Beberapa waktu kemudian, keduanya yang baru saja selesai makan, berjalan duduk di atas sofa. Rhea tersenyum dan mengusap perutnya dengan ekspresi puas.
Sedangkan Elroy duduk disana sambil membaca sebuah buku. Ketika ia mengalihkan perhatiannya, ia melihat Rhea sebenarnya duduk dengan jarak yang begitu jauh darinya. "Apa yang kamu lakukan disana? Mendekatlah." Tegas Elroy seraya sedikit memiringkan tubuhnya dan segera menarik pinggang Rhea mendekat ke arahnya. Rhea sontak melihat ke lantai atas, ke arah kamar Chloe. Ia melihat, sahabatnya itu sebenarnya baru saja bangun tidur dan berjalan keluar kamar dengan sedikit rasa kantuk yang tersisa. Melihat hal itu, Rhea buru buru mendorong Elroy menjauh di bawah tatapan tak percaya pria itu dan berpindah duduk di sofa tunggal lainnya. Elroy yang merasa perasaan lembut dan ramping itu menghilang dari tangan dan pelukannya, merasa tak bisa berkata kata. Ketika ia mendongak mengikuti arah pandang Rhea, ia melihat putrinya berjalan turun ke bawah. Baiklah, ia akan memakluminya kali ini. Pada saat yang sama, suara Chloe terdengar. "Rhea, kamu masih disini? Aku kira kamu sudah pulang." Chloe berlari kecil dan melemparkan dirinya dalam pelukan Rhea. Rhea tersenyum dan mengusap kepala Chloe penuh kasih sayang. Melihat hal itu, ekspresi Elroy berubah seketika. Ia melihat Rhea mengambil cemilan dan memberikannya ke mulut Chloe secara langsung. Untuk sejenak, ia tidak bisa berkata kata, dan sedikit rasa iri muncul di matanya. "Ngomong ngomong Rhea, kenapa kamu masih disini? Kamu bahkan duduk bersama ayahku? Dia tidak mengajukan pertanyaan yang berlebihan kan?" Bisik Chloe seraya melirik ayahnya yang duduk disana dengan ekspresi dingin. Rhea tersenyum canggung dan bergumam pada dirinya sendiri, 'Apa kamu percaya jika aku mengatakan aku baru saja tidur dengan ayahmu? Aku takut kamu akan jadi gila setelah mengetahuinya' "Tidak apa apa, hanya beberapa perbincangan sederhana." Jawab Rhea dengan suara lirih. Melirik Elroy yang duduk menatapnya dengan tatapan tajam dan iri disana, Rhea tersenyum namun mengabaikannya. Hal itu hampir membuat Elroy bergegas memisahkan wanitanya dari putrinya itu. Menariknya kembali dalam pelukannya. "Apa kamu tidak merasa sedikit takut dan gugup ketika bersamanya?" Melirik Elroy, Chloe kembali bertanya. Kali ini ada sedikit nada gugup di wajahnya. Entah bagaimana, Chloe merasa baru saja melihat jejak kemarahan di ekspresi ayahnya. Apa ia masih bisa hidup sampai besok? Chloe ingin menangis rasanya. Apa salahnya? Rhea tersenyum canggung. Tidak lama, Rhea juga berpamitan pulang. Sebelum pulang, Elroy nampak menanyakan hal yang aneh. "Berapa umurmu tahun ini?" Tanya Elroy yang berhasil membuat Rhea membuka mulutnya bingung. "Tahun ini? 21 tahun." Mendengar jawaban Rhea, Elroy juga menganggukkan kepalanya. Di bawah tatapan bingung Chloe, Elroy benar benar ikut bersamanya mengantar Rhea pulang. "Kalau begitu Chloe, Paman. Aku akan kembali dulu" Keesokan harinya. Chloe memeluk Rhea dengan akrab, berjalan menuju ruang kuliah bersama sama. "Hehe" "Ada apa denganmu? Mengapa kamu begitu bahagia hari ini? Apakah kamu mendapat hadiah lainnya dari ayahmu?" Rhea bertanya ringan ketika ia mendengar tawa Chloe yang begitu bahagia. "Hehe, mari kita pergi ke lapangan hari ini. Ada pertandingan basket disana" Ucap Chloe dengan mata berbinar. Seketika Rhea mengerti apa yang dimaksud gadis ini. Rhea tahu bahwa Chloe menyukai seorang senior dari tim basket. Senior itu termasuk mahasiswa yang sangat populer, tampan dan cerdas juga merupakan kapten tim basket universitas saat ini. "Ohhh, kamu ingin menonton Rafael?" Ketika Rhea mengatakan hal itu, Chloe menegakkan tubuhnya. Ia tertawa canggung dan menatap Rhea dengan tatapan memohon. "Baiklah, aku selalu kalah darimu" Chloe terkekeh dan berjalan lebih cepat ke kelas. Ketika jam mata kuliah berakhir, Chloe sudah lebih dulu terburu buru memasukkan bukunya ke dalam tas dan menarik Rhea yang masih bermain game berlari menuju lapangan. "Ayo cepat, pertandingannya sudah dimulai" "Tunggu sebentar, jangan lari lari. Aku lelah" Tiba di lapangan basket, Chloe dan Rhea terengah engah. Keduanya menatap lapangan basket yang sudah ramai dipenuhi dan di kelilingi orang. Awalnya tidak ada harapan, namun Rhea membawa Chloe menyerobot kerumunan hingga tiba menjadi paling depan. Chloe terlihat bahagia dan sontak berkata. "Hehe, jika kamu memiliki orang yang kamu sukai nanti. Aku janji akan membantumu mendapatkannya" Di bawah tatapan Rhea yang terdiam, Chloe bertindak seperti fans girl dan berteriak memanggil nama kesayangannya itu. Rhea mengalihkan perhatiannya, melihat anak laki laki muda dan tampan di tengah lapangan. Rafael yang memakai headband, melambaikan tangannya kepada orang orang di sekitarnya. Ia melihat ke arah Chloe, bahkan mengedipkan matanya dan mengirimkan kiss dari jarak jauh. Rhea terdiam, tiba tiba ia merasa jijik. Jika itu Elroy, pria itu akan langsung menghampirinya. Kemudian mendorongnya ke dinding dan menahan kedua tangannya kemudian menciumnya ganas. "Ehem" Rhea berdehem ketika pikirannya sudah terlalu jauh. Pada saat ini, handphone nya berdering. Itu adalah notifikasi pesan, Rhea melihat bahwa pesan itu dikirim oleh Elroy. Jadi ia berjalan mundur, meninggalkan Chloe yang masih asik menyemangati kesayangannya. Ketika Rhea sudah keluar dari kerumunan, ia akhirnya bisa menghela nafas lega dan membuka pesan dari Elroy dengan tenang. Namun baru saja ia membukanya, mata Rhea membelalak terkejut, alisnya mengerut dan ia menggenggam handphone di tangannya erat karena kesal. Disisi lain, Elroy Morris pria penuh dominasi itu memiliki senyum tipis di wajahnya, menatap buku nikah yang ada di tangannya. Asisten di belakangnya mau tidak mau berkata, "Presiden, apa kamu benar benar yakin melakukan ini" Elroy mengabaikannya, nampak tidak peduli dengan apa yang dikatakan asistennya itu. "Presiden, umur anda dan umurnya terpaut 25 tahun yang sangat jauh. Apalagi tentang status... " Kata kata Asisten tersebut terhenti, ia menatap presidennya yang seperti anak muda tergila gila akan cinta. "Kamu tahu kan, aku tidak peduli tentang hal itu" Kata Elroy ringan seraya menatap asistennya. Jika sebelumnya, Elroy mungkin sudah geram mendengar peringatan dari asistennya. Namun, karena suasana hatinya baik ia tidak marah bahkan memberi penjelasan. "Presiden, anda memang tidak peduli. Tapi bagaimana dengan orang orang disekitar anda? Orang tua anda? Wanita muda itu? Atau orang tua wanita muda itu?" "Lagipula kamu mengambil surat keluarga pihak lain dan membawanya untuk mendaftarkan buku nikah denganmu tanpa izin dan secara diam diam." Asisten itu kembali mengingatkan. Elroy tersenyum, "Tidak akan, dia berkata bahwa dia telah setuju. Ini bukan tanpa izin, aku juga sudah memberitahunya, jadi ini bukan diam diam."Rhea baru saja kembali namun ia melihat Elroy sudah duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Ketika Elroy melihat dirinya baru saja kembali. Ia segera meletakkan semua yang dikerjakannya. Termasuk laptop atau tumpukan dokumen di atas meja.Berjalan menghampiri Rhea, Elroy tersenyum dan memeluk Rhea dengan hangat. Rhea sedikit tertegun ketika dirinya tiba tiba di peluk. Tidak seperti biasanya, kenapa Elroy tiba tiba memeluknya.Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu. Ruang kantor Elroy.Saat ini, sosok pria tampan itu duduk di kursi presiden dan di belakangnya berdiri asisten pribadinya. Sementara di depan ada deretan kelompok pria paruh baya dengan jas putih di tubuhnya."Jadi, apa saran kalian?" Tanya Elroy dengan nada suara berat. Ia menatap deretan ahli mulai dari dokter hingga ahli psikologi di depannya. Tentu saja alasan ia memanggil sekelompok orang ini untuk mengetahui dan menstabilkan kondisi Rhea. Apalagi semalam Elroy benar benar hampir mati karena cemas."Tuan Elroy, jika ini me
Gadis dalam dekapan Elroy ini seharusnya adalah nyonya Morris! Seorang wanita yang berhasil mengguncang dunia karena telah meraih posisi tinggi dengan duduk di tahta yang ada di samping Elroy Morris."Baiklah kami bisa kembali." Ucap Elroy sambil mengusir dokter itu pergi. Tentu saja sebelum pergi, Elroy juga memperingatkannya untuk tidak memberitahu siapapun tentang identitas nyonya Morris. Jika tidak, hidup damai gadis kecil kesayangannya ini akan terganggu oleh orang orang yang tidak ada hubungannya itu.Setelah kepergian dokter wanita itu, Elroy akhirnya merebahkan dirinya dengan perasaan lega. Rhea masih berada dalam pelukannya, namun kini tangisnya terhenti dan ia tampak tersenyum tenang. Kulitnya yang pucat kembali kemerahan."Kamu membuatku takut setengah mati." Gumam Elroy masih dengan ketakutan yang tersisa. Ia menutup matanya dan menggerakkan tangannya ke dahi. Akhirnya ia bisa menghela nafas lega.Di dalam mimpi Rhea saat ini, ia menatap kedua orang tuanya dan tidak lagi m
Ketika Rhea membuka matanya kembali, ia tiba di sebuah ruangan putih. Disana ibu dan ayahnya sedang menatapnya dan tak berbicara. Keluhan yang terpendam selama tahun tahun ini meletus begitu saja. "Kenapa? Kenapa kalian begitu egois meninggalkanku seorang diri?""Bukankah lebih baik aku ikut pergi bersama kalian daripada harus menderita dan kesepian seorang diri di dunia?""Rasanya menyakitkan, aku ingin bunuh diri dan aku merasa putus asa. Apa alasanku masih ada di dunia ini? Apa alasanku untuk tetap hidup? Aku berusaha berulang kali untuk bunuh diri namun semuanya gagal. Ibu ayah kumohon, biarkan aku mengikuti kalian. Aku sudah tidak tahan lagi." Isak tangis Rhea terdengar dan menggema di seluruh ruangan putih itu.Namun sosok ibu dan ayahnya masih diam dan tidak bergerak. Namun Rhea tahu bahwa ibu dan ayahnya sedang mengamatinya. Tapi tentang apa alasan mereka tidak berbicara, Rhea tidak tahu.Saat ini di dunia luar, Elroy yang akhirnya baru saja bisa sedikit terlelap tiba tiba te
Elroy bahkan merasa kakinya lemah dan ia hampir tidak dapat menopang dirinya sendiri. Ia berdiri di luar balkon, tangannya berpegang erat pada pagar di depannya. Menatap langit malam yang gelap, hari ini tidak ada satupun bintang terlihat di langit bahkan awan pun menutup cahaya samar bulan. Angin dingin berhembus dan menusuk tulang Elroy.Meski begitu rasa dingin tersebut tidak dapat dibandingkan oleh rasa sakit yang Elroy rasakan di dalam hatinya. Bayangan pada tahun utu menggema dalam pikirannya. Sosok gadis kecil yang kurus kering dan kekurangan gizi, pergi kemanapun ia dapat pergi. Mengangkat kardus kardus besar atau melakukan cuci puring dimanapun ia diterima bekerja dan mendapatkan sejumlah uang.Elroy bahkan merasa malu dengan kekayaannya yang tak terhitung jumlahnya. Memejamkan matanya, Elroy berusaha menarik nafas dalam dalam. Menenangkan rasa sesak di dadanya. Sementara sekretaris terus berbicara lebih lanjut."Ketika Nyonya Rhea masuk dan duduk di bangku sekolah menengah.
Sementara Rhea disibukkan dengan kegiatan kantornya. Hari perilisan game semakin dekat. Namun semua orang di kantor termasuk Chloe merasakan suasana hati Rhea tidak lagi gembira.Awalnya semua orang berfikir bahwa Rhea mungkin memiliki kekhawatiran tentang perilisan Legenda Penguasa namun sepertinya tidak. Mood makan Rhea turun drastis dan ekspresi wajahnya menjadi begitu suram dari hari ke hari.Chloe duduk di sofa kantor Rhea, melihat sahabatnya sedang memeriksa dokumen dengan alis mengerut membuatnya ragu dan ikut gelisah.Ini bukan kali pertamanya ia melihat Rhea seperti itu. Mereka sudah bersama selama lima tahun dan Chloe hanya mendapati Rhea berekspresi seperti itu ketika waktu mendekati musim semi telah tiba.Entah apa yang terjadi, setiap tahun Rhea selalu memiliki hari hari yang suram ketika musim dingin hampir berakhir.Saat ini es di jalanan perlahan mulai mencair dan suhu yang dingin perlahan mulai kembali menghangat. Namun suasana hati Rhea justru semakin dingin.Chloe t
Pada saat ini pintu kamar Elroy terbuka, dan Elroy berjalan keluar dengan telepon di telinganya. Ia menatap putrinya yang berdiri di depan kamarnya. Chloe melirik ke dalam kamar Elroy, namun tak melihat jejak atau bayangan yang familiar."Ada apa?" Tanya Elroy ragu. Chloe mengerutkan keningnya dan tidak berbicara, ia menatap handphone nya dan mencoba menelepon Rhea sekali lagi. Namun ia tidak lagi mendengar nada dering familiar tersebut. Meskipun Chloe masih curiga, ia tidak bisa mengatakan apapun. Apalagi memasuki kamar ayahnya secara gegabah. Atau mungkin nada dering telepon itu sebenarnya adalah nada dering milik ayahnya?Chloe mengalihkan perhatiannya dan melihat Elroy yang masih sibuk berbicara di telepon nya. Tentu saja semua itu hanya kepura puraan. Tidak ada yang benar benar menelepon Elroy saat ini.Chloe menggelengkan kepalanya dan tersenyum, 'Tidak mungkin! Bagaimana aku bisa berfikir seperti itu? Ayahku dan sahabatku bersama? Rasanya lucu dengan memikirkannya!' Gumam Chlo