Namun pada saat ini, sebuah tangan besar tiba tiba menarik Rhea ke dalam sebuah kamar. Pintu kamar tertutup dengan keras dan tangan besar pria itu bergerak menguncinya.
Rhea membelalakkan matanya tak percaya, menatap Elroy yang memiliki ekspresi suram dan sorot mata tajam di balik kacamata berbingkai tipis miliknya. "Pa-paman?" Rhea memanggil dengan gugup. 'Ada apa dengan pria ini? Kenapa dia tiba tiba merasa seakan akan pria ini ingin memakannya dan menelannya saat itu juga?' Ungkap Rhea dalam hatinya gugup. "Luar biasa Rhea! Kamu benar benar luar biasa!" Ucap Elroy dengan marah. Mencengkram kedua tangan Rhea dan menahannya ke atas. Rhea mengerjapkan matanya, menatap Elroy ragu. "Apa kamu benar benar menganggap tidak ada yang terjadi malam itu?" Tanya Elroy dengan nada suara dalam. Rhea seketika mengerti apa yang sebenarnya pria ini ingin lakukan. "Bukankah aku sudah mengatakannya dengan jelas paman? Apa kurang jelas? Kalau begitu aku katakan lagi" "Malam itu hanya sebuah janji satu malam. Ketika kita bertemu lagi, kamu akan tetap menjadi ayah dari sahabatku dan aku akan tetap menjadi sahabat dari putrimu" Ucap Rhea memperjelasnya sekali lagi, nadanya tegas seakan akan tidak memiliki celah untuk sebuah negosiasi. Elroy terdiam, sorot matanya menjadi semakin tajam. Ia meraih dagu Rhea kasar dan berkata dengan nada suara dalam. "Apa kamu pikir, kamu mengatakannya seperti itu maka akan selalu seperti itu yang terjadi?" "Rhea, ada banyak variabel dalam kehidupan. Tidak semua hal berjalan sesuai yang kamu mau" Nada suara Elroy tajam, alisnya berkerut. "Lalu, paman apa yang kamu inginkan?" Rhea berkata dengan tenang, ia tidak merasa cemas atau panik sama sekali. Matanya menatap Elroy dengan tenang dan bertanya. Elroy mengendurkan alisnya, menarik nafas dalam dalam dan akhirnya berbicara. "Mudah saja, Aku ingin kamu hanya jadi milikku." Ketika Rhea mendengar hal itu, pupil matanya mengecil. Suasananya menjadi sunyi dalam sekejap. Dua pasang mata itu saling berpandangan, Rhea tahu bahwa itu tadi sebenarnya bukan sebuah candaan. "Itu tidak mungkin!" Tegas Rhea seraya memalingkan wajahnya, alisnya mengerut dan ia berusaha memberontak. Sayangnya dengan kekuatannya yang lemah, ia sama sekali tidak sebanding dengan Elroy. Ketika Elroy mendengar jawaban berupa tolakan tegas dari perempuan ini, alisnya kembali mengerut. Otot ototnya mengencang hingga terlihat di permukaan. Sedikit menyeramkan. Dengan kasar, Elroy meraih dagu Rhea dan memaksanya untuk kembali menatapnya. "Jika kamu tidak mau, maka aku akan mengungkapkan hubungan satu malam kita pada Chloe." Rhea terdiam, menatap Elroy dengan tatapan tajam. "Ka-kamu... " Rhea ingin mengelak, namun sebenarnya ia tidak memiliki kata kata untuk mengelak. Menatap pria itu sejenak, Rhea menggertakkan giginya dan berkata dengan lirih. "Baiklah." Ekspresi suram Elroy menghilang begitu saja, digantikan oleh senyum tipis di wajahnya. Elroy melepas kacamatanya dan melemparkannya ke tanah, menatap perempuan muda itu kemudian tatapannya jatuh pada bibir merah muda yang manis dan telah membuatnya candu malam itu. Ciuman yang dalam dan intens itu berlangsung, Rhea ingin mendorong pria ini pergi namun tangannya masih tertahan karena cengkeraman tangan Elroy. Rhea terengah engah, matanya memerah dan berair. Baru kemudian, Elroy melepaskannya dengan ekspresi sedikit enggan. Namun, melihat kondisi Rhea, Elroy juga tidak tega menyiksa perempuan kecil ini seperti itu. Kedua tangannya beralih memeluk erat pinggang Rhea seakan akan jika ia sedikit saja melonggarkan pelukannya, perempuan ini akan menghilang sekali lagi. Menatap wajah memikat Rhea yang memerah. Nafas terengah engah dan mata yang berair. Elroy menjilat bibirnya dan ekspresinya berubah. "Hah, hah, hah." Rhea mencengkeram jas Elroy erat, mengusap bibirnya yang basah oleh air liur. Elroy tiba tiba langsung menenggelamkan wajahnya pada leher Rhea. Membuat Rhea mendongak dan menggertakkan giginya merasakan sesuatu yang basah di lehernya. Pria ini benar benar menggunakan lidah dan bibirnya untuk bermain di lehernya. Namun, pada saat ini senyum Rhea merekah indah. 'Ya, sesuatu yang sudah aku miliki harus menjadi milikku selamanya' Bagaimana jika Rhea mengatakan bahwa ia sengaja merencanakan hal ini? Tepatnya ketika ia merasa nyaman dengan sosok Elroy dan ia merasakan untuk kali pertama dalam hidupnya, ia ingin pria ini menjadi miliknya. Malam itu, malam pertama penuh kenangan indah dan kenikmatan yang luar biasa. Rhea memutuskan, pria ini telah menjadi miliknya! Maka dia harus menjadi miliknya untuk selama lamanya! Awalnya Rhea ingin bertindak secara perlahan dan tidak terburu buru, tapi siapa sangka pria ini justru lebih mendominasi. Rhea belum mendatanginya, namun ia sudah datang menghampirinya lebih dulu. Kalau begitu bagaimana Rhea bisa menolaknya? Rhea bukan orang yang naif atau wanita yang sok suci. Ia adalah orang yang egois dan posesif!Layaknya mawar berduri yang tahu cara melindungi dirinya sendiri. Jika kamu melukainya, maka duri itu akan menyakitimu. Namun, jika kamu memperlakukannya dengan baik, maka kamu akan melihat kecantikan yang luar biasa dari dirinya. Rhea tidak menolak nafsu Elroy saat ini. Ketika Elroy mendongak dan menatap dirinya dengan wajah penuh nafsu itu. Ia tahu, pria ini sedang kelaparan. "Satu kali saja" Ucap Elroy dengan suara seraknya. Rhea terdiam sejenak, kemudian ia mengalungkan tangannya ke leher Elroy. Mengangkat sudut mulutnya, Rhea menatap Elroy dengan ekspresi provokatif. Elroy tersenyum, ia langsung mengangkat perempuan yang seumuran dengan putrinya itu dan langsung melemparkannya ke atas tempat tidur. Ciuman yang dalam dan intens terjadi, dua bibir, dua mulut dan dua lidah itu saling bertaut. Elroy beranjak dan melepas jasnya juga melepas dasi yang mengganggu gerakannya. Rhea membelai perut delapan bungkus milik Elroy itu dengan lembut dengan pemandangan garis duyung yang indah. Rhea tersenyum, ketika Elroy perlahan melepas semua kancing kemejanya. Ia benar benar tidak terlihat seperti pria berusia empat puluh tahun sama sekali. Apalagi wajahnya yang awet muda selain sedikit lipatan di bawah matanya, dan sedikit kumis di atas bibir dan dagunya. Namun, bukan berarti Rhea membencinya. Jujur saja, itu menambahkan pesona dewasa dan penuh maskulinitas di wajah Elroy yang sudah sangat tampan. Malam itu, Rhea ingat kumis ini seharusnya tidak ada. Mungkin karena pria ini tergila gila memikirkannya, sehingga mengabaikan kumisnya yang memanjang dan tidak memangkasnya. Rambutnya masih hitam selain sedikit jejak putih di beberapa helainya. Ciuman ganas dan intens Elroy kembali jatuh. Tangan besar dan panas Elroy sudah bergerak menyapu tubuh Rhea. ... Beberapa waktu kemudian, Rhea dan Elroy jatuh di atas tempat tidur dan terengah engah. Rhea menenggelamkan tubuhnya dalam pelukan Elroy. Membiarkan dua tubuh itu saling bersentuhan dengan bebas di balik sebuah selimut. Sekelilingnya tampak berantakan dengan pakaian berantakan dimana mana. Rhea memejamkan matanya dan merasa perutnya yang sudah lapar menjadi semakin lapar. "Paman, aku lapar." Rhea melenguh seraya mengalihkan pandangannya pada Elroy. Elroy yang awalnya sedang asyik bermain dan mengusap rambut Rhea juga perlahan bangkit. "Ayo makan." Mendengar hal itu Rhea beranjak bangkit dan berpakaian sebelum mengikuti Elroy berjalan keluar kamar pergi ke arah dapur.Rhea baru saja kembali namun ia melihat Elroy sudah duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Ketika Elroy melihat dirinya baru saja kembali. Ia segera meletakkan semua yang dikerjakannya. Termasuk laptop atau tumpukan dokumen di atas meja.Berjalan menghampiri Rhea, Elroy tersenyum dan memeluk Rhea dengan hangat. Rhea sedikit tertegun ketika dirinya tiba tiba di peluk. Tidak seperti biasanya, kenapa Elroy tiba tiba memeluknya.Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu. Ruang kantor Elroy.Saat ini, sosok pria tampan itu duduk di kursi presiden dan di belakangnya berdiri asisten pribadinya. Sementara di depan ada deretan kelompok pria paruh baya dengan jas putih di tubuhnya."Jadi, apa saran kalian?" Tanya Elroy dengan nada suara berat. Ia menatap deretan ahli mulai dari dokter hingga ahli psikologi di depannya. Tentu saja alasan ia memanggil sekelompok orang ini untuk mengetahui dan menstabilkan kondisi Rhea. Apalagi semalam Elroy benar benar hampir mati karena cemas."Tuan Elroy, jika ini me
Gadis dalam dekapan Elroy ini seharusnya adalah nyonya Morris! Seorang wanita yang berhasil mengguncang dunia karena telah meraih posisi tinggi dengan duduk di tahta yang ada di samping Elroy Morris."Baiklah kami bisa kembali." Ucap Elroy sambil mengusir dokter itu pergi. Tentu saja sebelum pergi, Elroy juga memperingatkannya untuk tidak memberitahu siapapun tentang identitas nyonya Morris. Jika tidak, hidup damai gadis kecil kesayangannya ini akan terganggu oleh orang orang yang tidak ada hubungannya itu.Setelah kepergian dokter wanita itu, Elroy akhirnya merebahkan dirinya dengan perasaan lega. Rhea masih berada dalam pelukannya, namun kini tangisnya terhenti dan ia tampak tersenyum tenang. Kulitnya yang pucat kembali kemerahan."Kamu membuatku takut setengah mati." Gumam Elroy masih dengan ketakutan yang tersisa. Ia menutup matanya dan menggerakkan tangannya ke dahi. Akhirnya ia bisa menghela nafas lega.Di dalam mimpi Rhea saat ini, ia menatap kedua orang tuanya dan tidak lagi m
Ketika Rhea membuka matanya kembali, ia tiba di sebuah ruangan putih. Disana ibu dan ayahnya sedang menatapnya dan tak berbicara. Keluhan yang terpendam selama tahun tahun ini meletus begitu saja. "Kenapa? Kenapa kalian begitu egois meninggalkanku seorang diri?""Bukankah lebih baik aku ikut pergi bersama kalian daripada harus menderita dan kesepian seorang diri di dunia?""Rasanya menyakitkan, aku ingin bunuh diri dan aku merasa putus asa. Apa alasanku masih ada di dunia ini? Apa alasanku untuk tetap hidup? Aku berusaha berulang kali untuk bunuh diri namun semuanya gagal. Ibu ayah kumohon, biarkan aku mengikuti kalian. Aku sudah tidak tahan lagi." Isak tangis Rhea terdengar dan menggema di seluruh ruangan putih itu.Namun sosok ibu dan ayahnya masih diam dan tidak bergerak. Namun Rhea tahu bahwa ibu dan ayahnya sedang mengamatinya. Tapi tentang apa alasan mereka tidak berbicara, Rhea tidak tahu.Saat ini di dunia luar, Elroy yang akhirnya baru saja bisa sedikit terlelap tiba tiba te
Elroy bahkan merasa kakinya lemah dan ia hampir tidak dapat menopang dirinya sendiri. Ia berdiri di luar balkon, tangannya berpegang erat pada pagar di depannya. Menatap langit malam yang gelap, hari ini tidak ada satupun bintang terlihat di langit bahkan awan pun menutup cahaya samar bulan. Angin dingin berhembus dan menusuk tulang Elroy.Meski begitu rasa dingin tersebut tidak dapat dibandingkan oleh rasa sakit yang Elroy rasakan di dalam hatinya. Bayangan pada tahun utu menggema dalam pikirannya. Sosok gadis kecil yang kurus kering dan kekurangan gizi, pergi kemanapun ia dapat pergi. Mengangkat kardus kardus besar atau melakukan cuci puring dimanapun ia diterima bekerja dan mendapatkan sejumlah uang.Elroy bahkan merasa malu dengan kekayaannya yang tak terhitung jumlahnya. Memejamkan matanya, Elroy berusaha menarik nafas dalam dalam. Menenangkan rasa sesak di dadanya. Sementara sekretaris terus berbicara lebih lanjut."Ketika Nyonya Rhea masuk dan duduk di bangku sekolah menengah.
Sementara Rhea disibukkan dengan kegiatan kantornya. Hari perilisan game semakin dekat. Namun semua orang di kantor termasuk Chloe merasakan suasana hati Rhea tidak lagi gembira.Awalnya semua orang berfikir bahwa Rhea mungkin memiliki kekhawatiran tentang perilisan Legenda Penguasa namun sepertinya tidak. Mood makan Rhea turun drastis dan ekspresi wajahnya menjadi begitu suram dari hari ke hari.Chloe duduk di sofa kantor Rhea, melihat sahabatnya sedang memeriksa dokumen dengan alis mengerut membuatnya ragu dan ikut gelisah.Ini bukan kali pertamanya ia melihat Rhea seperti itu. Mereka sudah bersama selama lima tahun dan Chloe hanya mendapati Rhea berekspresi seperti itu ketika waktu mendekati musim semi telah tiba.Entah apa yang terjadi, setiap tahun Rhea selalu memiliki hari hari yang suram ketika musim dingin hampir berakhir.Saat ini es di jalanan perlahan mulai mencair dan suhu yang dingin perlahan mulai kembali menghangat. Namun suasana hati Rhea justru semakin dingin.Chloe t
Pada saat ini pintu kamar Elroy terbuka, dan Elroy berjalan keluar dengan telepon di telinganya. Ia menatap putrinya yang berdiri di depan kamarnya. Chloe melirik ke dalam kamar Elroy, namun tak melihat jejak atau bayangan yang familiar."Ada apa?" Tanya Elroy ragu. Chloe mengerutkan keningnya dan tidak berbicara, ia menatap handphone nya dan mencoba menelepon Rhea sekali lagi. Namun ia tidak lagi mendengar nada dering familiar tersebut. Meskipun Chloe masih curiga, ia tidak bisa mengatakan apapun. Apalagi memasuki kamar ayahnya secara gegabah. Atau mungkin nada dering telepon itu sebenarnya adalah nada dering milik ayahnya?Chloe mengalihkan perhatiannya dan melihat Elroy yang masih sibuk berbicara di telepon nya. Tentu saja semua itu hanya kepura puraan. Tidak ada yang benar benar menelepon Elroy saat ini.Chloe menggelengkan kepalanya dan tersenyum, 'Tidak mungkin! Bagaimana aku bisa berfikir seperti itu? Ayahku dan sahabatku bersama? Rasanya lucu dengan memikirkannya!' Gumam Chlo