Share

Bab 3

last update Last Updated: 2025-08-03 15:13:21

Malam itu Erica melayani Adam, tapi ada yang berbeda dengan kliennya kali ini.

Adam bermain dengan sangat kasar, ia bahkan memasuki Erica tanpa pemanasan atau pelumas, membuat Erica mengerang kesakitan sepanjang malam.

Setelah berjam-jam dalam permainan panas, akhirnya Adam tumbang juga. Tubuhnya terkapar di sisi ranjang dengan selimut menutupi sebatas pinggang.

Kesempatan itu digunakan Erica untuk melihat wajah pria itu lebih jelas, karena sejak pertama kali bertemu tadi ia bahkan belum bisa menatap Adam dengan benar.

Wajahnya masih tampan dengan sudut rahang yang tegas, hanya ada beberapa perubahan seperti bulu-bulu halus di sekitar rahangnya dan jakun yang mulai terbentuk semakin seksi, menandakan bahwa pria itu sudah berubah lebih dewasa. Tapi di mata Erica, saat Adam memejamkan mata, ia masih mirip dengan pria yang selalu menemani kamar asramanya bertahun-tahun silam.

Erica menghela napas panjang, berusaha menepis perasaan aneh itu. Bagaimanapun ia melihatnya, pria yang sedang berbaring di sebelahnya itu tetaplah Adam Kingsley, bajingan yang tak berperasaan.

Bahkan sekarang pria itu kembali dengan cara yang tidak benar.

Saat menyingkap selimutnya dengan hati-hati dan perlahan turun dari ranjangnya, Erica mulai mengemasi pakaiannya yang berserakan sebelum akhirnya memakainya kembali.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul satu pagi. Berarti sudah dua jam sejak pria itu tumbang akibat permainan panas mereka. Erica harus pergi dari tempat itu dan segera mendapatkan bayarannya.

Erica sempat melihat pantulan di cermin, banyak memar merah diseluruh tubuhnya, bahkan ada semacam jejak kebiruan di pangkal lehernya. Ya itu semua adalah perbuatan Adam, tak ada sisa kelembutan di diri pria itu. Seolah Erica tak mengenalnya lagi.

Meski seluruh tubuhnya terasa hancur akibat permainan brutal Adam, Erica tetap bersikeras pergi saat itu juga, karena ia bahkan tidak tahan satu detik pun berada di ruangan yang sama dengan pria itu.

Setelah selesai merapikan penampilannya, Erica turun ke bawah. Di lantai dasar, suasana bar masih ramai seperti sebelumnya. Bahkan, beberapa orang yang sudah teler mulai membuat keributan di tengah lantai dansa.

Mata Erica menelusuri setiap sudut tempat itu dengan gelisah, berharap bisa menemukan keberadaan Madame Jane. Namun, setelah cukup lama mencari, ia tak juga melihat sosok wanita itu muncul.

Ia melangkah mendekati jonas yang berdiri didekat pintu masuk “Kau melihat Madame Jane, Jonas?''

''Dia sudah pulang sejak dua jam yang lalu.'' jawabnya singkat

Erica akhirnya memutuskan untuk pulang saja dan membahas pembayaran besok. Lagipula tubuhnya sudah sangat lelah, tak ada energi tersisa untuk menunggu lebih lama.

Setibanya di depan bar, Erica bertemu dengan salah satu pengawal Madame Jane. Tanpa banyak bicara, ia meminta pria itu untuk mengantarnya pulang. Memesan kendaraan di jam-jam seperti ini sangatlah mustahil, dan Erica tahu ia tak sanggup berjalan sampai ke apartemennya.

Erica duduk di kursi penumpang dengan tubuh lemas dan kepala bersandar di jendela. Ia memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan pikirannya. Namun, sosok pertama yang terlintas dalam kepalanya justru adalah Adam Kingsley.

Suara bariton pria itu masih membekas jelas di telinganya, dingin dan menusuk. Postur tubuhnya yang kekar hingga tatapan penuh kebencian yang terpancar dari sorot matanya, semuanya kembali terbayang di kepala Erica. Semua itu berputar-putar di benaknya tanpa bisa ia hentikan.

Erica bahkan tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik tindakan Adam. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan semata. Dan dari sikap santai pria itu, Erica yakin bahwa semuanya telah direncanakan.

Adam tidak datang ke rumah bordil itu secara kebetulan. Ia tahu ke mana ia pergi malam itu. Ia tahu siapa yang akan melayaninya. Dan orang itu adalah mantan kekasihnya sendiri.

Setiap situasi yang mengharuskan Erica berurusan dengan pewaris Kingsley itu—selalu berakhir menyakitkan dan tidak sesederhana yang orang-orang bayangkan dari luar.

Namun di tengah semua kekacauan yang ia alami malam itu, Erica sedikit tenang— pria itu tak membunuhnya malam ini.

Erica bahkan tidak benar-benar yakin apakah Adam memang tidak ingin membunuhnya, atau hanya belum punya kesempatan yang tepat untuk melakukannya. Mengingat apa yang terjadi enam tahun lalu, tentu pria itu bukan tipe yang akan melepaskannya begitu saja—terlebih dengan sangat mudah.

Saat sampai di unit apartemennya, Erica tak langsung membersihkan diri. Bukannya beristirahat, ia justru melangkah ke ruang tamu dan membuka laptopnya. Ia sedang mencari berita—apa pun yang menampilkan informasi terbaru tentang Adam Kingsley, pewaris tunggal dari grup raksasa yang paling berpengaruh di negeri ini.

Mata Erica membelalak setiap kali membaca artikel demi artikel. Semua berita menyebutkan bahwa Adam kembali ke negara ini untuk mengambil alih perusahaan keluarga, yang sejak sebulan terakhir mulai ramai diberitakan publik.

Bagaimana bisa Erica melewatkan hal sepenting ini?

Padahal selama enam tahun belakangan ini, ia begitu gencar menghindari Adam—ia bahkan sempat tinggal di Spanyol selama dua tahun terakhir agar pria itu tidak bisa melacak keberadaannya.

Barulah setahun belakangan ini ia kembali ke negara asalnya, karena mendengar kabar bahwa ibunya sakit parah dan meninggal enam bulan yang lalu.

Tapi kini, setelah semua yang terjadi, Erica tahu... kembali ke kota ini bukanlah keputusan yang bijak.

Lihatlah siapa yang beberapa jam lalu ia temui di bar—pria yang sangat mungkin masih ingin menghabisinya saat ini juga.

Saat Erica sedang dilanda keresahan dan pikirannya kacau, matanya tiba-tiba menangkap sebuah judul di sudut layar jurnal berita.

“Pewaris Kingsley akan menikah dengan putri bungsu keluarga Robert.”

Ada sesuatu yang aneh yang ia rasakan. Perasaan yang mengusik tanpa alasan, seperti duri kecil yang menusuk di antara napasnya. Tapi Erica bahkan tak ingin repot-repot mencari tahu apa itu. Ia tak punya waktu untuk menganalisis gejolak batin atau membiarkan pikirannya terjebak dalam bayang-bayang hubungan asmara Adam.

Karena ini bukan saatnya merasa terganggu oleh itu.

Ia punya hal yang jauh lebih penting yaitu melarikan diri dari pria itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 6

    Adam baru saja keluar dari kantornya dan kini berada di dalam mobil, dengan Sebastian yang setia duduk di kursi kemudi. Gila kerja adalah julukan yang sudah mendarah daging dalam diri Adam Kingsley. Sejak kepergian Erica, hidupnya hanya dihabiskan untuk bekerja—seperti mesin tanpa jiwa. Tapi jika harus bekerja hingga tengah malam? Itu sudah masuk dalam kategori kegilaan yang tak tertoleransi. Bahkan sekarang waktu sudah menunjukan dini hari. Adam menoleh ke arah Sebastian dengan nada datar. “Bagaimana kabar terbaru dari Leanor?” Dari helaan napas Sebastian yang berat, Adam langsung tahu bahwa berita yang akan ia dengar bukan kabar baik. “Nyonya Leanor pergi ke bar langganannya dan mabuk-mabukan bersama seorang gadis berambut pirang.” Adam mengusap wajahnya dengan frustasi sebelum mendesis, “Kenapa Leanor masih berteman dengan gadis aneh itu?” Adam menatap lurus ke depan, matanya tajam dan suaranya penuh sarkasme. “Kau tahu, Sebastian, namanya Lusy Smith. Campuran Rusia, da

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 5

    Enam tahun yang lalu Erica menatap Adam yang tengah memakai kembali pakaiannya. Seperti malam sebelumnya, pria itu juga menginap di kamar asrama Erica. Malam itu mungkin menjadi malam terakhir mereka, karena keesokan harinya Adam akan pergi ke Swiss untuk menemani ayahnya dalam perjalanan bisnis. Meski ini adalah tahun terakhir Adam di perguruan tinggi, tapi ayah Adam sangat berambisi untuk memberi teori-teori kepemimpinan kepada putranya—meski Erica tidak terlalu yakin dengan itu. Kepergian Adam seolah hanya siasat agar pria itu menjauh darinya—menjauh dari gadis beasiswa yang digosipkan sering menghabiskan malam dengan Adam. Sadar diperhatikan, Adam akhirnya membalikkan badan. Ia tersenyum saat melihat Erica menatapnya sambil berbaring dengan selimut menutupi tubuh telanjangnya. Itu adalah pemandangan paling seksi menurutnya. "Sayang, jangan menatapku seperti itu. Kau tidak akan mengambil risiko jika aku membatalkan keberangkatanku, kan?" ucap Adam dengan suara lembut.

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 4

    Pagi itu Adam bangun karena cahaya matahari menerobos melalui tirai dan mengganggu pandangannya. Setelah menggerak-gerakkan tubuh dan mengerjab beberapa kali, akhirnya Adam bisa membuka matanya dengan sempurna. Satu hal yang langsung terbesit dalam benaknya adalah Leanor Erica. Rahang Adam perlahan mengeras saat melihat ruangan itu sudah sepi, tidak ada tanda-tanda gadis bergaun ketat yang mendesah di atas tubuhnya tadi malam. Dan Adam benci setiap kali teman satu ranjangnya pergi sebelum ia bangun. Dimatanya itu seperti sebuah peghinaan. Adam meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang. Pada dering kedua, seorang wanita menyahut dari sana. “Nyonya Jane, tidak ku sangka pelayanan yang kau berikan sangat buruk. Aku membayar satu setengah juta dolar bukan untuk melihat ranjang di sebelahku kosong. Rosse kecilmu kabur sebelum aku membuka mata pagi ini.” Suara gugup Madame Jane terdengar dari sana. “Maaf, Tuan Adam. Jika itu mengecewakanmu, aku akan mengirim gadis terbaik ka

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 3

    Malam itu Erica melayani Adam, tapi ada yang berbeda dengan kliennya kali ini.Adam bermain dengan sangat kasar, ia bahkan memasuki Erica tanpa pemanasan atau pelumas, membuat Erica mengerang kesakitan sepanjang malam.Setelah berjam-jam dalam permainan panas, akhirnya Adam tumbang juga. Tubuhnya terkapar di sisi ranjang dengan selimut menutupi sebatas pinggang.Kesempatan itu digunakan Erica untuk melihat wajah pria itu lebih jelas, karena sejak pertama kali bertemu tadi ia bahkan belum bisa menatap Adam dengan benar.Wajahnya masih tampan dengan sudut rahang yang tegas, hanya ada beberapa perubahan seperti bulu-bulu halus di sekitar rahangnya dan jakun yang mulai terbentuk semakin seksi, menandakan bahwa pria itu sudah berubah lebih dewasa. Tapi di mata Erica, saat Adam memejamkan mata, ia masih mirip dengan pria yang selalu menemani kamar asramanya bertahun-tahun silam.Erica menghela napas panjang, berusaha menepis perasaan aneh itu. Bagaimanapun ia melihatnya, pria yang sedang be

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 2

    Suasana Ruangan VVIP yang semula tenang berubah menjadi tegang saat Adam mulai bangkit dari duduknya dan berjalan perlahan ke arah Erica. Cahaya lampu kristal yang mewah memantul di lantai marmer, menciptakan kilauan yang kontras dengan ketegangan yang terasa di udara.“Sudah berapa tahun kita tidak bertemu Leonor?” tanyanya menggelegak tenggorokan. “Ah, enam tahun sekiranya sejak kau menghilang?”Setiap langkah Adam terasa ringan dan seakan bisa mencuri detak jantung Erica. Ia ingin kabur, melarikan diri dari tatapan intens Adam yang seakan menusuk jiwanya. Namun, tubuhnya terasa membeku, seolah terpaku di tempat.Aroma parfum mahal dan aroma anggur mahal memenuhi ruangan, tetapi Erica hanya mampu merasakan keringat dingin yang membasahi kulitnya. Ia merasa tercekik, sesak napas. Ketakutan yang amat sangat menguasai dirinya. Adam terus mendekat dan mempersempit jarak di antara mereka. Ia berharap ada keajaiban yang bisa menyelamatkannya dari situasi yang mencekam ini."Maukah kau men

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 1

    Leanor Erica tiba di depan club malam Diamond, tempat hiburan paling elit dan terkenal di New York, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Hari ini adalah jadwal mendadak yang diatur oleh Madame Jane untuknya. Meski Erica sudah meminta cuti sehari sebelumnya, pemilik rumah bordil berkedok bar elit itu masih terus memaksanya, atau yang lebih tepat membujuknya. "Klien yang akan kau temani malam ini, bukan pria biasa, Rosse. Ia pewaris sebuah perusahaan besar yang sekarang berkembang paling pesat di negara ini. Pria itu bahkan tak segan mengeluarkan setengah juta dolar sebagai uang muka dan satu juta lagi setelah kau selesai memuaskannya." "Kenapa ragu, Rosse'i? Kau bisa mengantongi setengahnya, dan tentu operasi Elea bisa segera dilakukan." Tentu, saat mendengar nama Elea disebut, hati Erica langsung menciut, hingga akhirnya ia menyetujui permintaan Madame Jane. Toh, ia sudah terbiasa menghabiskan satu malam dengan para pria hidung belang lainnya selama ini, jadi kenapa harus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status