Share

BAB 3. Benar tak tahu diri.

🌸🌸🌸🌸🌸

Sesampainya di rumah keluarga benalu itu sudah duduk manis, mereka sedang membicarakan mobil Salsa yang kutabrak. Salsa yang tahu kedatanganku langsung bersikap baik.

"Teh, kalau mobilnya enggak diperbaiki nanti tambah rusak gimana itu kan, mobil baru," ucap Salsa memelas. Aku tahu maksud Salsa. Dia pasti bermaksud meminta ganti rugi padaku. Cih, enak saja. Mulai detik ini aku tidak akan membiarkan mereka memakai uangku sepeser pun.

"Bukan urusan Teteh, kan, kamu sendiri yang bilang mobil itu milik pacarmu, jadi ya, tinggal kamu bilang saja pada pacarmu yang kaya raya itu untuk membawa ke bengkel," jawabku santai. Salsa tampak khawatir. Dia pasti tidak rela jika mobil barunya rusak begitu saja.

"Tolong Teh, sekali ini saja, pacarku bisa marah.” Salsa memohon padaku.

"Kalau marah ya, tinggalkan saja masih banyak laki-laki lain yang baik kok. Lagi pula kamu aneh Sa, belum jadi suami-istri sudah berani memakai barang orang atau jangan-jangan benar seperti dugaanku kalau mobil itu sebenarnya adalah mobil kalian yang dibeli pakai uangku?" Ibu dan juga Mas Eko tampak kaget sedang Salsa menunduk tidak berani menatapku. Dia memilin-milin ujung bajunya. Kalau sudah begini aku yakin sekali mereka semua berbohong padaku dan prasangkaku benar.

“Mas, ternyata selain kamu itu pengkhianat, kelakuan kamu jahat, ya? Memakai uang istri untuk foya-foya. Ini sudah masuk penggelapan uang loh, Mas, kamu bisa kumasukkan ke penjara,” kataku lagi. Mas Eko pun diam saja. Laki cacingan begini kok, berani main istri. Apa yang bisa dibanggakan dari dia. Sungguh bodoh perempuan yang mau dijadikan istri ke duanya.

"Lisa! Lancang kamu! Uang kamu itu uang suamimu, jadi jangan semena-mena pada suami. Kualat nanti baru tahu rasa!" teriak ibu sambil menunjuk-nunjuk wajahku.

Beginilah kalau maling ketahuan pasti dia akan menyangkal mencari berbagai alasan untuk membenarkan tindakannya.

Ibu mertuaku bukannya melarang perbuatan bejat anaknya ini malah mendukung. Apa beliau tidak puas punya menantu seperti aku? Padahal di luar sana orang selalu memujiku cantik dan pekerja keras. Sungguh mereka tidak pandai bersyukur. Jika, dibandingkan dengan Rara tentu saja dia kalah jauh. Menang bodi bahenol saja. Apa semua laki-laki begitu? Hanya mencari kepuasan ranjang? Selama ini aku pun sudah berusaha menjadi istri yang baik untuk Mas Eko. Baik di kasur maupun di dapur.

"Uang istri uang suami? Itu teori dari mana, Bu? Selama ini yang bekerja pun aku. Mas Eko tinggal ongkang-ongkang kaki doang! Bukan aku yang semena-mena, tapi kalian. Kalau tidak suka dengan ucapanku kalian pergi saja dari sini dari pada aku masukin ke penjara!" Ancamku tak kalah emosi, ibu kira aku bakalan takut dan tunduk seperti menantu-menantu di luaran sana.

Kutinggalkan mereka dan mengambil Fia dari gendongan Mbok dan membawa ke kamar. Ini baru permulaan aku akan buat kalian lebih menderita lagi. Kalian pasti akan bingung dengan tingkah lakuku setelah ini.

Salsa kesal dia membanting vas bunga sambil berteriak-teriak tak jelas. Dia juga sudah dewasa bukannya bekerja malah bisanya ngeretin kakaknya saja dasar benalu!

"Sa, kalau mau teriak-teriak ke hutan sana, ini rumahku. Kamu harus ikut aturanku. Oh, iya, ganti vas bunga itu awas kalau enggak! Itu vas bunga dapat beli dari Jogja. Enggak mahal kok cuma dua ratus ribu rupiah," seruku, lalu menutup pintu kamar.

 Salsa kembali berteriak dan mengumpat menggunakan bahasa Sunda, aku yang tidak mengerti artinya lebih memilih masa bodo.

🌸🌸🌸🌸🌸

Malam ini Mas Eko masuk kamar lalu memelukku dari belakang nafasnya memburu, aku pura-pura tidur tidak sudi rasanya melayani lagi setelah tahu pengkhianatannya, biarkan saja nanti juga dia mendatangi istri mudanya. Aku sama sekali tidak merespon hatiku kesal mana mungkin aku bisa ikhlas melayani kebutuhan biologisnya sedangkan dia sebelum ada aku selalu melampiaskan pada perempuan lain. Mati-matian aku setia, tapi yang aku dapatkan hanyalah sakit hati semata.

Mas Eko beringsut ke luar kamar. Aku pastikan dia akan pergi ke rumah tetanggaku itu. Kuikuti langkahnya sampai ruang tamu lalu  aku menghidupkan lampu. Mas Eko kelabakan lalu duduk di sofa sambil memegang HP.

"Mau ke mana Mas malam-malam begini?" tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Eh, anu pingin beli nasi goreng Dik, Mas lapar belum makan malam," jawabnya kikuk.

"Masak aja Mas, sayang duitnya. Kita harus berhemat tadi aku cek keuangan kita ternyata banyak biaya tak terduga yang harus dikeluarkan."

"Ah, masa sih, Dik, perasaan Mas enggak loh," elaknya. Dasar tidak tahu diri!

"Makanya Mas, kalau kerja yang bener dong, aku bisa rugi kalau terus-terusan begini, dikira gampang apa cari uang," jawabku kesal.

"Kamu itu Dik, suami lapar malah ngomong ke mana-mana!" bentak Mas Eko.

"Yang ngomong ke mana-mana siapa? Aku di sini aja kok dari tadi," kataku santai. Mas Eko kesal dia dia membanting HP-nya ke sofa.

"Salsa, ngapain  kamu ngintip-ngintip! Sini kamu!" teriakku. Salsa takut-takut menghampiriku.

"Salsa haus Teh, terus dengar ribut-ribut jadi Salsa lihat ke sini rupanya Teteh sama Aa'."

"Nah, kebetulan kamu mau ke dapur kan, tuh Mas Eko lapar mau makan nasi goreng, buatin sana! Enggak usah nolak atau jatah jajan kamu Teteh pangkas habis!"

"Kamu enggak boleh ke mana-mana Mas, apalagi nyamperin ulat keket itu, kalau sampai ke sana anumu aku sambelin!"

Mas Eko tampak pasrah dia mengekori Salsa ke dapur.

"Rasain! Semua gara-gara Aa' kan, aku sudah bilang hati-hati tapi Aa' ngeyel." Aku yang belum masuk kamar jelas mendengar omelan Salsa.

"Ini kan, semua sudah kita rencanakan matang-matang Sa, kenapa kamu hanya menyalahkan Aa," jawab Mas Eko pelan-pelan.

"Iya, tapi kalau Aa' enggak gegabah pasti enggak begini pokoknya aku enggak mau tahu, besok mobilku harus sudah dibenerin. Malu dong, aku A' masa mobilku penyok begitu."

"Sabar, Aa' juga masih cari cara agar bisa pegang uang lagi." Setelahnya hening hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Darahku mendidih ternyata mereka sudah merencanakannya dan dengan sadar melakukan ini semua.

Aku sangat lelah dan harus istirahat, aku perlu energi ekstra untuk melawan mereka semua.

Baru saja mata ini terlelap terdengar ribut-ribut dari luar, samar terdengar suara Mas Eko dan juga ibu. Gegas aku keluar untuk melihat apa yang terjadi.

Ternyata warga yang sedang ronda bersama hansip mengarak Mas Eko dan Rara. Ckck sudah aku bilang jangan ke sana masih saja ngeyel. Mas Eko babak belur dan hanya memakai kolor, duh kasihan dan memalukan sekali, sedang Rara menangis pilu, tapi matanya menatapku sinis,  drama atau?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status