Share

Arsya Modus

Penulis: Mediasari012
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-03 17:56:00

“Tunggu, kalian malam pertama beneran?” serunya sambil menunjuk Amira, yang berada dibawah Arsya seolah menunjuk setan.

“Astaga! Kalau jadi cucu gimana? Ya Tuhan, Mama pusing!” Ia memijat pelipisnya dramatis.

Dikamar Amira dan Arsya menghela napas panik di bawah selimut yang sama.

Arsya baru-buru mengenakan celana, sementara Amira memeluk bantal tameng seakan senjata itu adalah hidup dan matinya, sedangkan Riani yang sudah kepalang tidak habis pikir dengan kelakuan anak dan menantunya, seketika meninggalkan ruangan itu.

Keduanya kini merebahkan tubuhnya. “Tuan, kamu curang, kamu sengaja jatuhin diri!”

Arsya memandang Amira seolah ia korban “Amira, kamu yang tarik handuk aku! Kamu yang nodai tubuhku, terus mau ambil kesucianku!”

"Buaya buntung, sorry ya? Timbang ganteng secuil pake merasa ternoda. Kamu jujur sama aku, kamu punya kelainan eksibisionis ya, suka pamer-pamer begituan?”

Arsya melotot mendengar tuduhan Amira. ”Itu kamu yang jatuhin pake nuduh aku kelainan! Kamu pikir aku sengaja apa?”

"Jangan ngelak, ganteng-ganteng ada kelainan!”

Mereka berdebat sampai Amira dan Arsya haus, keletihan bicara dan memutuskan berhenti. Keduanya minum bersamaan.

Arsya kemudian tersenyum dan mengelus kepala Amira. "Terima kasih. Perjodohanku dengan Cassandra benar-benar gagal. Mama juga gak cerewet suruh nikah lagi."

"Tuan, Cassandra tuh cantik banget tahu, kenapa nggak mau? Gara-gara kelainan tadi ya?"

Pluk!

Pukulan lembut dari guling Arsya mendarat di tubuh Amira. "Hey, aku normal. Aku merasa gak cocok dengan Cassandra!"

Wajah Amira mengernyit bingung.

Pluk!

Guling Amira membalas ke tubuh Arsya. Arsya melindungi wajahnya sambil tersenyum.

"Cassandra itu milik publik, tubuhnya dipakai iklan sabun, perhiasan, catwalk, pakaian seksi, nightlife, glamor, dan aku punya rahasia yang membuat aku jijik untuk kembali sama wanita itu.”

"Ooh suka yang katro kayak aku ya?" Amira merasa cantik sekarang. Dadanya berbunga dan senyumnya mekar.

“Aku tidak mau istri yang tubuhnya jadi konsumsi kamera. Aku tidak mau istri yang hidupnya untuk panggung.”

“Jadi kamu pilih aku karena? Sebenarnya banyak wanita cantik katro kan dikantor kamu?”

“Aku pilih kamu karena kamu lucu. Aku seperti punya kucing kecil.”

Amira tersinggung tapi tersanjung. “LUCU?! Kamu pikir aku badut apa?”

Arsya cuma tersenyum kecil “Bukan, kamu itu kucing kecil yang lucu, menggemaskan.”

Amira langsung memerah, bahkan sampai Arsya sudah tertidur pulas sekalipun, gadis itu masih tersenyum-senyum sendiri. Dia tidak pernah menyangka kalau Arsya yang di luar tampak dingin, keren, dan sangat maskulin, ternyata memiliki sisi romantis yang lucu dan menggemaskan.

 “Udah, kamu tidur aja, aku nggak akan sentuh kamu.” Arsya terpejam sambil bicara pelan.

“Bagus, Aku juga nggak akan sentuh kamu.” Amira menjawab diambang tidurnya.

“Tadi kayaknya kamu udah sentuh deh.” Arsya masih mengoceh padahal kantuknya tak tertahan.

“Itu karena aku kaget, Arsya, mana mungkin aku nyentuh kamu tiba-tiba. Jijik kali lah aku nyentuh-nyentuh cowo kayak kamu!” Amira berteriak kesal walau matanya terpejam.

Mereka akhirnya tertidur di sisi masing-masing, membelakangi dengan pikiran lebih ringan setelah obrolan tersebut.

Saat pagi tiba, mata Amira dan Arsya terbuka, Keduanya terkejut, posisinya mereka sangat dekat. Tidak saling memeluk, tapi saling tindih, menempel satu sama lain.

“Aaaagh!” Kaki Amira mendorong tubuh Arsya, reflek. 

Arsya terdorong mundur, “Aku nggak ngapa-ngapain!”

Di saat mereka berebut jarak, hp Arsya berbunyi video call Cassandra. Ketika Arsya ingin menolak panggilan itu, Amira malah memintanya untuk menekan tombol hijau.

Cassandra muncul di layar, loudspeaker diaktifkan tadi. “Arsya?! Aku tahu kamu tidak tidur dengannya kan?”

Amira terlompat dari kasur, tapi dia tiba-tiba tertahan sebuah tangan kekar.

Pelukan Arsya mendarat, Amira paham, waktunya berakting.

Keduanya menempel bagai tak terpisahkan sekarang, Amira berakting menurunkan piyamanya hingga pundak terlihat, lalu selimut dinaikkan hingga dada.

"Aku menidurinya Cassandra. Aku harap ia akan segera hamil anak kami." Arsya bicara tenang.

Klik.

Panggilan terputus sepihak.

***

"Tuan Muda, Nona Cassandra datang hari ini dan sekarang sedang berada di kamar Nyonya Riana," ucap Pak Heru sambil membantu Arsya melepaskan jasnya.

"Kenapa kamu mengizinkannya masuk kerumah ini lagi?" tanya Arsya dengan tatapan tajam.

"Saya sudah mencegahnya, tapi Nyonya Riana langsung membawa Nona Cassandra masuk ke dalam kamarnya."

"Pastikan ini hari terakhir dia datang kesini. Oh iya, di mana Amira?" tanya Arsya.

"Nona mudah sedang tidur di kamar," jawab Pak Heru.

Pak Heru mengikuti langkah Arsya hingga masuk ke kamar.

Arsya mengedarkan pandangannya menyapu seisi ruangan. Ia tersenyum sekilas saat melihat Amira sedang tidur di atas tempat tidur.

"Keluarlah. Aku mau istirahat sebentar," titah Arsya pada Pak Heru.

Arsya duduk dipinggir tempat tidur. Membelai lembut pipi Amira, tapi gadis itu tidak memberikan reaksi apapun. Arsya menikmati raut wajah nyaman Amira. Laki-laki terus memperhatikan gadis yang sedang tertidur disampingnya.

Setengah jam kemudian, Amira kini sudah duduk diatas sofa. Ia terbangun dari tidurnya saat mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.

Arsya keluar dari kamar mandi dan melihat Amira sudah terbangun dari tidur nyenyaknya tapi ia tidak menyadari kedatangannya, entah apa yang dipikirkan oleh gadis itu.

"Kamu udah bangun?" tanya Arsya.

Arsya sudah berdiri tepat di depan Amira dengan pakaian dan rambut yang sudah rapi. Gadis itu terperanjat saat melihat Arsya yang sudah berdiri di depannya. Entah berapa lama ia melamun tadi, ia segera berdiri dan merapikan bajunya.

"Ya Tuhan, dia tampan sekali. Andaikan aku bukan istri kontraknya pasti aku sudah menjadi penggemar beratnya," gumam Amira dalam hati.

Arsya tidak menjawab dan menjatuhkan tubuhnya di sofa, ia kemudian menarik tangan Amira agar duduk kembali. Amira mencari jarak aman agar laki-laki itu marah ia bisa menghindar, dia tetap harus berakting meski dalam hatinya, dia sangat ingin menjadi satu-satunya ratu di mata Arsya.

"Kamu pake parfum apa?" tanya Arsya sambil menarik baju istrinya hingga membuat Amira terpaksa menggeser tubuhnya.

Amira merinding hebat. "Aku pake parfum dari desa."

"Oh ya? Kenapa kamu tidak memberiku juga?" tanya Arsya.

"Parfumnya sudah ada di ruang ganti. Ambil aja kalau kamu mau pakai, aku bawa banyak!"

"Menurutmu parfumku wangi tidak? Lebih wangi punyaku atau punyamu?"

"Mana kutau, tanya aja ke jendela sono, banyak burung-burung yang mau cium parfum kamu!”

"Coba cium bajuku," ucap Arsya modus.

Dengan polosnya Amira perlahan mencium lengan baju Arsya dari samping dan saat itu juga, Arsya tiba-tiba menundukkan kepalanya.

Saat Amira mengangkat wajahnya, keningnya tidak sengaja bersentuhan dengan bibir Arsya. 

Amira membulatkan matanya dan reflek memegang dahinya sendiri.

"Apa kamu sedang menggodaku lagi?" tanya Arsya pura-pura terkejut.

Mulut dan mata Amira membulat. "Kamu yang nundukin kepala!"

"Udah ngaku aja, kamu emang mau menggodaku kan?" Arsya menunjuk hidung mancung Amira.

"Tidak ... Tuan," jawab Amira gugup.

"Kemarin kau menyentuh milikku, sekarang kamu mendekatkan keningmu sendiri. Segitu kerasnya kamu ingin menggodaku," ucap Arsya sambil tergelak.

"Hei tunggu dulu! Luruskan kesalahpahaman ini. Siapa yang mau menggodamu, dasar es kutub lima pintu! Sok cuek di luar, aslinya centil-genit gini!"

Amira mengikuti langkah Arsya, ia berjalan sambil memaki laki-laki yang berjalan di depannya ini.

Bugh!

Amira menabrak tubuh Arsya.

Arsya benar-benar menghentikan langkahnya sesuai permintaan Amira tadi. Sedangkan Arsya yang mendengar makian Amira bukannya marah malah terkekeh pelan.

"Lihat kan, kamu mencari kesempatan untuk menciumku lagi." Arsya membalikkan tubuhnya, menyeringai lalu mencubit hidung Amira.

"Aku sedang memakimu tadi, kamu terus kabur. Tiba-tiba, kamu balik badan sama berhenti. Apa maksudnya?"

"Banyak sekali alasanmu."

Arsya segera menuruni tangga, ia tiba-tiba menghentikan langkahnya lagi. Ia sangat senang mengerjai dan menggoda istri kontraknya itu.

Bugh!

Lagi dan lagi Amira menabrak tubuh Arsya untuk yang kedua kalinya.

Arsya membalikkan tubuhnya lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Sedangkan Amira sangat kesal dengan Arsya, ia memegangi hidungnya yang terbentur punggung Arsya.

"Lihat, bahkan kamu menyiksa hidungmu sendiri agar bisa menciumku. Kalau kamu mau menciumku kan kamu tinggal bilang aja," ucap Arsya sambil mengusap hidup Amira.

"Anda lagi-lagi berhenti mendadak, Tuan," lirih Amira.

Arsya membalikkan tubuhnya lagi, tapi ia tidak melangkah. Amira mengintip dari balik punggung Arsya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Ciuman

    Saat ini semua orang yang ada diruangan makan sedang memperhatikan sikap Arsya terhadap Amira saat menuruni tangga tadi.Cassandra terlihat menundukkan kepalanya setelah melihat sikap Arsya pada Amira."Selamat malam Arsya," sapa Cassandra.Riana menyentuh tangan manta kekasih anaknya itu. "Arsya, Mama yang mengundang Sandra. Nggak apa-apa kan?""Lakukan aja yang Mama mau," jawab Arsya dingin."Bawakan makanan ke ruang kerjaku."Pak Heru mengangguk dan segera memberikan instruksi kepada para pelayan untuk segera menyiapkan makanan ke troli.Arsya melangkah sambil terus menggandeng tangan Amira meninggalkan keheningan di ruang makan itu. Ruangan itu semakin hening, hanya terdengar suara langkah kaki Arsya dan Amira saja saat ini.Terlihat Pak Heru sedang mendorong troli makanan mengikuti langkah Arsya memasuki ruang kerja.Arsya menarik tangan Amira untuk segera keluar dari ruang kerjanya.Begitu pintu ruang kerja terbuka, atmosfer di ruang tengah seketika berubah mencekam. Keheningan

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Arsya Modus

    “Tunggu, kalian malam pertama beneran?” serunya sambil menunjuk Amira, yang berada dibawah Arsya seolah menunjuk setan.“Astaga! Kalau jadi cucu gimana? Ya Tuhan, Mama pusing!” Ia memijat pelipisnya dramatis.Dikamar Amira dan Arsya menghela napas panik di bawah selimut yang sama.Arsya baru-buru mengenakan celana, sementara Amira memeluk bantal tameng seakan senjata itu adalah hidup dan matinya, sedangkan Riani yang sudah kepalang tidak habis pikir dengan kelakuan anak dan menantunya, seketika meninggalkan ruangan itu.Keduanya kini merebahkan tubuhnya. “Tuan, kamu curang, kamu sengaja jatuhin diri!”Arsya memandang Amira seolah ia korban “Amira, kamu yang tarik handuk aku! Kamu yang nodai tubuhku, terus mau ambil kesucianku!”"Buaya buntung, sorry ya? Timbang ganteng secuil pake merasa ternoda. Kamu jujur sama aku, kamu punya kelainan eksibisionis ya, suka pamer-pamer begituan?”Arsya melotot mendengar tuduhan Amira. ”Itu kamu yang jatuhin pake nuduh aku kelainan! Kamu pikir aku sen

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Malam Pertama?

    Arsya segera meraih microphone dan mengucapkan kalimat yang membuat para tamu kecewa."Kami tidak akan melakukannya disini karena istri saya adalah orang yang sangat pemalu. Dia sangat menjaga, dan saya harus menghargai itu. Silahkan kalian menikmati hidangan yang sudah kami persiapkan," ucap Arsya tegas tanpa ekspresi.Arsya dan Amira kini sudah duduk di atas pelaminan."Kita udah sah jadi suami istri ya?"Arsya mencondongkan tubuh, suaranya nyaris berbisik namun cukup membuat jantung Amira berdetak cepat."Sudah, dan jangan lupa, hanya satu tahun sebagai istri pura-pura, paham?” kata Arsya tersenyum, berakting seakan bahagia dan mesra bicara pada istrinya. "Tentu suamiku, sayang." Amira melingkarkan tangannya pada Arsya erat. Sementara di sudut ruangan pesta itu seorang wanita sedang bicara dengan Riana."Aku akan membuktikan kalau itu bukan istri sesungguhnya Arsya. Dia pasti wanita yang disewa Arsya. Beri aku kesempatan mengambil kembali Arsya dari wanita kampung itu!" Cassandra

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Pernikahan

    Hening.Bahkan David tak berani bernapas.Arsya memandang Amira antara kaget, geli, dan tak percaya gadis itu berani berucap begitu di depan umum, sementara Cassandra memelototinya, seperti singa betina yang terusik. “Kamu tak tahu dengan siapa kamu bicara, hah?”Amira hanya menatapnya dengan mata bulat, lalu tersenyum tipis. “Saya tahu. Mbaknya model sabun mandi dan iklan berlian, kan? Saya sering lihat wajah Mbak di halte bus. Cantik kok, Mbak, tapi nggak malu pake handuk gitu, terus dilihatin banyak orang?”David menunduk dalam-dalam, pura-pura mengatur hanger.Ken menatap langit-langit, menahan tawa.Sedangkan Arsya menoleh ke arah lain, bibirnya terangkat sekilas, sepertinya dia makin menyukai Amira yang ceplas-ceplos dan polos, menunjukkan kalau gadis itu benar-benar lugu ala gadis desa.Cassandra menghela napas keras dan melangkah pergi dengan langkah panjang, meninggalkan wangi parfum yang menyengat."Silahkan ikut Nona, semua pakaian untuk Anda sudah disiapkan bibi di rumah T

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Tanda Tangan Kontrak Pernikahan

    "Saya utusan dari Arkana Group. Bisakah kita bertemu sekarang di Cafe Victoria?""Ehm, apa ini benar tentang lamaran kerja? kok bicaranya di cafe ya, bukan di gedung Arkana seperti saat tes," jawab Amira hati-hati."Ya, saya Ken dan anda akan bicara dengan pimpinan Arkana Group untuk penempatan Anda. Jika Nona bisa, saya bisa mengatur jadwal dengan pimpinan untuk membicarakan kontrak kerja ini?" "Bisa Pak. Kalo bukan penipuan, tentu saja saya bisa." Amira tersenyum sampai melompat kegirangan hingga lupa dirinya sedang berada di jalan. Beberapa orang menatap dengan tatapan aneh, tapi ia tidak peduli.Tanpa pikir panjang, Amira memesan taksi online menuju cave Victoria. Begitu masuk, Amira merasa minder dengan penampilannya yang sederhana.Seorang staf cafe menuntunnya ke ruang VVIP.Matanya terpaku ketika melihat lelaki muda tampan menunggunya. Ia berdiri kaku saat lelaki itu menarik kursi. "Silakan duduk, Nona. Sebentar lagi tuan Arsya akan datang.”Tak lama, pintu terbuka.Seorang l

  • Aku Milikmu, Tuan Arsya!   Pergi ke Kota Veloria

    “Mana Amira?!” suaranya menggelegar, membuat Damini tergetar.Belum sempat sang ibu menjawab, Amira muncul dari dalam rumah. “Pak, saya mohon ... beri saya waktu dua minggu lagi. Adik saya sedang sakit, saya masih butuh biaya untuk pengobatannya ke rumah sakit.”Pak Herman menyeringai sinis. “Alasan! Kau boleh saja tidak membayar tapi ...."Tangan Pak Herman tanpa permisi mencolek pipi mulus Amira dengan mata berbinar, "nurut sama Mas ya? Hahaha bagaimana?""Saya minta waktu, maaf pak Herman, jangan coba kurang ajar.""Sok jual mahal! Awas aja kalau dua minggu lagi kamu belum bisa bayar, jangan salahkan aku kalau kamu bakal resmi jadi istri ketigaku.”Deg!Menikah dengan lelaki itu demi melunasi utang?Secara resmi istrinya dua, faktanya rentenir itu selalu bergonti-ganti wanita-wanita seenaknya dan menambah koleksi wanita setiap saat. “Nak, Ibu berat melepasmu hidup sendirian di kota besar. Kamu anak gadis, Ibu takut terjadi apa-apa padamu.” Damini mengelus pipi putrinya dengan mata

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status