Share

Bab 6

Author: Sarisha
Sherly juga merasa agak terkejut. “Tally, meski kamu mau tunjukkan kasih sayangmu terhadap orang-orang yang nggak mampu, kita bisa langsung donasi uang. Buat apa kamu sumbangkan semua pakaianmu? Cuaca sudah dingin, kamu mau pakai apa?”

Talia menatap Tristan, lalu terkekeh dan berkata, “Bukannya kamu bilang mau bantu Helena ganti rugi? Pakaian-pakaianku ini sudah usang, aku nggak mau lagi. Kalau sudah ada uang, aku akan beli yang baru. Nggak boleh?”

Tristan menatap Talia untuk sejenak, lalu mengangguk. “Boleh. Kamu mau berapa? Aku transferkan uangnya padamu sekarang juga.”

Talia mengacungkan sebuah jarinya.

“Satu miliar? Boleh.”

“Bukan.”

“Satu triliun?”

Helena sontak merasa panik. “Cuma beberapa potong pakaian mana sampai satu triliun?”

Talia melirik Helena sambil tersenyum sinis, lalu berkata pada Tristan, “Seribu.”

Semua itu adalah pakaian yang dibelikan Tristan secara paksa untuk Talia dulu. Sekarang, Talia sudah memutuskan untuk pergi. Dia tidak ingin membawa barang apa pun dari Tristan, apalagi uangnya.

Seperti yang dikatakan Tristan, ini adalah rumah Keluarga Howard, sedangkan Talia hanyalah orang luar.

Setelah Talia menerima seribu perak dari Tristan, utang di antara mereka akan lunas. Hubungan yang sudah terjalin selama lebih dari 20 tahun ini juga akan sirna.

Tristan merasa agak kesal. “Talia, apa sebenarnya maumu?”

“Mau kasih atau nggak? Kalau mau, transferkan uangnya. Kalau nggak, ya sudah.”

Setelah berpikir sejenak, Tristan akhirnya mentransferkan uang itu kepada Talia. Dia berkata, “Aku sudah penuhi janjiku. Anggap saja aku sudah bantu Helena ganti rugi. Kelak, jangan lagi bersikap dingin padanya karena masalah ini.”

Talia melihat tambahan seribu di rekeningnya, lalu tersenyum tipis. “Jangan khawatir. Hal itu nggak akan terjadi lagi untuk selamanya.”

“Selain itu, kamu juga harus jadi fotografer di pernikahan kami. Ini keinginan Helena. Kamu harus datang.”

Talia berpikir sejenak. Pesawatnya berangkat di malam hari, tepat pada malam pernikahan mereka. Oleh karena itu, dia mengangguk. “Oke.”

Dalam beberapa hari selanjutnya, Talia hampir tidak pernah kembali ke kediaman Keluarga Howard. Dia pergi ke desa untuk mengambil foto burung dan mengirimkannya kepada Gary. Setelah melihat foto-foto itu, Gary merasa sangat antusias dan langsung melakukan panggilan video dengan Talia.

“Talia, komposisi dan pengaturan warna foto yang kami ambil sekarang sudah jauh lebih bagus dari sebelumnya! Ada beberapa kantor majalah yang bersaing untuk mendapatkanmu di sini. Setelah tiba di sini, kamu ketemu saja sama mereka semua. Nanti, kita baru pilih yang baik!”

Setelah mendapat pengakuan dari orang lain, Talia juga merasa sangat gembira. “Oke. Makasih, Pak Gary.”

“Oh iya, kamu sudah ngomong ke kakakmu? Dia setuju kamu merintis karier di luar negeri?”

Talia pun tertawa. “Dia sangat berharap aku pergi.”

“Baguslah kalau begitu. Dengan begitu, nggak ada yang perlu khawatirkan lagi. Tapi, ini lumayan nggak terduga. Aku kira, meyakinkannya akan sangat merepotkan ....”

Talia menanyakan alamat Gary, lalu terlebih dahulu mengirim sebagian perlengkapannya dan menitipkannya di rumah Gary. Setelah dia tiba di sana, dia baru akan mengambilnya dari rumah Gary.

Di hari pernikahan Tristan dan Helena, Talia meminjam kamera dari tim pengurus pernikahan mereka.

Helena yang dapat menikahi orang kaya sesuai keinginannya terlihat sangat bangga. Terutama ketika melihat Talia yang mengambil foto pernikahan mereka. Dia menunjukkan tampang penuh kemenangan. Meskipun Tristan sedang berbincang dengan tamu, Helena juga bersikeras menarik Tristan untuk berfoto dengannya.

Sherly merasa kasihan pada Talia dan membujuk, “Helena, kamu sudah ambil banyak foto. Biarkanlah Tally istirahat.”

Helena menjawab, “Tally begitu hebat, masa baru ambil foto sebentar saja dia sudah capek? Benar nggak, Tally?”

Sherly sudah tidak tahan dan berkata dengan tidak senang, “Aku akan suruh fotografer dari tim pengurus pernikahan untuk ambil foto kalian. Tally harus istirahat.”

“Tapi, foto yang diambil fotografer lain nggak sebagus yang diambil Tally. Bagi aku dan Tristan, ini hari penting yang cuma berlangsung sekali seumur hidup. Harus Tally yang bantu kami abadikan momen paling gembira ini.”

Talia tidak berbicara. Setelah mengambil foto terakhir, dia langsung mengembalikan kamera itu kepada tim pengurus pernikahan dan langsung berbalik untuk pergi.

Sherly buru-buru mengejar Talia. “Tally, kamu mau ke mana?”

Talia tersenyum dan menjawab, “Bibi, kelak sudah ada Helena yang jaga Tristan. Kamu juga harus lebih perhatikan kesehatanmu.”

“Dasar kamu ini. Kamu itu juga putriku. Bukannya aku masih punya kamu?”

Talia tersenyum, lalu menggenggam tangan Sherly dan berkata, “Benar, aku akan selalu jadi putrimu.”

Sherly menghela napas dan berujar, “Tally, dulu ... aku benar-benar mengira kamu akan jadi menantuku, lalu memanggilku ibu. Siapa sangka Tristan tiba-tiba ....”

“Sudahlah, Bibi. Kita jangan bahas soal ini.”

“Oke, oke. Jangan bahas lagi.”

Kemudian, ponsel Talia berdering. Itu adalah panggilan dari Gary.

“Talia, kamu sudah tiba di bandara? Jam berapa pesawatmu mendarat? Aku dan istriku akan pergi jemput kamu.”

“Ini aku mau berangkat ke sana.”

“Oke. Kalau begitu sampai jumpa delapan jam lagi.”

“Emm.”

Setelah memutuskan sambungan telepon, Talia melirik jam. Sudah waktunya dia pergi ke bandara. Dia bahkan tidak kembali ke kediaman Keluarga Howard lagi, melainkan langsung naik taksi ke bandara. Ketika sedang mengantre untuk naik ke pesawat, Helena mengirim pesan kepadanya.

[ Helena: Terima kasih sudah ambil fotoku dan Tristan. Aku dan dia sangat suka. Kelak, jangan lupa panggil aku kakak ipar. ]

[ Helena: Adik ipar, semoga kita bisa hidup akur mulai sekarang. ]

Talia pun tersenyum sinis, lalu mengambil cuplikan gambar pesan itu. Kali ini, dia langsung mengirim gambar itu kepada Tristan.

[ Talia: Kak, selamat atas pernikahanmu. Semoga kamu bahagia. Semoga kita nggak pernah ketemu lagi. ]

Seusai mengirim pesan itu, Talia langsung memblokir nomor Tristan dan Helena. Mulai sekarang, kedua orang itu akan terhapus dari hidupnya untuk selamanya.

Seorang pramugari menyapa Talia, “Semoga perjalananmu menyenangkan.”

Talia tersenyum sopan dan menjawab, “Terima kasih. Perjalanan ini akan sangat menyenangkan.”

Setelah itu, Talia naik ke pesawat tanpa menoleh lagi.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
jiwa babu memang gak pernah hilang
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 20

    Waktu adalah obat penyembuh luka yang terbaik.Pada Natal setahun kemudian, Tristan yang sudah pulang ke dalam negeri sekian lama akhirnya pergi ke rumah yang pernah ditinggali Talia dulu untuk yang pertama kalinya. Berhubung dia sudah memberi perintah, tetap ada orang yang membersihkan dan merawat rumah ini.Tristan tidak mengizinkan siapa pun mengubah bahkan hanya sebuah pajangan pun di rumah ini. Jadi, setiap sudut rumah ini masih sama seperti dulu, sama seperti sebelum Talia pergi.Tristan sudah meliburkan pembantu yang dibayar per jam itu. Dia mengambil peralatan menyapu dan berencana untuk membersihkan rumah secara pribadi.Pada saat ini, surat itu tiba. Kurir yang mengantar surat itu telah pergi. Hanya kata-kata di atas amplop yang dapat menunjukkan asal-usul surat itu.Tristan mengejar ke luar untuk mencari kurir itu dan mengonfirmasi informasi kontak pengirim. Namun, usahanya sia-sia. Dia hanya bisa kembali ke rumah dan membuka surat itu.Isi surat itu sangat sederhana. Itu ad

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 19

    Talia memandang ke arah bukit yang penuh dengan pohon berwarna-warni, lalu mengusulkan, “Sam, aku berencana mau daki gunung untuk ambil foto pemandangan musim gugur. Kamu mau ikut?”Samuel tentu saja setuju. “Oke. Nggak peduli kamu pergi ke mana, aku akan selalu temani kamu.”Talia tertawa lagi. “Aku mau tinggal di dekat Gunung Arpin untuk beberapa saat. Oke?”“Kalau begitu, aku akan kemas koper kita.” Samuel selalu memenuhi janjinya. “Kamu tidur saja dulu sebentar. Setelah beres-beres, aku akan bangunkan kamu.”Ketika Talia dan Samuel memutuskan lokasi perjalanan mereka selanjutnya, Tristan sedang duduk di dalam kamar yang gelap sambil membaca data di ponselnya. Hanya ada sebuah lampu tidur yang menyala dalam kamar. Lampu remang itu menyinari wajahnya dan membuatnya terlihat seperti seorang vampir yang tinggal di kastil tua.Asisten mengetuk pintu dan melapor, “Pak Tristan, sesuai permintaanmu, kami sudah temukan lagi beberapa orang yang memenuhi syarat.”Tristan baru menjawab, “Masuk

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 18

    Helena merasa sangat takut, tetapi juga tidak berani kabur. Utangnya begitu banyak. Jika dia tidak mendapatkan uang dari Tristan dan orang-orang itu menemukannya, dia pasti mati.Tristan mendengar pembantu melaporkan nama Helena. “Nona Helena yang sengaja oleskan lipstik ke tubuhnya dan buat Nona Tally salah paham.”Setelah mendengar sampai di sini, segala sesuatu sudah terungkap dengan jelas. Mereka semua adalah orang dewasa. Lipstik yang dioleskan di tubuh paling mirip dengan bekas ciuman.Helena melihat Tristan memutuskan sambungan telepon, lalu berbalik lagi dan mengisyaratkan sesuatu pada asistennya yang berada tidak jauh di sana. Tristan berkata, “Tangani hal ini. Aku nggak mau ketemu sama dia lagi.”Asisten itu langsung memahami maksud Tristan. Dia segera membawa orang untuk menyeret Helena pergi dan mencegah Helena yang menangis mendekati Tristan.Tristan naik ke mobil sendiri, lalu pergi ke tempat tinggal Talia secepat mungkin. Dia harus menemukan Talia dan mengklarifikasi sem

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 17

    Tristan melirik Talia dengan tidak percaya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi polisi sama sekali tidak memberinya kesempatan itu.Talia masih berdiri di tempat dalam diam. Sampai dia memastikan Tristan sudah dibawa pergi polisi untuk diinterogasi dan tidak dapat mengganggunya lagi, dia baru menelepon Samuel. “Kamu bisa datang jemput aku?”“Kamu di mana? Aku ke sana sekarang juga.” Samuel sama sekali tidak menanyakan alasannya. Dia hanya pergi mencari Talia secepat mungkin.Talia berdiri sendiri di pinggir jalan. Dia terlihat sangat lemah dan rapuh, seolah-olah embusan angin ringan sudah bisa menerbangkannya. Setelah melihat Samuel, dia bertanya dengan pelan, “Pak Gary baik-baik saja?”“Dia baik-baik saja, cuma merasa agak bingung.” Samuel menghibur, “Jangan khawatir. Aku sudah jelaskan semuanya kepadanya.”Talia mengangguk. “Oke.”Samuel hendak bertanya kenapa Talia terlihat makin sedih, tetapi mengurungkan niatnya. Setelah tiba di rumah Talia, lalu menuangkan secangkir teh hangat

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 16

    “Meski kamu sudah dewasa, kamu tumbuh besar di sisiku. Orang tuamu sudah meninggal. Aku tentu saja harus menjagamu. Aku nggak akan biarkan kamu ditipu sama orang nggak jelas!”Tristan juga sudah marah dan menatap Samuel dengan sangat dingin.Talia mana mungkin lanjut bersabar. Dia akhirnya tidak peduli lagi dan berkata, “Aku bukan bersama Samuel karena ngambek sama kamu. Aku benar-benar merasa dia adalah orang yang baik. Selama aku menghabiskan waktu dengannya belakangan ini, aku merasa sangat gembira dan nyaman ....”“Kalau aku bilang nggak boleh, ya nggak boleh!” Tristan langsung menyela dengan marah. Dia bahkan membanting sumpitnya ke meja hingga menimbulkan suara yang nyaring. “Talia, ikut aku pulang.”Kali ini, Talia juga tidak lagi bersabar demi menjaga perasaan Gary. Dia bangkit dan menjawab, “Ini bukan kediaman Keluarga Howard, bukan tempat kamu bisa pamer kekuatan atau semua orang harus patuh padamu!”“Talia, aku khawatir kamu ditipu!”“Kamu nggak berhenti bilang kamu harus me

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 15

    Setiap patah kata yang diucapkan Jeff bagaikan pisau yang menyayat hati Tristan. Entah sejak kapan, ekspresi Tristan menjadi sangat suram dan sepertinya akan menjadi makin suram lagi. Sebelum Jeff selesai memperkenalkan pasangan serasi itu, Tristan menyela, “Aku ada urusan mendadak siang ini. Kita ganti jadwal makan siang hari ini ke lain hari saja.”“Oke. Kalau begitu, hati-hati di jalan, Pak Tristan.” Jeff hanya berpesan, “Kalau sudah nggak sibuk, jangan lupa kirimkan gambar pemotretan yang kamu inginkan padaku. Nanti, aku akan kirimkan ke Bu Talia.”Jeff mengira ini adalah pertemuan pertama Tristan dan Talia. Entah Tristan tidak mendengar ucapan itu atau memang sengaja tidak mau menjawab, dia langsung melangkah pergi dengan cepat tanpa menoleh lagi.Sebelumnya, Jeff dan Tristan termasuk dapat mengobrol dengan akrab. Sekarang, Tristan malah tiba-tiba seperti orang yang berbeda. Jeff pun merasa kebingungan. Jelas-jelas, tidak ada seorang pun di lokasi yang menyinggung Tristan.Pada

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status