Share

Bab 2

Penulis: Nanda
Rudi merasa tak berdaya. "Untuk apa kamu mau buat diri sendiri kesal? Ini adalah pernikahan yang disetujui oleh kaisar. Lagian setelah Linda menikah denganku, kalian masing-masing tinggal di timur dan barat, dia juga tidak akan merebut kekuasaanmu di rumah ini. Intan, barang yang kamu pentingkan, dia tidak ingin."

"Menurutmu, aku terikat pada kekuasaan kepala keluarga ini?" tanya balik Intan. Jadi kepala keluarga di kediaman jenderal ini, hanya biaya obat nyonya besar saja butuh belasan tael, ditambah biaya makan dan pakaian yang lain, serta biaya membeli hadiah, semua itu membutuhkan uang.

Kediaman jenderal ini tidak ada apa-apa. Selama setahun ini, Intan menggunakan maharnya untuk membantu kediamanan ini, tapi hasil yang dia dapatkan adalah ini.

Rudi kehilangan kesabaran. "Sudahlah, aku tidak mau bilang denganmu lagi. Awalnya aku hanya perlu memberitahumu saja, mau kamu setuju atau tidak, hasilnya tidak akan berubah."

Intan hanya menatap kepergian dia yang dingin dan merasa tersindir.

"Nona." Mutiara yang di samping menyeka air matanya. "Tuan sungguh keterlaluan."

"Jangan asal ngomong!" Intan meliriknya. "Aku dan dia belum ada hubungan apa-apa, dia tidak termasuk suamiku. Ambil daftar maharku kemari."

"Kenapa mau ambil daftar mahar Nona?" tanya Mutiara.

Intan mengetuk kepalanya. "Memang gadis bodoh. Apa kita masih perlu tinggal di keluarga seperti ini?"

Mutiara memegang kepalanya, lalu merintih, "Tapi nyonya besar yang menjodohkan Nona dengannya. Ketika tuan besar masih hidup, dia berharap Nona bisa menikah dan melahirkan anak."

Ketika mengatakan tentang ibunya, mata Intan baru berkaca-kaca.

Ayahnya tidak pernah punya selir, hanya menikahi ibunya, ibunya juga melahirkan enam putra dan satu putri. Semua kakaknya ikut ayahnya berperang, tiga tahun lalu, mereka tidak kembali dari perang Manuel.

Dia terlahir di keluarga jenderal, jadi sejak kecil dia sudah berlatih seni bela diri. Ketika dia berusia tujuh tahun, ayahnya mengantarnya ke Gunung Pir untuk belajar seni bela diri dengan gurunya. Bisa dibilang, Intan mahir dalam strategi perang.

Diusia lima belas tahun, Intan turun dari gunung, baru tahu kalau ayah dan kakaknya meninggal di medan perang Manuel setahun yang lalu.

Ibunya menangis hingga mata menjadi buta, juga memeluk Intan. "Kelak kamu seperti putri bangsawan lain saja, cari pria yang baik, lalu menikah dan melahirkan anak. Hidup tenang seumur hidup. Sekarang kamu satu-satunya anakku."

Hati Intan seperti disayat pisau, sangat sakit sampai tidak bisa meneteskan air mata.

Kemudian, Intan menggunakan waktu setahun untuk mempelajari moral yang harus dimiliki seorang wanita, bahkan mempelajari cara melihat keuangan, tujuannya hanya ingin ibunya senang.

Keluarga Bangsawan Belima ingin mencari menantu, ditambah Intan sangat cantik, seketika orang yang ingin menikahinya sangat banyak. Ibu memilih Rudi, karena Rudi bersumpah di depan ibunya, kalau dia bisa menikahi Intan sebagai istri, tidak akan pernah punya selir.

Namun, setengah tahun lalu, Keluarga Bangsawan Belima dibunuh orang, semua orang di kediaman tidak ada yang selamat, bahkan tubuh setiap orang disayat 108 kali, sungguh mengenaskan.

Lebih kasihannya, keponakannya yang baru dua setengah tahun, juga anak peninggalan kakak ketiganya pun meninggal.

Kediaman Ikara dan Tim Patroli yang datang berhasil menangkap beberapa mata-mata Biromo.

Di sana masih ada peperangan, tapi mata-mata Biromo tidak segan mengungkapkan indentitas mereka hanya untuk membunuh keluarga Intan, selain itu cara pembunuhan begitu seperti sedang melampiaskan emosi.

Ketika dia mendengar kabar ini, Intan segera pulang dan melihat nenek serta ibunya sudah terpotong-potong.

Seluruh kediaman penuh dengan darah, kematian setiap orang sangat tragis.

Saat ini, dia adalah satu-satunya keturunan Keluarga Bangsawan Belima. Jika dia ingin menjayakan keluarganya, tidak bisa lagi, setidaknya orang lain merasa itu hal tidak mungkin.

Bagaimanapun juga, semua orang tahu dia hanya wanita yang lemah.

Linda berbeda dengannya, Linda berjasa di medan perang, juga jenderal wanita pertama di kerajaan ini, bahkan dipuji oleh ibu suri. Kelak kalau ada dia yang bantu Rudi, karier Rudi akan lebih baik, jadi Keluarga Wijaya tentu saja menyetujui pernikahan ini.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Risa Kartika
di yt ada kh apa judulny
goodnovel comment avatar
Siauw Juliana
suda nonton videonya.. tpi enakan baca novel ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status