Ryi Hyun melirik Yi Eun sejenak
"Tidak bisa, itu kehendak langit"
"Benarkah tidak bisa? Lantas kenapa di tempat kita bisa hujan tuan bahkan hampir setiap hari ? Bukankah kau yang menurunkan hujan untuk membasahi seluruh gunung dengan kekuatanmu?"
"Hmm benar, tapi aku tidak bisa melakukan untuk menolong mereka."
"Mengapa tidak bisa?" Yi Eun terus berusaha mencari jawaban atas rasa penasarannya
"Bukan kehendakku" Ryi Hyun hanya fokus melihat kearah kerumunan manusia.
"Oh ya Tuan, katamu jiwa gadis itu tidak diambil olehmu ,lalu siapa yang akan mengambil jiwanya?" Yi Eun masih penasaran tentang hal itu.
"Jiwanya untuk sang penghisap jiwa ,ritual ini hanya dilakukan oleh kaum pemuja Imoogi" Ryi Hyun menghela nafas.
"Jiwanya bahkan sudah ditandai untuk persembahan yang bisa membangkitkan kekuatan bagi bangsa Imoogi yang sudah tiga ratus tahun disegel oleh leluhur bangsa kita dahulu, ritual ini sebenarnya sangat dilarang, karena akan menimbulkan petaka" sambung Ryi Hyun, ia menatap langit yang sangat cerah dengan wajah yang datar.
"Imoogi? Makhluk iblis itu?" terkaan Yi Eun membuat Ryi Hyun mengangguk pelan.
"Ya, kau tau tanda merah yang indah itu sebenarnya adalah tanda kepemilikkan bangsa Imoogi. Mereka sudah menandai manusia sejak lahir, tanda itu diciptakan dari jantung ibunya "Jelasnya membuat Yi Eun bergidik ngeri.
"Mengerikan adakah makhluk yang sekejam itu?"
"Ya tentu ada Yi Eun, bangsa Imoogi " Ryi Hyun sedikit terkekeh melihat kepolosan Yi Eun untuk mencairkan suasana
"Bangsa Imoogi akan menghasut manusia menjadi makhluk yang kejam tanpa perasaan, bahkan suatu hari nanti manusia-manusia itu akan saling membunuh,tidak ada rasa empati dan simpati dunia mereka akan gelap"
"Sungguh aku beruntung ditakdirkan menjadi rusa" Yi Eun mengusap lengannya, ia merasa merinding mendengar perkataan Ryi Hyun. Bangsa Imoogi itu sangat kuat jika benar bangkit kembali.
"Kita harus selamatkan gadis itu" pandangan Ryi Hyun masih tertuju pada gadis itu
"Tuan, bagaimana caranya? Tidak mungkinkan kita menampakkan wujud asli dihadapan banyak manusia? Jikapun kita berhasil menyelamatkan gadis itu maka mereka akan memburu kita. Aku sangat takut sekali dengan senjata manusia tuan" Yi Eun berusaha mengingatkan tuannya untuk tidak mengambil resiko yang membahayakan.
Dooonggggg..
Suara gong berukuran besar itu ditabuh dan suaranya menggema, orang-orang yang mendengarnya mengepalkan tangan dan menadahkan doa secara bersamaan.
Sedangkan disisi lain gadis itu kini sedang berdiri menghadap teriknya matahari yang begitu menyilaukan matanya. Hwa Shim segera membacakan mantra dengan tangannya memegang sebuah lonceng, ia membunyikan loncengnya. Hwa Shim mengelilingi tubuh Yeon Soo dan terus membunyikan lonceng itu.
Semuanya hening, mereka sedang berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk menurunkan hujan. Hanya terdengar suara lonceng milik dukun kerajaan Hwa Shim, ia terus membacakan mantra dengan suara yang pelan. Situasi yang menegangkan dialami Yeon Soo, ia merasa takut saat ini, hawanya sangat mencekam.Bergumam meminta tolong dalam hatinya agar bisa selamat dan ia ingin memeluk ayahnya.
“Turunkanlah hujan, selamatkan kami” ucap Hwa Shim dengan suara yang keras.
Tiba-tiba dari arah barat terdengar suara gemuruh angin yang keras membuat orang-orang memusatkan perhatiannya pada suara angin itu. Semakin lama semakin mendekat suara angin yang membentuk pusaran telah menggulung benda apa saja yang dilalui angin itu. Seperti angin tornado, angin kencang berputar-putar bahkan wujud angin itu kini terbentuk dari debu, dedaunan, bahkan terlihat ranting pohon yang tergulung kerasnya tiupan angin itu.
Sebagian orang langsung berhamburan untuk menghindari angin tornado, menyelamatkan diri masing masing bahkan raja pun segera dikawal untuk segera berlindung. Sedangkan Yeon Soo dan Hwa Shim masih berdiri di panggung kayu itu dengan penuh kekhawatiran Tubuh Yeon Soo bergetar, ia memejamkan matanya. Mungkin ini akhir hidupnya.
“Wushhhh…”
Angin itu segera menelan bulat-bulat tubuh Yeon Soo dan terus berputar-putar hingga angin itu masuk ke area hutan. Dan detik selanjutnya angin itu menghilang bersamaan dengan Yeon Soo. Hwa Shim tertegun dengan ekspresi wajah yang marah“Siapa yang berani-beraninya membawa gadis itu!” teriak Hwa Shim ,semua orang disana tidak bisa melihat jelas kejadian yang berlangsung singkat itu akibat debu yang berhamburan, kini tempat yang dipijak sudah hancur berserakan akibat angin yang tiba-tiba itu.
”Putriku…” Han Gil Soo berteriak sembari menangis melihat putrinya hilang entah kemana.
Di sebuah istana bernuansa hitam dan merah, seseorang pria tengah berdiri mengenakan pakaian serba merah itu berdecak marah. Ia merutuki siapa saja yang berani menggagalkan ritual itu. Pandangannya masih melihat ke sebuah portal lingkaran berbentuk cermin yang menampakkan kejadian di tempat ritual. Tangannya ia genggam dengan keras bahkan terlihat urat-urat ditangannya yang menegang.“Pangeran, gadis itu hilang ” lapor sang pengawalnya yang datang tiba-tiba, tanpa diberitahupun sang pangeran sudah melihat jelas kejadian itu melalui portal ajaibnya.
“Kenapa kau tidak mengikuti angin itu hah? Beraninya kau menampakkan dirimu tanpa membawanya!” ia semakin marah sampai kilatan berwarna orange itu tampak dimatanya.
“Maafkan hamba Pangeran Hwa Yu Geun” pengawal pria itu menundukkan kepalanya takut.
“Bawa dia kesini, jangan sampai dia ditemukan makhluk lain! CEPAT! ”
titahnya ia sudah sangat marah gadis itu menghilang. Harusnya gadis itu sudah ada di istana Shi Hwanya.“Baik Pangeran” setelah mengucapkan itu tubuhnya menghilang berteleportasi untuk mencari keberadaan gadis yang menjadi persembahan ritual hujan.
Digunung Seorak
Yeon Soo mengerjapkan matanya, tubuhnya menyender disebuah pohon berukuran besar, ia melihat cahaya sunset yang menyilaukan dari arah kirinya, Yeon Soo tersadar dan melihat betapa indahnya dedaunan berwarna kuning serta bunga yang berwara pink itu memenuhi tempat ini yang disselimuti kabut putih. Pertama kalinya ia melihat pemandangan yang menakjubkan ini.
“Pangeran, hamba menemukan aura sang gadis di sekitar Gunung Seorak, namun saat mencoba memasukinya, hamba tidak bisa menembus portal pembatas Gunung Seorak yang sangat kuat ” kata sang pengawal Pangeran Hwa Yu Geun dengan hati-hati takut tuannya kembali marah karena tidak bisa menemukan sang gadis. Ilmu pengawal tersebut masih rendah sampai tidak bisa merusak portal pembatas yang dibuat oleh sang penjaga Gunung Seorak. Sedangkan tuannya masih terduduk sila di altar kebesarannya sembari bersemedi melakukan kutlivasi, memejamkan matanya dengan kedua telapak tangan yang terbuka di atas pahanya.“Dan sepertinya portal itu milik makhluk dengan kekuatan tinggi ” tambah sang pengawal, ia masih memperhatikan Pangeran Hwa Yu Geun di hadapannya. Detik kemudian tuannya membuka mata lalu menatap pengawal yang sudah mengabdi selama ratusan tahun.“Aku tahu siapa makhluk itu” ucap Pangeran Hwa Yu Geun kemudian berdiri dan melangkah menuju jendela
Ryi Hyun menelan salivanya terpaksa ketika melihat gadis itu mengangguk cepat dan ekspresi wajahnya sangat ceria, bahkan Ryi Hyun melihat mata gadis itu sedang berbinar. “Sungguh? Kau ingin? Buah ini sepet dan agak pahit” tawarnya.Ryi Hyun mencoba membujuk Yeon Soo agar ia tidak menyuruhnya mengambil buah itu. Sungguh Ryi Hyun tidak ingin memanjat pohon ini. Namun ia tidak ingin menjatuhkan harga diri di depan manusia jika ia tidak bisa memanjatnya. “Baiklah, aku akan memanjat” tegas Ryi Hyun mengibaskan bajunya dengan menggelengkan kepalanya menatap pohon Kam yang besar nan tinggi itu bahkan jika ia merentangkan kedua tangannya tidak bisa memeluk pohon itu. Di sisi lainYeon Soo tidak sabar untuk mencoba buah itu, ia berdiri tidak jauh dari pohon itu dengan senyum yang sumringah. Ryi Hyun masih menatap batang pohon Kam yang besar itu, ia menyentuh batang pohon dan merasakan pohon ini tumbuh dengan baik sampai sebesar ini. Ia senang pohonnya tumbuh
Ryi Hyun mengajak Yeon Soo untuk mengikutinya mencari sesuatu yang bisa dimakan di hutan ini. Sedangkan gadis di belakangnya tidak berhenti mengedarkan pandangannya dan berdecak kagum melihat pemandangan yang begitu indah. Pohon maple mewarnai yang hutan ini dengan daunnya yang berwarna merah dan jingga. Ingin sekali Yeon Soo menyapa bunga-bunga cantik serta kupu-kupu berwarna biru yang berterbangan mengikuti Ryi Hyun melangkah. Seperti tubuhnya memiliki harum yang menarik perhatian makhluk kecil tersebut. Bahkan dibahunya ada seekor kupu-kupu yang hinggap dengan tenang disana. Yeon Soo yang berada di belakang Ri Hyun menjulurkan tangannya ke arah kupu-kupu yang hinggap dibahu pria tinggi itu. Pandangannya tertuju pada makhluk kecil yang bersayap indah, ia ingin menyentuh kupu-kupu biru itu namun Yeon Soo tidak memperhitungkan jarak antara dia dengan Ryi Hyun yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dan... “Dugghh” Kening Yeon Soo menghantam keras
Kupu-kupu berwarna biru berterbangan mengitari bunga dan ilalang yang tumbuh di tanah subur itu, bahkan ia mencium aroma yang sangat harum, memabukkan penciumannya .Gadis itu menghirup udara dalam-dalam, ia kemudian berjalan untuk melihat lebih dekat kupu-kupu yang memikat dirinya, serta bunga berwarna putih sangat indah. Saking menikmati pemandangan ini, Yeon Soo tidak sadar bahwa dirinya sedang dimana bahkan ia belum mengingat apa yang terjadi padanya.Yeon Soo meraih satu tangkai bunga dan memetiknya. Betapa kagetnya saat bunga itu dipetik langsung layu berubah hitam seperti terbakar dan perlahan hilang menjadi abu. Yeon Soo ketakutan dan segera menjauhkan tubuhnya dari bunga itu. “Bunga apa ini?”ucap Yeon Soo segera mengedarkan pandangannya melihat kembali dengan jeli tempat ini. Apakah ia sudah mati dan berada di surga?batinnya terus bertanya-tanya. Setelah beberapa saat, Yeon Soo melihat seseorang menghampirinya dengan pakaian serba put
Ryi Hyun melirik Yi Eun sejenak "Tidak bisa, itu kehendak langit" "Benarkah tidak bisa? Lantas kenapa di tempat kita bisa hujan tuan bahkan hampir setiap hari ? Bukankah kau yang menurunkan hujan untuk membasahi seluruh gunung dengan kekuatanmu?" "Hmm benar, tapi aku tidak bisa melakukan untuk menolong mereka." "Mengapa tidak bisa?" Yi Eun terus berusaha mencari jawaban atas rasa penasarannya "Bukan kehendakku" Ryi Hyun hanya fokus melihat kearah kerumunan manusia. "Oh ya Tuan, katamu jiwa gadis itu tidak diambil olehmu ,lalu siapa yang akan mengambil jiwanya?" Yi Eun masih penasaran tentang hal itu. "Jiwanya untuk sang penghisap jiwa ,ritual ini hanya dilakukan oleh kaum pemuja Imoogi" Ryi Hyun menghela nafas. "Jiwanya bahkan sudah ditandai untuk persembahan yang bisa membangkitkan kekuatan bagi bangsa Imoogi yang sudah tiga ratus tahun disegel oleh leluhur bangsa kita dahulu, ritual ini sebenarnya sangat dilaran
Lima hari kemudian... Wusshhhh……Ryi Hyun mendongakkan kepalanya merasakan sesuatu ketika angin ini yang berhembus kencang. Angin itu dengan keras menerpa dedaunan, bahkan daun yang sudah mulai menguning terjatuh berguguran ke tanah. Angin ini memberitahukannya bahwa ada yang bermasalah di arah selatan. Kemudian tubuhnya langsung terbang melesat dari pohon ke pohon dengan cepat mencari sumber ke gaduhan tersebut. Di sebuah lahan kosong yang gersang, terlihat orang-orang berkumpul mengerumuni sebuah panggung yang terbuat dari kayu, disana terdapat bendera lambang dinasti Joseon dan juga ada sebuah gong besar. Raja Yi dan para bangsawan juga Hwa Shim ada disana dengan pakaian khasnya serba hitam berteduh di sebuah tenda. Di sekeliling area itu dijaga oleh ratusan prajurit yang siap siaga. Hari ini adalah hari ritual pemanggilan hujan yang diadakan oleh Raja Yi dan seluruh rakyatnya yang terkena dampak kekeringan. Setelah p