Share

Bab 7 Papa Tio Murka

Penulis: Twinny_star
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-10 13:10:28

Di kediaman keluarga Tanukusuma terlihat Papa Tio sedang marah besar. Pernikahan Chandra yang berlangsung sebentar lagi akan mengundang keluarga besar kedua belah pihak beserta kolega bisnis Papa Tio. Akan tetapi Papa Tio tidak ingin mengundang Om Brata, selaku adik kandungnya karena selisih paham yang terjadi beberapa tahun yang lalu berujung perang dingin.

Flashback on

Sepuluh tahun yang lalu bisnis dan keuanganku sedang menurun, aku perlu suntikan dana untuk menyelamatkam bisnisku. Sepertinya aku memerlukan bantuan adikku Brata karena warisan almarhum papa banyak yang dia urus. Walaupun bagianku sudah di berikan, tetapi tidak ada salahnya meminta bantuan Brata.

Brata memilih meneruskan usaha papa yang bergerak di bidang perkebunan sawit. Selain tidak ada pengetahuan dan ketertarikanku pada usaha tersebut, aku pun enggan untuk hijrah dan tinggal di pulau Sulawesi. Kecintaanku terhadap kota kelahiranku yang sejuk membuatku enggan untuk hidup di tinggal di kota yang sedikit gersang dan panas.

Aku putuskan untuk menghubungi Brata melalui telepon.

["Halo kak, apa kabar? Sehat?"] tanya Brata.

["Baik.. kamu bagaimana kabarnya? Bagaimana usaha sawit di sana?"] tanyaku.

["Alhamdulilah baik kak. Usahaku saat ini berkembang cukup baik, tetapi masih menunggu hasil panen beberapa bulan lagi,"] jelas Brata.

["Begini Ta, saat ini usahaku sedang menurun, dan aku membutuhkan suntikan dana agar usahaku tetap bertahan. Bisa tidak kamu bantu aku?"] pintaku

["Saat ini aku sedang tidak pegang banyak uang di tabunganku kak, harapanku menunggu panen sawit nanti karena CPO (Crude Palm Oil) akan diekspor ke Filipina. Tapi yah beberapa bulan lagi kak,"] jelas Brata.

["Masa kamu gak bisa bantu aku, kamu bisa jaminkan aset milikmu, nanti aku akan kembalikan,"] desakku.

["Jangan kakak ganggu asetku, kalau iya kakak bisa kembalikan, kalau tidak aku yang akan kehilangan warisan almarhum papa,"] tolak Brata.

["Kamu ini perhitungan sekali dengan saudara. Maksud kamu apa bicara seperti itu? Kamu meragukan aku tidak dapat mengembalikan uangmu hah?!"] bentakku.

["Bukan begitu kak, aku hanya menjaga sisa peninggalan papa saja. Kakak juga kan punya aset yang bisa kakak jaminkan,"] ucap Brata.

["Sudah ..., sudah cukup. Sekarang aku baru tahu sifat aslimu bagaimana. Mentang-mentang sekarang kamu sudah sukses, kamu sudah tidak mau membantuku malah merendahkanku. Heh ..., jangan sombong kamu Brata! Kalau bukan aku yang mengalah untuk tidak meneruskan bisnis papa, belum tentu kamu seperti sekarang! Jangan jadi kacang lupa kulit kau!"] hardikku.

["Bu-bukan ..., be-begi ...,"]

Sambungan telepon langsung kumatikan, kesal aku dibuatnya. Seandainya saat itu aku yang meneruskan usaha papa, belum tentu dia seperti sekarang. Sombong sekali dia, berani merendahkanku lagi. Aku terus mengumpat dalam hati, kekesalanku benar-benar memuncak. Mulai detik ini putus hubungan persaudaraanku dengan Brata, aku tidak sudi punya adik seperti dia, cuih!

Flashback off.

"Pokoknya jangan ada yang berani mengundang Brata. Kau ada yang berani mengundang Brata saya tidak akan datang ke pernikahan kalian," tegas Papa Tio.

Mama Mike berusaha menenangkan suaminya yang mulai tampak sesak napas akibat emosi. Chandra dan Cherryl hanya tertunduk diam melihat papa yang tampak murka. Cherryl merasa keheranan dengan sikap papa Dion, tapi saat ini bukan saat yang tepat untuk menanyakan perihal itu.

Ting ... tong ... ting ... tong ...

Suara bel mencairkan suasana yang panas. Chandra melangkah ke depan untuk membuka pintu melihat siapa yang datang. Ternyata kasur yang sudah Cherryl dan Chandra pesan kemarin sudah datang.

"Maa ..., maaa ..., siniii lihatt ini," teriak Chandra.

"Siapa yang datang?" tanya mama Mike.

"Masuk aja mas ke dalam, nanti tolong taruh di kamar itu yah," ujar Chandra sambil menunjuk ke arah kamar kedua orang tuanya.

"Ini kasur buat mama dan papa hadiah dari aku dan Cherryl. Dulu kan mama suka mengeluh sakit badan kalau bangun tidur. Sekarang aku beliin yang nyaman untuk tulang punggung mama dan papa," jelas Chandra.

"Wah ... bagus banget Chan, ini pasti mahal yah?" ujar mama sumringah sambil melihat kasur di rakit di dalam kamarnya.

Setelah kasur selesai dirakit, dan petugas In**rma pamit undur diri. Mama mencoba kasur barunya dengan hati senang.

"Pa ..., lihat anak kita kasih hadiah, bagus gak?" ujar mama kala papa datang menghampirinya.

"Apaan bagus, warna nya norak!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Istrimu, bukan Penghasil Uangmu   Bab 32 Mama Yanti Nagih Hutang

    Kring ... kring ... kring ..."Assalamualaikum ma," ucapku."Waalaikumsalam," balas mama."Mama apa kabar? Sehat? Tumben mama telepon, ada sesuatu yang penting?" ujarku."Alhamdulilah mama baik dan sehat. Iya sebenarnya ada yang mama ingin tanyakan sama kamu," jawab mama."Ada apa emangnya ma? Sepertinya penting," tanyaku sedikit khawatir."Ehm .. ini perihal uang yang pernah kalian pinjam tahun lalu, apa kiranya bisa kalian kembalikan? Soalnya mama kebetulan ada perlu, Om Danu sedang butuh bantuan, jadi rencananya uang itu mau mama pakai untuk bantu Om Danu," jelas mama.Deg ...Sejenak aku hanya terdiam, entah apa yang harus aku katakan kepada mama. Karena sampai saat ini mama tidak tahu kondisi keuangan dan rumah tanggaku. Aku tidak ingin menambah beban pikiran mama. Tapi seandainya aku tidak jujur aku tidak tahu harus mencari alasan apa kepada mama "Cher ..., kamu masih disitukan?" tanya mama."I-iya ma, e-ehm gini ma, nanti aku tanya Chandra dulu gimana, nanti aku kabarin mama l

  • Aku Istrimu, bukan Penghasil Uangmu   Bab 31 Durian Runtuh

    Cherryl kemudian membisikkan sesuatu di telingaku. Seketika mataku membelalak "Apaaaaaa ...., hampir seharga mobil Alya baru??? Kamu gak salah Cher, beli cincin ini mahal banget? Bagusan kamu beli mobil daripada beli cincin," ucapku keheranan."Kan sudah punya kalau mobil," jawab Cherryl."Iya juga sih, cuman tetep aja ngapain kamu beli cincin mahal-mahal. Kalau hilang gimana? Kalau dicuuri gimana?" gerutuku."Yah aku emang suka berlian dan aku juga suka banget sama Blue Safir. Kebetulan di toko perhiasan langganan aku ada cincin itu. Yah sudah aku beli, lagian kebetulan memang ada lebih uang saat itu. Tadi nya aku gak akan pernah mau jual cincin itu karena. kenang-kenang hasil dari kerja aku. Eh ..., malah ketahuan kamu dulu," ujar Cherryl dengan cemberut."Jadi gak iklas nih kasih pinjem cincinya ke aku?" tanyaku."Sebenernya sih gak iklas, cuman yah sudahlah. Tapi beneran kamu ganti yah, ini harta aku satu-satunya, sudah gak ada lagi. Aku gak mau ini juga sampai gak berbekas," ger

  • Aku Istrimu, bukan Penghasil Uangmu   Bab 30 Aku Pinjam dulu Cincin Kamu Yah

    "Yank ... kamu lihat kemeja aku gak yang warna biru?" teriakku."Ada ditumpukan baju kamu di lemari," ujar Cherryl.Aku berencana hari ini akan bertemu dengan salah satu temanku untuk membantuku mencari cangkang sawit. Aku bertekad untuk menjalankan usaha ini walaupun tampaknya Cherryl kurang setuju. Tapi demi kehidupan aku yang lebih baik, aku harus berusaha. Aku sendiri lelah dengan keadaan seperti ini, tidak dapat hang out dengan teman-temanku lagi karena keadaan keuangan lagi kurang baik. Walaupun terkadang mereka suka mentraktirku, tapi kali ini aku sedikit engga daripada harus ribut dengan Cherryl.Aku sedari tadi mencari kemeja kesayanganku berwarna biru. Kala sedang mencari di lemari, aku tak sengaja menjatuhkan sebuah kotak. Entah kotak apa itu, tapi sepertinya kotak cincin. Rasa penasaranku semakin besar, tanganku mengambil kotak tersebut kemudian membukanya. Aku sedikit takjub kala membuka kotak tersebut, sebuah cincin dengan hiasan batu blue safir dengan untaian berlian di

  • Aku Istrimu, bukan Penghasil Uangmu   Bab 29 Aku Dapet Proyek

    "Yanggggg ..., alhamdulilah aku dapetttt proyekkk join sama temen," teriak Chandra kala memasuki rumah.Chandra setengah berlari mencari istrinya, kemudian memeluknya karena kegirangan. Chandra mendapatkan kesempatan menjalankan sebuah proyek dengan temannya semasa kuliahnya."Yang, aku senang banget. Hendrik temanku waktu kuliah dulu kasih aku proyek" ujar Chandra."Proyek apa?" tanya Cherryl."Ekspor sawit," jelas Chandra."Ekspor sawit??" ujar Cherryl tampak kebingungan."Iya ... Hendrik kan asli orang malaysia. Om nya Hendrik usaha di bidang ekspor cangkang sawit. Selama ini omnya ngejalanin bisnis seputaran Malaysia, karena permintaannya meningkat dia mau cari cangkang sawit dari Indonesia. Jadi Hendrik minta tolong aku untuk bantu cari. Kalau aku terima komisi dari penjualan itu. Kebayangkan uang yang bakal aku dapatin?!" tutur Chandra."Tapi kamu kan gak nguasain bidang itu. Hati-hati loh resikonya. Terus duit darimana buat ongkos perjalanan kamu?" ujar Cherryl mengingatkan."S

  • Aku Istrimu, bukan Penghasil Uangmu   Bab 28 Menyesal, Seandainya

    Tring ... Tring ... Tring ..."Iya halo ma," jawab Cherryl."Kamu apa kabar? Sudah lama kamu gak pernah ke rumah, kamu baik-baik saja kan?" tanya mama Yanti."Baik ma, iya maaf soalnya sekarang banyak di rumah, capek habis beres-beres rumah karena tidak ada pembantu di sini." jawab Cherryl menutupi keadaan rumah tangganya."Kamu lagi ada masalah sayang?" tanya mama."E-engga kok ma," jawb Cherryl gugup."Syukur kalau kamu baik-baik saja," ujar mama."Kenapa ma telepon ada sesuatu?" tanya Cherryl."Selain mama kangen sama kamu, ada yang mau mama tanyain sama kamu. Perihal uang yang kalian pinjam waktu menikah dulu, apa sudah bisa kalian kembalikan? Karena mama ada kepentingan," tanya mama."Huff .... coba aku tanya sama Chandra dulu yah ma, nanti aku kabarin lagi ke mama," ujar Cherryl."Yah sudah kalau begitu, jaga diri baik-baik yah nak. Perasaan mama sudah tidak enak akhir-akhir ini, semoga kamu baik-baik yah. Tapi mama lega sudah dengan suara kamu. Ya sudah kalau begitu mama tutup

  • Aku Istrimu, bukan Penghasil Uangmu   Bab 27 Kenapa Bau Parfum Perempuan?

    Pagi hari menunjukkan pukul 7 pagi, Cherryl terbangun dengan kaget karena semalam ia tertidur di sofa karena kelelahan menunggu sang suami pulang. Cherryl bergegas menuju kamar tidurnya di lantai 2, melihat apakah Chandra sudah pulang ke rumah. Ternyata tenpat tidur mereka masih tampak rapih oertanda Chandra masih belum pulang ke rumah. Cherryl merasa keheranan mengapa Chandra tak kunjung pulang. Cherryl meraih ponselnya mencoba menghubungi Chandra, tapi ternyata ponselnya tidak aktif. Rasa hati ingin menghubungi mama mertuanya menanyakan keberadaan Chandra. Akan tetapi dia urungkan niatnya, karena pasti yang ada sindiran terhadap dirinya sehingga suami pergi dari rumah dan tidak pulang semalam.Cherryl memutuskan untuk mandi, menyegarkan diri dan menenangkan hati dan pikirannya yang sedang panas. "Kamu dimana sih?" gerutu Cherryl dalam hati.Setelah selesai mandi, Cherryl mulai mengerjakan aktivitas hariannya untuk membersihkan rumah, mencuci, menyapu, mengepel hingga memasak. Tapi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status