Share

10 | Pengamat Jauh

Ghea

"Lah, lo di sini, Ghe? Itu si Lendra nyariin lo juga." Aku hanya tersenyum bodoh saja waktu Lhambang datang menghampiriku yang sedang berdiri di loby dalam kantor dengan tampang bingung.

Seneng sih aku bisa melihat wajahnya pagi-pagi gini, apalagi yang barusan aku lihat itu wajahnya Lhambang yang imut abis. Saat dia menghampiriku dengan ekspresi wajah seperti itu rasanya aku ingin sekali berlari menghampirinya lalu menciumi kedua pipinya gemas, tapi aku sadar diri jika itu dosa. Itu hanya pemikiran liarku saja yang mungkin nanti akan berubah menjadi kenyataan, yah 'kan, apa salahnya kita berdoa dulu. Siapa tahu Tuhan mengabulkan doa kita dengan cepat bisa jadi kita juga 'kan yang akan bahagia nantinya? Lagi pula, siapa sih orang yang tidak akan bahagia jika keinginannya yang sudah lama ia pendam terkabul?

Semua orang di dunia ini pasti akan merasa bahagia jika keinginannya terkabul, dan bsgitu juga aku. Aku saja bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana bahagianya aku jika hari itu tiba, hari di mana Lhambang bisa menjadi milikku.

Aku ingat dulu, waktu masa-masa Tissa mengenalkan Lhambang sebagai pacarnya aku merasa nyeri hati dan mendadak jadi orang paling bodoh sedunia. Karena orang yang aku taksir nyatanya malah menjadi pacar sahabatku sendiri, tapi paling tidak nanti aku akan merasakan bahagia setelah menjadi orang bodoh saat itu.

Saat melihat mereka bersama, itu rasanya makin menyakitkan. Aku harus berpura-pura tersenyum sambil menahan hasrat cemburuku, aku juga harus kuat-kuat mental untuk menghadapi Syailendra Akbar Gibran yang statusnya saat itu adalah pacarku. Bayangkan, bagaimana repotnya aku saat itu? Bagaimana bisa aku bermanja-manja dengan Syailendra padahal dalam hatiku, aku ingin sekali mendorongnya ke dasar jurang hingga dia tidak bisa muncul di muka bumi lagi.

Kedengarannya aku ini seperti orang jahat, ya? Ya iya sih, aku juga merasa jahat sekali kepada Syailendra. Tapi mau bagaimana lagi, mau dipaksakan kayak apa juga aku tetap tidak ingin kembali padanya.

Sudah cukup waktuku selama ini untuk menemaninya, sudah cukup aku menjadi orang jahat selama ini karena memperlakukannya dengan tidak baik. Aku ingin dia memulai kehidupan yang lebih baik, dengan seorang perempuan yang mungkin bisa lebih menghargainya dari pada aku. Dengan seseorang yang mau menerima baik dan buruknya Syailendra, aku ingin dia move on. Tapi sepertinya susah sekali, dia selalu muncul disekitaranku. Selalu menjemput dan mengantarkan aku pulang padahal aku sudah bilang berkali-kali bahwa dia tidak perlu melakukan hal itu, kami sudah putus dan dia tidak perlu memperlakukan aku dengan cara yang istimewa lagi.

Syailendra itu tahu kalau aku naksir Lhambang dari jaman kami masih sama-sama muda dulu, dia juga tahu persis kenapa aku menerimanya, kenapa aku repot-repot tidak mau membuka hatiku untuknya, dia tahu itu. Bukankah itu sudah cukup membuatnya sakit hati, berpaling dan meninggalkan aku? Tapi siapa yang sangka jika dia selama ini bersungguh-sungguh denganku, padahal kukira selama ini dia hanya ingin bermain-main saja denganku. Karena Syailendra itu tidak punya tampang cowok-cowok kalem yang setia, karena itu aku selalu mengira jika dia tidak pernah seserius itu dalam menjalani cinta denganku selama ini.

Pernah satu waktu aku coba untuk membuat dia--Syailendra membenciku dengan instan, aku kerjai dia habis-habisan. Aku suruh dia melakukan hal yang tidak pernah suka dia lakukan, aku jalan dengan teman-teman cowokku setiap hari dan membuat dia jengkel dengan selalu membahas Lhambang, kebaikannya, kelembutannya dan keromantisannya. Aku sslalu membanding-bandingkan Syailendra dengan Lhambang, tapi rupanya itu tidak bisa membuat dia jengah dan membenciku. Jangankan untuk meninggalkan aku, berkata kasar kepadaku saja dia tidak pernah padahal aku tahu saat itu dia sedang kesal-kesalnya kepadaku. Tapi dia selalu bersikap baik dan seolah-olah aku ini tidak melakukan kesalahan denganku, itulah yang membuat aku jengah kepadanya.

Karena aku tidak suka dia bersikap seperti itu, makanya aku selalu menyakiti dia. Jahat ya aku?

"Kok Tissa nggak ikut masuk bareng lo, Lham?" Asli, pagi ini Lhambang kelihatan ganteng bangetttt.

Aku saja bahkan sampai melongo saat Lhambang nyengir ganteng waktu aku menanyakan hal itu, gila aku makin jatuh cinta parah kalau begini ceritanya. Kok, bisa ya Tissa nggak begitu bucin banget ke Lhambang? Padahal dalam segi apapun dia ini tidak ada kurangnya, seperti saat ini saja  contohnya. Dibandingkan ikut masuk ke dalam kantor dengan Lhambang, dia malah memilih untuk tetap di luar bersama dsngan Syailendra. Apa yang mereka obrolkan aku sih tidak tahu pasti apa, hanya saja ketika Lhambang mengatakan bahwa Syailendra mencariku bisa kusimpulkan bahwa obrolan mereka di depan sana itu adalah mengenai diriku.

Apa lagi memang yang akan mereka obrolkan selain aku, bukan?

"Nggak tahu, kenapa emang? Lo mau samper mereka? Lendra nyariin lo itu." Katanya dengan senyum ramah yang selalu membuatku ingin pingsan saat melihatnya.

Yah walaupun senyum milik Syailendra lebih hot dan manis kata orang-orang, tapi tetap saja. Senyuman milik Syailendra tidak pernah bisa membuatku jatuh hati berkali-kali kepadanya.

Karena itulah saat ini aku hanya bisa mengatakan maaf dalam hati kepada Syailendra. Maaf karena mungkin aku terlalu jahat kepadanya, maaf karena aku masih sangat menginginkan Lhambang. Dan untuk Tissa aku pun meminta maaf kepada dirinya dalam hati, maaf karena aku mungkin akan menjadi sahabat yang jahat setelah ini. Aku benar-benar menginginkan Lhambang, dan aku hanya mau berhenti berharap ketika orang itu saja yang menyuruhku untuk berhenti. Lhambang maksudnya, aku akan benar-benar berhenti, mundur dan sadar diri jika itu Lhambang yang meminta. Karena itu, untuk saat ini aku akan terus berjuang. Berjuang untuk bisa dekat dengan Lhambang dan memilikinya.

"Enggak, gue mau ke atas aja. Lo mau ke atas juga, Lham? Mau bareng?"

"Hm? Oh, iya gue mau ke atas. Ya udah ayok bareng, Ghe."

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status