ホーム / Romansa / Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu / Bab 7 - Antara Hujan Dan Pengakuan

共有

Bab 7 - Antara Hujan Dan Pengakuan

作者: Sang pemimpi
last update 最終更新日: 2025-07-26 23:15:21

Hujan masih merintik perlahan di luar jendela. Suara titik - titik air yang jatuh di atap kantor memberi irama lembut yang menenangkan, namun sekaligus mengusik. Kantor itu sudah lama sepi. Mayoritas karyawan sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Kantor itu hanya diterangi lampu redup dari meja Ricardo dan bias temaram dari lampu lorong yang menerobos celah pintu. Di antara dua gelas kopi yang mulai kehilangan uapnya, Ricardo dan Nadya duduk dalam diam.

Dua cangkir kopi yang mulai mendingin di atas meja menjadi saksi bisu percakapan yang tak banyak kata. Ricardo duduk bersandar, tangannya memainkan pena tanpa arah, Nadya, yang duduk di seberangnya menatap keluar jendela dengan pandangan jauh.

Tak canggung. Hanya... hening.

“Kadang, saya suka aroma hujan begini,” ujar Nadya pelan, memecah sunyi. Ia tak menoleh ke Ricardo. Matanya masih menatap bulir hujan yang membekas si kaca jendela. “Rasanya... damai. Seolah dunia berhenti sebentar”

Ricardo mengangguk, tersenyum tipis. “Tapi hujan begini bisa juga terasa sepi.”

Nadya menatapnya, seolah menangkap makna di balik ucapannya. “Kesepian itu bisa datang, bahkan saat kita dikelilingi banyak orang. Apa Bapak merasa begitu?”

Ricardo menarik napas. Ia menatap Nadya, lalu menunduk sejenak. Pandangannya ke pena yang masih berputar putar “Aku... punya seseorang,” ucapnya akhirnya. “Namanya Erica. Kami sudah bersama cukup lama.”

Nadya hanya menunduk sedikit, lalu tersenyum kecil.

“Saya kira begitu,” jawabnya tenang. “Wajah Bapak berubah setiap kali menatap ponsel.”

Ricardo tertawa kecil. “Kelihatan ya?”

“Banget,” balas Nadya. “Kalau boleh tahu... dia orang seperti apa?”

Ricardo memandang keluar jendela. Hujan mulai menipis.

“Dia keras kepala. Tapi penyayang. Punya mimpi yang besar, dan... selalu tahu bagaimana membuat aku merasa cukup. Bahkan ketika aku merasa hancur.” Kata Ricardo lirih. "Erica adalah... Rumah"

Nadya mendengarkan dengan tenang. Tidak memotong, tidak menimpali.

Kata-kata itu menggantung lama diudara. Nadya tidak menjawab langsung. Ia menatap cangkir kopinya, mengusap permukaan keramiknya dengan ibu jari seperti mencari kalimat yang pas.

“Saya senang Bapak jujur,” ucapnya pelan. “Saya tahu batas. Tapi... saya juga manusia.”

Ricardo menoleh padanya. Sorot mata Nadya tidak sedang merayu. Ia hanya jujur.

Dan di detik berikutnya, listrik tiba-tiba padam sejenak. Gelap sesaat, hanya diselingi cahaya kilat dari luar. Nadya sedikit tersentak, kehilangan keseimbangan saat berdiri—dan tanpa sempat berpikir, Ricardo refleks meraih lengannya.

Langkah mereka bertemu, tubuh saling dekat, dan wajah mereka hanya berjarak beberapa inci.

Mata mereka bertaut. Dan entah karena hawa hening atau emosi yang tidak sempat diurai, kepala mereka bergerak lebih dekat. Bibir mereka bersentuhan—ringan, cepat, tanpa rencana.

Ricardo tersadar lebih dulu. Ia segera menarik diri, napasnya berat. Nadya terdiam, wajahnya memerah, tapi ia tidak mundur lebih jauh.

“Maaf...” ucap Ricardo nyaris berbisik. “Itu... tidak seharusnya.”

Nadya mengangguk, cepat. “Saya tahu. Itu tadi... kebetulan. Hanya refleks. Tidak lebih.”

Keduanya terdiam lama. Listrik kembali menyala, cahaya putih memenuhi ruangan, membuat semuanya tampak lebih nyata.

“Aku harus pulang,” ujar Ricardo, akhirnya.

“Saya juga,” balas Nadya sambil menghindari tatapannya.

Mereka berjalan keluar kantor tanpa banyak kata. Di bawah langit yang baru saja berhenti menangis, masing-masing membawa pulang satu beban baru—sebuah pertanyaan yang belum bisa mereka jawab:

"Apakah sebuah kebetulan... bisa mengubah segalanya?"

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 23- Yang tersisa di antara dua garis merah..

    Pagi itu, kamar kos Nadya terasa lebih sempit dari biasanya. Sinar matahari yang menyusup melalui jendela berdebu seakan mengejek kegelisahan yang menggunung di dadanya. Di atas meja kayu yang lapuk, tiga test pack berjejer—masing-masing dengan dua garis merah yang tegas, seperti penjara yang mengurung masa depannya."Aku hamil."Dua kata itu bergema dalam kepalanya, tapi tak bisa keluar dari mulutnya. Lidahnya terasa kaku, tenggorokannya serasa tersumbat oleh kenyataan pahit yang harus ditelannya sendiri.Dia mengingat malam itu dengan jelas. Ricardo datang dengan wajah lesu, membawa sebotol anggur dan segudang penyesalan. Mereka duduk di lantai, berbagi cerita tentang kesepian yang sama. Nadya, yang baru putus cinta. Ricardo, yang merasa hubungannya dengan Erica mulai retak. Dua jiwa yang tersesat, saling mencari kehangatan di tengah dinginnya Kalimantan."Kita berdua sama-sama bersalah," bisik Nadya pada bayangannya di cermin. Tapi kini, dia ha

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 22- Percakapan dan pesan yang mengejutkan..

    Malam itu di Kalimantan terasa lebih sunyi dari biasanya. Angin malam berhembus pelan melalui jendela kamar Ricardo yang terbuka, membawa serta suara jangkrik yang seolah bersimfoni dalam kesendirian. Ricardo baru saja menutup laptopnya setelah video call dengan Erica, tapi senyumnya yang tadi masih mengembang tiba-tiba memudar.Dia mengambil ponselnya lagi, membuka pesan dari Nadya untuk kesekian kalinya. Dua kata itu masih terpampang di sana, sederhana namun menghancurkan.Nadya: "Aku hamil."Jari Ricardo gemetar. Pikirannya langsung melayang ke malam-malam kelam di Kalimantan, saat dirinya yang rapuh mencari pelarian di pelukan yang salah. Dia ingat betul malam itu—setelah pertengkaran sengit dengan Erica via telepon, dan Nadya yang kebetulan ada di sana, mendengarkan keluhannya dengan sabar."Aku harus melakukan sesuatu," bisik Ricardo pada dirinya sendiri. Tapi tubuhnya terasa lumpuh. Bagaimana mungkin dia bisa menghancurkan lagi semua yang s

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 21 - Janji di ujung waktu..

    Sejak kepulangan Ricardo ke Kalimantan, hubungan mereka berkembang dalam ritme yang berbeda. Jarak tak lagi menjadi jurang, melainkan jembatan yang menghubungkan dua hati yang sedang belajar percaya lagi. Setiap malam, pukul tujuh tepat, dunia mereka menyatu melalui layar ponsel.Malam itu, wajah Ricardo muncul dengan latar belakang kamar yang berantakan. "Maaf, hari ini lembur sampai sore," ujarnya sambil mengusap wajah yang tampak lelah. Tapi begitu melihat Erica, matanya langsung berbinar."Kamu kurusan," sahut Erica dengan suara lembut."Karena rindu itu berat,sayang. Aku harus angkat beban rindu setiap hari."Mereka tertawa. Percakapan mereka malam itu berlanjut ke topik yang lebih serius. Ricardo membuka dokumen berjudul "Rencana Masa Depan Kita" yang sudah ia siapkan selama seminggu terakhir."Aku sudah hitung-hitung," katanya serius. "Kalau aku kerja lembur dua hari seminggu, dalam enam bulan aku bisa kumpulkan cukup uang untuk DP ruma

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 20 - Jarak yang memupuk rasa..

    Hari-hari setelah kepergian Ricardo kembali ke Kalimantan terasa seperti luka yang mulai mengering—masih ada bekasnya, tapi tak lagi menganga lebar. Erica masih sering terbangun di tengah malam, tangannya meraih ponsel untuk memeriksa pesan dari Ricardo. Bedanya kini, ia tak lagi menemukan layar yang kosong.Setiap malam, pukul sembilan tepat, ponselnya berdering. Wajah Ricardo muncul di layar dengan latar belakang yang berbeda-beda—kadang di kamarnya yang berantakan, kadang di dermaga dengan langit jingga senja."Malam ini aku masak sop buntut," kata Erica suatu malam, mengangkat mangkuk ke kamera.Ricardo tersenyum, tapi matanya menyimpan kerinduan. "Aku di sini cuma makan nasi bungkus lagi. Kok bisa ya dulu aku memilih makan nasi bungkus sendirian daripada pulang ke kamu?"Diam sejenak. Lalu Erica berkata pelan, "Kita semua pernah membuat pilihan bodoh."Minggu-minggu berlalu dengan ritme yang sama. Pagi diawali pesan "selamat pagi", malam diakhiri dengan "tidur yang nyenyak". Tapi

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 19 - Waktu yang tersisa

    Matahari pagi menyusup pelan melalui celah tirai, menyinari wajah Erica yang masih bercucuran air mata. Ini hari keenam—besok Ricardo akan kembali ke Kalimantan. Waktu terasa begitu kejam, memberi mereka hanya sisa-sisa hari yang tak cukup untuk menyembuhkan semua luka. Tapi pagi itu, dengan hati yang masih berdarah, Erica memutuskan untuk memberikan satu hari terakhir—untuk mengenang, dan mungkin, untuk melepaskan.Ricardo sudah menunggu di depan rumah dengan mobil sewa yang sama sejak ia tiba seminggu lalu. Saat Erica keluar dengan mata sembap dan senyum getir, dadanya sesak. Perempuan ini—yang dulu selalu menyambutnya dengan pelukan hangat—kini berdiri dengan jarak yang terasa menyiksa."Mau kita mulai dari mana?" tanya Ricardo suara serak."Taman kota dulu,"jawab Erica pendek.Di taman yang dulu menjadi saksi bisu cinta mereka, Ricardo membeli dua gelas kopi dari kedai langganan. Tapi kali ini, rasanya pahit—seperti hubungan mereka yang tak lagi manis."Kamu Masih ingat waktu kita

  • Aku Pulang, Tapi Bukan Padamu   Bab 18 - Empat hari untuk pulang ke hati..

    Ricardo duduk di bangku taman yang sama, menunggu. Tangan yang menggenggam buku puisi kecil itu basah oleh keringat dingin. Setiap detik terasa seperti abadi. Ketika Erica akhirnya muncul, wajahnya pucat bagai mayat berjalan."Mau kubuang bukumu itu," bisik Erica dengan suara hampa, tanpa menatapnya. "Tapi setiap kali mau kulempar, tanganku lumpuh."Ricardo menunduk dalam-dalam. "Aku tak akan mengelak. Aku pantas menerima itu. Bahkan lebih dari itu.""Malam-malam ini," suara Erica tiba-tiba pecah, "aku masih terbangun menjerit. Masih merasakan sakitnya pengkhianatanmu seperti pisau yang terus mengoyak-ngoyak dadaku."Dia akhirnya menatap Ricardo, dan di matanya terbaca penderitaan yang tak tertahankan. "Kau tahu apa yang paling menyedihkan dari pengkhianatan ini? Aku masih mencintaimu. Dan itu membuatku semakin membenci diriku sendiri. Karna itu adalah hal terbodoh yang masih melekat di dalam diriku. Mencintai manusia yang tak pernah tau arti dari kesetiaan. Ck.. Bodoh!!!!"Ricardo te

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status