelasku."Lho.. baru nikah udah ribut aja," ledek Erik."Biasalah cewe rese!" jawabku asal.