/ Romansa / Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu / Bab 5 - Cinta Yang Menyebrangi Pulau

공유

Bab 5 - Cinta Yang Menyebrangi Pulau

작가: Sang pemimpi
last update 최신 업데이트: 2025-07-26 22:55:22

Hari-hari tanpa Ricardo adalah hari-hari sunyi bagi Erica, tapi bukan berarti hampa. Sejak kepergian Ricardo ke Kalimantan, ia menyadari satu hal: cinta sejati memang tidak selalu harus hadir secara fisik. Kehadiran bisa terasa meski hanya lewat layar ponsel.

Pagi-pagi sekali, jam enam, telepon Erica sudah berdering. Itu tandanya Ricardo sudah sampai di proyek barunya dan menyempatkan waktu untuk menghubungi.

"Sudah bangun, Sayang?"

"Udah, kamu gimana di sana?"

"Masih nyari nasi kuning yang enak. Tapi belum ada yang ngalahin buatan kamu."

Erica tertawa, meski dalam hati ia ingin sekali memeluknya. Tapi telepon pagi itu menjadi obat rindu yang cukup ampuh.

Mereka punya rutinitas. Video call malam hari sebelum tidur, kirim foto makanan yang mereka makan, bahkan saling mengirimkan barang kecil—Ricardo mengirimkan gelang manik-manik yang dibelinya di pasar lokal, sementara Erica mengirimkan kartu kecil berisi puisi dan parfum yang biasa ia pakai.

Ada juga momen lucu. Seperti saat koneksi internet Ricardo buruk dan wajahnya berhenti di posisi paling aneh, atau saat Erica tertidur sambil memegang ponsel dan bangun dengan suara Ricardo yang masih bercerita.

Hubungan mereka tidak kehilangan tawa. Bahkan, seolah justru bertambah kuat.

Ricardo selalu berusaha hadir dalam hari-hari Erica, meski lewat jarak. Di hari ulang tahunnya, Erica mengira tidak akan ada yang istimewa. Tapi ternyata, Ricardo menyewa layanan kejutan yang datang ke kantor Erica: ada seikat bunga matahari, sekotak brownies kesukaannya, dan rekaman suara Ricardo yang berkata:

“Selamat ulang tahun, Ca. Tahun ini aku cuma bisa mencintaimu dari jauh, tapi doaku selalu dekat. Tunggu aku, ya. Nanti aku pulang bawa cerita.”

Air mata Erica jatuh di kantor. Tapi itu bukan tangis sedih. Itu tangis karena cinta yang tetap terasa hangat, meski dipisahkan ribuan kilometer.

Mereka juga punya jadwal nonton bareng secara virtual. Dengan masing-masing memutar film di waktu bersamaan, lalu menyalakan video call di latar. Tidak jarang mereka tertawa di adegan yang sama, menangis di akhir film yang menyedihkan, atau berdebat soal siapa tokoh favorit.

Pada suatu malam, Ricardo berkata pelan, “Aku takut kamu bosan. Takut kamu ketemu yang lain di sana, yang bisa peluk kamu kapan pun.”

Erica menjawab tanpa ragu, “Aku lebih takut kamu menyerah pada rindu, Ric. Karena aku sudah menjadikan kamu tujuanku pulang.”

Kata-kata itu membuat Ricardo terdiam. Ia tahu, apa pun yang terjadi, ia harus menjaga kepercayaan Erica.

Di minggu keempat, Ricardo mengirimkan voice note yang membuat Erica tertawa terbahak-bahak.

"Hari ini aku dikejar ayam di belakang basecamp. Anak-anak proyek ngakak semua. Tapi aku langsung ingat kamu yang takut sama bebek. Kita emang cocok banget, ya... sama-sama kalah sama unggas."

Begitulah mereka. Meski jauh, mereka tetap saling menggenggam lewat kenangan, humor, perhatian, dan janji.

Erica juga menulis diary digital setiap hari, lalu mengirimkan bagian terbaiknya seminggu sekali ke Ricardo.

Hari ke-27: Aku masih merindukanmu seperti hari pertama kau pergi. Tapi kini rinduku tidak pahit. Ia seperti teh hangat—diam-diam menenangkan.

Pada bulan kedua, Ricardo mulai terlihat lebih sibuk. Waktu untuk menghubungi mulai berkurang. Kadang hanya voice note singkat. Kadang hanya satu pesan: “Maaf ya, hari ini lembur. Aku kangen kamu.”

Tapi Erica tidak protes. Ia tahu pekerjaan Ricardo berat. Ia percaya—dan itu cukup, untuk sementara.

Yang tidak mereka tahu adalah badai mulai merangkak dari kejauhan.

Namun untuk saat ini, cinta mereka masih utuh. Masih manis. Masih saling menanti dengan setia.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 23- Yang tersisa di antara dua garis merah..

    Pagi itu, kamar kos Nadya terasa lebih sempit dari biasanya. Sinar matahari yang menyusup melalui jendela berdebu seakan mengejek kegelisahan yang menggunung di dadanya. Di atas meja kayu yang lapuk, tiga test pack berjejer—masing-masing dengan dua garis merah yang tegas, seperti penjara yang mengurung masa depannya."Aku hamil."Dua kata itu bergema dalam kepalanya, tapi tak bisa keluar dari mulutnya. Lidahnya terasa kaku, tenggorokannya serasa tersumbat oleh kenyataan pahit yang harus ditelannya sendiri.Dia mengingat malam itu dengan jelas. Ricardo datang dengan wajah lesu, membawa sebotol anggur dan segudang penyesalan. Mereka duduk di lantai, berbagi cerita tentang kesepian yang sama. Nadya, yang baru putus cinta. Ricardo, yang merasa hubungannya dengan Erica mulai retak. Dua jiwa yang tersesat, saling mencari kehangatan di tengah dinginnya Kalimantan."Kita berdua sama-sama bersalah," bisik Nadya pada bayangannya di cermin. Tapi kini, dia ha

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 22- Percakapan dan pesan yang mengejutkan..

    Malam itu di Kalimantan terasa lebih sunyi dari biasanya. Angin malam berhembus pelan melalui jendela kamar Ricardo yang terbuka, membawa serta suara jangkrik yang seolah bersimfoni dalam kesendirian. Ricardo baru saja menutup laptopnya setelah video call dengan Erica, tapi senyumnya yang tadi masih mengembang tiba-tiba memudar.Dia mengambil ponselnya lagi, membuka pesan dari Nadya untuk kesekian kalinya. Dua kata itu masih terpampang di sana, sederhana namun menghancurkan.Nadya: "Aku hamil."Jari Ricardo gemetar. Pikirannya langsung melayang ke malam-malam kelam di Kalimantan, saat dirinya yang rapuh mencari pelarian di pelukan yang salah. Dia ingat betul malam itu—setelah pertengkaran sengit dengan Erica via telepon, dan Nadya yang kebetulan ada di sana, mendengarkan keluhannya dengan sabar."Aku harus melakukan sesuatu," bisik Ricardo pada dirinya sendiri. Tapi tubuhnya terasa lumpuh. Bagaimana mungkin dia bisa menghancurkan lagi semua yang s

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 21 - Janji di ujung waktu..

    Sejak kepulangan Ricardo ke Kalimantan, hubungan mereka berkembang dalam ritme yang berbeda. Jarak tak lagi menjadi jurang, melainkan jembatan yang menghubungkan dua hati yang sedang belajar percaya lagi. Setiap malam, pukul tujuh tepat, dunia mereka menyatu melalui layar ponsel.Malam itu, wajah Ricardo muncul dengan latar belakang kamar yang berantakan. "Maaf, hari ini lembur sampai sore," ujarnya sambil mengusap wajah yang tampak lelah. Tapi begitu melihat Erica, matanya langsung berbinar."Kamu kurusan," sahut Erica dengan suara lembut."Karena rindu itu berat,sayang. Aku harus angkat beban rindu setiap hari."Mereka tertawa. Percakapan mereka malam itu berlanjut ke topik yang lebih serius. Ricardo membuka dokumen berjudul "Rencana Masa Depan Kita" yang sudah ia siapkan selama seminggu terakhir."Aku sudah hitung-hitung," katanya serius. "Kalau aku kerja lembur dua hari seminggu, dalam enam bulan aku bisa kumpulkan cukup uang untuk DP ruma

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 20 - Jarak yang memupuk rasa..

    Hari-hari setelah kepergian Ricardo kembali ke Kalimantan terasa seperti luka yang mulai mengering—masih ada bekasnya, tapi tak lagi menganga lebar. Erica masih sering terbangun di tengah malam, tangannya meraih ponsel untuk memeriksa pesan dari Ricardo. Bedanya kini, ia tak lagi menemukan layar yang kosong.Setiap malam, pukul sembilan tepat, ponselnya berdering. Wajah Ricardo muncul di layar dengan latar belakang yang berbeda-beda—kadang di kamarnya yang berantakan, kadang di dermaga dengan langit jingga senja."Malam ini aku masak sop buntut," kata Erica suatu malam, mengangkat mangkuk ke kamera.Ricardo tersenyum, tapi matanya menyimpan kerinduan. "Aku di sini cuma makan nasi bungkus lagi. Kok bisa ya dulu aku memilih makan nasi bungkus sendirian daripada pulang ke kamu?"Diam sejenak. Lalu Erica berkata pelan, "Kita semua pernah membuat pilihan bodoh."Minggu-minggu berlalu dengan ritme yang sama. Pagi diawali pesan "selamat pagi", malam diakhiri dengan "tidur yang nyenyak". Tapi

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 19 - Waktu yang tersisa

    Matahari pagi menyusup pelan melalui celah tirai, menyinari wajah Erica yang masih bercucuran air mata. Ini hari keenam—besok Ricardo akan kembali ke Kalimantan. Waktu terasa begitu kejam, memberi mereka hanya sisa-sisa hari yang tak cukup untuk menyembuhkan semua luka. Tapi pagi itu, dengan hati yang masih berdarah, Erica memutuskan untuk memberikan satu hari terakhir—untuk mengenang, dan mungkin, untuk melepaskan.Ricardo sudah menunggu di depan rumah dengan mobil sewa yang sama sejak ia tiba seminggu lalu. Saat Erica keluar dengan mata sembap dan senyum getir, dadanya sesak. Perempuan ini—yang dulu selalu menyambutnya dengan pelukan hangat—kini berdiri dengan jarak yang terasa menyiksa."Mau kita mulai dari mana?" tanya Ricardo suara serak."Taman kota dulu,"jawab Erica pendek.Di taman yang dulu menjadi saksi bisu cinta mereka, Ricardo membeli dua gelas kopi dari kedai langganan. Tapi kali ini, rasanya pahit—seperti hubungan mereka yang tak lagi manis."Kamu Masih ingat waktu kita

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 18 - Empat hari untuk pulang ke hati..

    Ricardo duduk di bangku taman yang sama, menunggu. Tangan yang menggenggam buku puisi kecil itu basah oleh keringat dingin. Setiap detik terasa seperti abadi. Ketika Erica akhirnya muncul, wajahnya pucat bagai mayat berjalan."Mau kubuang bukumu itu," bisik Erica dengan suara hampa, tanpa menatapnya. "Tapi setiap kali mau kulempar, tanganku lumpuh."Ricardo menunduk dalam-dalam. "Aku tak akan mengelak. Aku pantas menerima itu. Bahkan lebih dari itu.""Malam-malam ini," suara Erica tiba-tiba pecah, "aku masih terbangun menjerit. Masih merasakan sakitnya pengkhianatanmu seperti pisau yang terus mengoyak-ngoyak dadaku."Dia akhirnya menatap Ricardo, dan di matanya terbaca penderitaan yang tak tertahankan. "Kau tahu apa yang paling menyedihkan dari pengkhianatan ini? Aku masih mencintaimu. Dan itu membuatku semakin membenci diriku sendiri. Karna itu adalah hal terbodoh yang masih melekat di dalam diriku. Mencintai manusia yang tak pernah tau arti dari kesetiaan. Ck.. Bodoh!!!!"Ricardo te

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status