Share

Bab 5 Ritual

Lima hari kemudian...

 

Wusshhhh……

Ryi Hyun mendongakkan kepalanya merasakan sesuatu ketika angin ini yang berhembus kencang. Angin itu dengan keras menerpa dedaunan, bahkan daun yang sudah mulai menguning terjatuh berguguran ke tanah.

Angin ini memberitahukannya bahwa ada yang bermasalah di arah selatan. Kemudian tubuhnya langsung terbang melesat dari pohon ke pohon dengan cepat mencari sumber ke gaduhan tersebut.

Di sebuah lahan kosong yang gersang, terlihat orang-orang berkumpul mengerumuni sebuah panggung yang terbuat dari kayu, disana terdapat bendera lambang dinasti Joseon dan juga ada sebuah gong besar. 

Raja Yi dan para bangsawan juga Hwa Shim ada disana dengan pakaian khasnya serba hitam berteduh di sebuah tenda. Di sekeliling area itu dijaga oleh ratusan prajurit yang siap siaga. Hari ini adalah hari ritual pemanggilan hujan yang diadakan oleh Raja Yi dan seluruh rakyatnya yang terkena dampak kekeringan.

Setelah perjalanan panjang Raja Yi berhasil membujuk Tuan Han Gil Soo untuk menyerahkan putrinya sebagai peran utama di ritual ini. Sedangk Han Yeon Soo adalah gadis baik dan penurut, ia menerima tawaran ini dan bersedia mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan kehidupan banyak orang. Ia berharap bahwa apa yang dilakukannya benar dan tujuan utamanya berguna bagi orang yang ia sayangi. Di dekat sang raja Han Gil Soo tidak hentinya meneteskan air matanya saat melihat putrinya mengenakan pakaian serba putih menjadi sorotan semua orang.

Rakyat Joseon sudah menantikan hujan yang tidak kunjung tiba selama dua tahun ini, hari ini mereka berharap keajaiban datang. Yang Maha Kuasa menganugerahi mereka hujan.

Dari kejauhan Ryi Hyun mendengar jelas apa yang mereka bicarakan. Tangannya ia lipatkan di depan dada, mengamati manusia yang berkerumun bertengger di sebuah pohon besar.

Ia mendengar ucapan yang terdengar lirih menyayat hati.

"Yeon Soo, putriku, anakku yang berhati mulia..." 

Ryi Hyun langsung melihat ke arah gadis yang mengenakan pakaian serba putih berjalan menuju panggung kayu di tengah tanah lapang.

Tatapan matanya sangat meneduhkan dengan bibirnya tersenyum kaku. Gadis itu tengah merasakan kegelisahan dan kecemasan.

Sebelumnya Yeon Soo sudah memikirkan matang-matang tentang ritual ini, dirinya ingin menghentikan kekeringan panjang. Ia yakin bahwa kematiannya tidak akan sia-sia dan jika hujan itu turun maka seluruh rakyat Joseon akan senang menyambutnya. Ia berdoa bahwa keputusannya tepat, ia hanya meminta bahwa setelah kepergiannya, ayah Yeon Soo bisa hidup tenang dan dilindungi oleh kerajaan. Begitu pintanya pada sang raja. 

Ryi Hyun tanpa sadar telah memperhatikan gadis itu dalam waktu yang lama, bahkan ia menutup rapat pendengarannya dari suara riuh orang-orang yang berkumpil itu hanya untuk fokus pada gadis yang berambut panjang berwarna hitam pekat sengan ikat rambut putih itu menjuntai tertiup angin.

"Tuan sedang apa?" suara itu hampir membuat Ryi Hyun kehilangan keseimbangannya karena tersentak kaget, ia segera melihat ke bawah melihat Yi Eun .

"Yi Eun. Sejak kapan kau berada disini?" Ryi Hyun melompat dan memijakkan kakinya ditanah.

"Sejak dari tadi kau memperhatikan gadis itu tuan" Yi Eun terkekeh dan menggelengkan kepala.

"Aku melihatmu lompat kesana kemari lalu mengikutimu dan ternyata hanya melihat ini" timpalnya lagi yang terkesan kecewa, ia sudah berlari sangat kencang demi mengikuti Ryi Hyun.

"Hemm, angin membawaku kesini" Ryi Hyun menjawab pertanyaan Yi Eun tanpa mengalihkan pandangannya kearah gadis itu.

Yi Eun hanya ikut memperhatikan apa yang menjadi pusat perhatian tuannya, sejak kapan Ryi Hyun begitu lekat melihat manusia. Bukannya dia tidak menyukai aroma manusia? Yi Eun terus berdialog dihatinya.

"Tunggu, bukankah dia itu gadis yang aku tabrak saat dipasar ya? Sedang apa disana" ucapnya Yi Eun sembari mengingat kejadian sebelumnya.

Ryi Hyun menatap Yi Eun "Kau mengenalnya?"

"Hem.. tidak! Hanya saja gadis itu tidak asing dan dipergelangan tangannya ada tanda itu"

Ryi Hyun semakin penasaran dengan perkataan Yi Eun. 

"Maksudmu tanda seperti apa?"

"Tanda seperti gelang melingkar ditangannya berwarna merah bercahaya" ucapnya , Ryi Hyun semakin penasaran apakah tanda itu sama seperti yang ia bayangkan

"Apa tanda itu hanya bisa dilihat oleh bangsa kita?" Yi Eun mengangguk membuatnya sudah bisa menebak tanda tersebut.

"Manusia itu sudah terikat dengan persembahan ritual pemanggil hujan" Ryi Hyun menggertakkan giginya sembari menatap langit yang cerah.

"Maksud tuan, apakah dia akan dikorbankan untuk persembahan?"

"Ya, mereka menyerahkan jiwa gadis yang terpilih"

"Menyerahkan kepada siapa? Tuan jangan mengatakan bahwa kau yang akan mengambil nyawa gadis itu.." tanyanya bergidik ngeri.

"Menurutmu? Siapa yang menguasai wilayah ini?" Ryi Hyun tersenyum membuat Yi Eun menelan saliva. Benarkah makhluk seperti Ryi Hyun akan mengambil nyawa seorang manusia? Yi Eun sungguh tidak mempercayai hal tersebut.

"Tuan... kau..."

"Apa? Aku hanya bercanda" akuinya sembari mengusap rambut Yi Eun.

"Tentu saja jika mengharapkan hujan tidak semudah itu, alam sedang menghukum manusia.Kelaparan,kehausan,kegelisahan, dan kematian. Ritual ini hanya sia-sia, tidak akan pernah berhasil"

"Tuan, tidakkah engkau bisa menurunkan hujan? Kasihan manusia itu, aku melihat mereka banyak yang menderita"

Ryi Hyun hanya tersenyum dan terdiam untuk waktu yang lama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status