Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu

Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu

last updateLast Updated : 2025-09-11
By:  Sang pemimpiOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
12Chapters
15views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

“Aku pulang, Ricardo. Tapi bukan untukmu. Bukan lagi untuk luka yang kau tanamkan.” Erika percaya cinta bisa bertahan, bahkan saat jarak memisahkan. Tapi ternyata, yang hancur bukan hanya jarak—melainkan kepercayaannya. Dikhianati, ditinggalkan, dan dihancurkan oleh pria yang ia anggap rumah, Erika pergi jauh untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Di tempat asing yang sunyi, hadir seorang pria dingin yang diam-diam menjaganya—Asraf. Tapi saat hatinya mulai tenang, masa lalu kembali. Apakah pulang berarti kembali? Atau pulang berarti memilih tempat baru untuk hidup tanpa luka yang sama?

View More

Chapter 1

Bab 1 - Tatapan pertama..

Lampu-lampu temaram menggantung di langit-langit ruangan yang dipenuhi tawa, musik, dan gelas-gelas wine. Aroma makanan menggoda tercium samar, bercampur dengan wangi parfum dan suara dentingan gelas yang bersulang. Ini bukan pesta yang biasanya dihadiri Erica—ia bukan tipe perempuan yang suka keramaian, apalagi pesta ulang tahun dengan tamu-tamu asing. Tapi karena sahabat sekantornya, Livia, bersikeras mengajaknya datang, ia tak tega menolak.

Dengan dress hitam sederhana dan rambut dikuncir rendah, Erica berdiri agak canggung di dekat meja makanan, memegang piring kecil berisi salad yang bahkan belum disentuh. Matanya menyapu ruangan, mencari wajah-wajah yang dikenalnya. Sayangnya, sebagian besar adalah karyawan dari departemen lain atau orang-orang yang tak pernah ia temui sebelumnya.

Sambil menarik napas panjang, ia mencoba mengingat bahwa malam ini hanya butuh dilewati beberapa jam. Setelah itu, ia bisa kembali ke kamarnya yang sunyi dan menenangkan.

Namun segalanya berubah ketika matanya menangkap sosok pria di sudut ruangan.

Bukan karena ketampanannya, meski itu tak bisa diabaikan—tapi karena cara pria itu berdiri, tampak santai dengan satu tangan di saku celana dan segelas minuman di tangan satunya. Ia terlihat nyaman, tak terburu-buru, dan tidak berpura-pura ramah seperti banyak tamu lainnya. Tatapannya tajam namun tenang, menyapu ruangan sampai akhirnya berhenti tepat pada mata Erica.

Dan tidak berpaling.

Erica terkejut, refleks memalingkan wajah, pura-pura sibuk memindahkan tomat dari saladnya ke sisi piring. Tapi rasa penasaran memaksanya melirik kembali. Pria itu masih menatapnya, kali ini dengan senyum kecil yang tak bisa didefinisikan. Apakah itu senyum ramah, senyum iseng, atau mungkin... tertarik?

Tak butuh waktu lama sebelum pria itu mulai melangkah ke arahnya. Langkahnya santai tapi mantap, seolah yakin tujuannya memang Erica.

"Erica, kan?" sapanya begitu tiba di dekat meja makanan.

Erica sedikit kaget. "Iya... kamu mengenalku?"

"Aku Ricardo. Kontraktor yang sering telat kirim invoice ke divisi akuntansi," katanya sambil menyodorkan tangan.

Erica tertawa pelan sambil menyambut jabat tangannya. Hangat. Kokoh. "Oh, jadi kamu sumber pusingnya laporan bulan lalu."

"Guilty," Ricardo mengangkat tangan seolah menyerah. "Tapi mungkin bisa ditebus dengan satu gelas minuman untukmu?"

Mereka akhirnya duduk di sudut ruangan, menjauh dari keramaian. Obrolan mereka mengalir ringan, seperti dua orang yang sudah lama saling kenal. Mereka membahas pekerjaan, makanan favorit, film yang sama-sama mereka benci, dan tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi.

Ricardo tidak terlalu banyak bicara soal dirinya, tapi dari caranya mendengarkan, menatap, dan mencatat detail kecil dari Erica, membuat perempuan itu merasa dihargai. Dikenal. Bahkan tanpa banyak kata.

Saat jam menunjukkan hampir tengah malam, dan sebagian besar tamu mulai berpamitan, Erica menyadari betapa cepat waktu berlalu.

"Aku biasanya nggak tahan di pesta seperti ini lebih dari satu jam," katanya sambil menyeruput sisa minumannya.

"Tapi malam ini berbeda?" Ricardo bertanya sambil tersenyum.

Erica mengangguk pelan. "Mungkin karena kamu membuatnya terasa... nyaman."

Ricardo menatapnya sejenak, lalu berkata, "Kalau aku bilang aku datang ke pesta ini padahal nggak kenal yang ulang tahun, hanya karena ingin lihat kamu—kamu akan percaya?"

Erica menatapnya, tertawa pelan, tapi dalam hati degupnya membentur batas.

"Kamu gombal juga ternyata."

"Aku serius," sahut Ricardo. "Aku pernah lihat kamu di kantor, tapi kamu selalu sibuk. Aku pikir... kalau ada kesempatan bicara, aku nggak mau sia-siakan."

Diam. Sesaat tak ada yang bicara. Hanya musik pelan yang mengalun dari pengeras suara, dan detak jantung Erica yang mulai tak beraturan.

Malam itu, di antara keramaian yang memudar, sesuatu tumbuh. Pelan, tak tergesa. Tapi cukup kuat untuk meninggalkan jejak.

Dan tanpa mereka sadari, malam itu menjadi awal dari segalanya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
12 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status