Share

Bab 3

Penulis: Nanda
Mutiara mengambil daftar maharnya sambil berkata, "Tahun ini, uang yang Nona keluarkan ada 6.000 tahil, tapi mahar seperti toko, rumah dan manor tidak terpakai. Semua uang yang disimpan ibu Nona di tempat penyimpanan uang, serta akta rumah dan tanah ada di dalam kotak ini dan sudah dikunci."

"Baik!" Intan melihat daftar maharnya. Saat itu, ibunya memberinya mahar begitu banyak karena takut dia akan hidup sengsara di keluarga suami. Hal ini membuat Intan sedih.

Mutiara yang di samping bertanya dengan sedih, "Nona, kita bisa ke mana? Apa kita kembali ke Kediaman Bangsawan Belima? Bagaimana kalau kita kembali ke Gunung Pir?"

Di depan matanya tiba-tiba terlintas setumpuk darah, serta keluarganya yang meninggal tragis. Hal ini membuat Intan sakit hati lagi. "Ke mana pun boleh daripada tinggal di sini."

"Setelah Nona pergi, sama saja Nona menyetujui hubungan mereka."

Intan hanya berkata, "Kalau begitu setujui saja. Kalau aku tidak pergi, aku bakal menghabiskan seumur hidupku di hubungan mereka yang saling mencintai. Intan, sekarang Keluarga Belima hanya tersisa aku seorang. Aku harus hidup dengan baik, baru bisa membuat keluargaku tidak khawatir padaku."

"Nona!" Mutiara menangis dengan sedih. Mutiara adalah pelayan yang dilahirkan di Kediaman Bangsawan Belima. Jadi kejadian pembunuhan yang terjadi di Kediaman Bangsawan Belima juga membuatnya kehilangan keluarganya.

Kalau meninggalkan Kediaman Jenderal, apa mereka akan kembali ke Kediaman Bangsawan Belima? Namun, di kediaman itu sudah meninggal banyak orang, bisa dibilang itu tempat yang menyedihkan bagi mereka.

"Nona, apa tidak ada cara lain lagi?"

Tatapan Intan terlihat masam. "Ada, aku menemui Kaisar, lalu memaksa Kaisar untuk menarik balik perjodohan itu dengan jasa ayah dan kakakku. Kalau Kaisar tidak setuju, aku akan mati di Istana Birma."

Mutiara ketakutan sampai buru-buru berlutut. "Nona, jangan melakukan hal itu!"

Tatapan Intan terlihat sangat dingin, tapi dia hanya tersenyum. "Apa aku begitu bodoh? Meski aku ke Istana Birma, aku hanya mau minta Kaisar bisa memberi perintah untuk aku dan dia cerai dengan damai."

Pernikahan Rudi dan Linda adalah perjodohan dari Kaisar.

Kalau begitu, Intan cerai dengan Rudi juga butuh perintah dari Kaisar. Intan tidak mau diusir secara diam-diam, Intan mau meninggalkan Rudi dengan terang-terangan.

Kekayaan Keluarga Belima bisa membuat Intan hidup senang, jadi dia tidak perlu membuat diri sendiri begitu kasihan.

Di luar ada yang berteriak, "Nyonya, Anda dipanggil oleh Nyonya Besar!"

Mutiara menjawab dengan pelan, "Itu adalah Nona Cika selaku pelayan Nyonya Besar Diana, mungkin Nyonya Besar Diana mau membujuk Nona untuk menyetujui pernikahan itu."

Intan terlihat dingin, lalu berdiri sambil berkata, "Kalau begitu, ayo kita ke sana."

Sungguh menyedihkan.

Kediaman Jenderal ini adalah pemberian Mantan Kaisar kepada kakeknya Rudi. Keluarga ini pernah berjaya, tapi sekarang tak lagi berjaya.

Sebagian besar pria di Keluarga Wijaya berperang di medan perang sehingga hanya sedikit yang menjadi menteri. Selain itu, Javier selaku ayahnya Rudi tidak berprestasi dalam kariernya. Gerald selaku paman kedua Rudi hanya menjadi pejabat rendah di ibu kota. Hanya Rudi dan kakaknya, Weli yang termasuk hebat dalam kemiliteran, tapi sebelum mereka memenangkan perang ini, mereka hanya jenderal bintang empat.

Istri pertama dan istri kedua masih tinggal di Kediaman Jenderal.

Karena kalau mereka tinggal secara terpisah, keluarga ini akan makin hancur.

Intan membawa Mutiara ke kamar Nyonya Besar Diana, sekarang kondisi Nyonya Besar Diana terlihat baik. Dia sedang berbaring di tempat tidur sambil menatap Intan dengan senyum. "Kamu sudah datang."

Di dalam kamar ada kakak pertamanya Rudi, Weli, juga ada istrinya Weli, Nyonya Selen. Lalu ada adik ketiga Rudi yang bernama Shayna dan adik tiri lainnya.

Nyonya Besar Brina selaku nyonya besar kedua juga duduk di samping, tapi tatapannya terlihat dingin, bahkan tampak menghina.

"Ibu, Bibi Brina, Kak Weli dan Kak Selen!" Intan menyapa mereka seperti sebelumnya.

"Intan, mari duduk!" Nyonya Besar Diana membiarkan Intan duduk di tempat tidur, lalu memegang tangannya sambil berkata dengan senang, "Sekarang Rudi sudah kembali, kamu juga sudah ada yang jaga. Setahun ini benar-benar menyusahkanmu, ditambah keluargamu mengalami hal malang seperti itu. Kini hanya sisa kamu sendiri di Keluarga Bangsawan Belima. Untungnya, semua sudah berlalu."

Nyonya Besar Diana memang orang pintar, dia duluan mengatakan hal menyedihkan itu seperti kamu tidak ada keluarga lagi, hanya tersisa kamu sendiri, kelak kamu pasti perlu mengandalkan Keluarga Wijaya.

Intan menarik tangannya sambil berkata dengan tenang, "Apa hari ini Ibu sudah bertemu dengan Jenderal Linda?"

Nyonya Besar Diana tidak menyangka kalau Intan begitu blak-blakan, jadi senyumnya menjadi beku. Kemudian dia berkata sambil tersenyum, "Sudah, dia adalah wanita yang kasar, juga tidak secantik kamu."

Intan menatap Nyonya Besar Diana. "Kalau begitu, Ibu tidak suka dengannya, ya?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status