Share

Bab 6

last update Last Updated: 2025-08-06 20:33:28

Adam baru saja keluar dari kantornya dan kini berada di dalam mobil, dengan Sebastian yang setia duduk di kursi kemudi.

Gila kerja adalah julukan yang sudah mendarah daging dalam diri Adam Kingsley. Sejak kepergian Erica, hidupnya hanya dihabiskan untuk bekerja—seperti mesin tanpa jiwa. Tapi jika harus bekerja hingga tengah malam? Itu sudah masuk dalam kategori kegilaan yang tak tertoleransi. Bahkan sekarang waktu sudah menunjukan dini hari.

Adam menoleh ke arah Sebastian dengan nada datar. “Bagaimana kabar terbaru dari Leanor?”

Dari helaan napas Sebastian yang berat, Adam langsung tahu bahwa berita yang akan ia dengar bukan kabar baik.

“Nyonya Leanor pergi ke bar langganannya dan mabuk-mabukan bersama seorang gadis berambut pirang.”

Adam mengusap wajahnya dengan frustasi sebelum mendesis, “Kenapa Leanor masih berteman dengan gadis aneh itu?”

Adam menatap lurus ke depan, matanya tajam dan suaranya penuh sarkasme. “Kau tahu, Sebastian, namanya Lusy Smith. Campuran Rusia, dan dia punya kebiasaan mendengkur yang buruk. Leanor selalu membicarakannya di depanku. Aku bahkan bisa menebak kalau gadis aneh itu terlahir sebagai pria, Leanor pasti sudah menikahinya sejak dulu!”

Adam mengoceh panjang lebar dengan nada khasnya yang dingin dan penuh sindiran. Sementara itu, Sebastian hanya bisa melirik lewat kaca spion, menatap atasannya yang luar biasa absurd—bingung sekaligus terpukau karena Adam tahu banyak tentang teman Leanor bahkan hal-hal yang tidak penting sekalipun. Itu bahkan kalimat terpanjang yang ia dengar keluar dari mulut Adam seharian ini.

Barulah setelah melihat Adam tak lagi berbicara, Sebastian akhirnya memberanikan diri menyampaikan berita yang lebih buruk.

“Laporan dari mata-mata yang mengikuti Nyonya Leanor... dia mendengar Nyonya Leanor bersama gadis pirang itu—maksud saya, Lusy Smith. Keduanya tampak merayakan sesuatu yang berhubungan dengan Tuan.”

Alis Adam kembali terangkat, membentuk raut bingung yang khas. “Aku?” tanyanya datar.

Sebastian mengangguk pelan. “Itu kalimat yang buruk, Tuan. Mereka mengatakan semacam umpatan Tuan akan mendekam di neraka dan terbakar bersama semua harta Tuan.”

Adam diam. Mulutnya tak bergerak, tapi rahangnya mengeras.

Sebastian melanjutkan, suaranya tercekat di tenggorokan. “Bahkan Lusy sempat bertanya pada Nyonya Leanor, apakah Tuan punya semacam bisul di bokong.”

Adam akhirnya melirik, mata tajamnya menatap sekilas. “Lalu apa jawabannya?”

Sebastian menelan ludah. “Nyonya Leanor bilang... tidak ada. Katanya, tubuh Tuan masih saja luar biasa. Tanpa cacat sedikit pun.”

Hening.

Beberapa detik kemudian, terdengar kekehan kecil dari Adam. Suara yang sangat langka, sesuatu yang hampir tak pernah terdengar dari bibirnya.

“Leanor benar-benar gila,” gumamnya pelan, seperti berbicara pada dirinya sendiri. “Dalam kondisi mabuk pun... dia masih memujaku.”

Sebastian tahu Adam Kingsley adalah pria yang cukup percaya diri dam narsis.

Adam menghela napas, lalu bersandar ke kursi dengan ekspresi sulit diartikan. Antara geli, getir, dan sedikit ketertarikan.

“Katakan pada pengawal yang mengikuti mereka untuk memastikan Leanor sampai ke rumahnya dengan aman.”

Sebastian mengangguk hormat. “Baik, Tuan.”

Namun dari kaca spion, Sebastian bisa melihatnya perubahan suasana hati yang signifikan di wajah Adam Kingsley.

.

.

Setelah semalaman mabuk di bar langganannya bersama Lusy, pagi itu Erica terbangun dalam keadaan paling buruk. Kepalanya terasa seolah pecah, denyutnya berirama kacau seperti hentakan drum. Tapi nada dering ponsel sialan itu terus berbunyi dan memaksanya membuka mata.

“Halo?” gumamnya dengan suara serak dan mata setengah terbuka.

Suara seorang perempuan menyahut dari seberang. Erica langsung mengenalinya. Itu suara dokter yang selama ini menangani Elea.

“Nyonya Erica, saya ingin menyampaikan kabar buruk... Operasi Elea yang dijadwalkan minggu depan terpaksa dibatalkan. Pendonornya membatalkan secara sepihak.”

Erica sontak terbangun, duduk tegak di atas ranjang.

“Apa?!” teriaknya .

.

.

Jadi, di sanalah Erica kini duduk kembali di bangku taman, berusaha menenangkan diri sambil mencoba menghubungi keluarga pendonor. Namun, meski sudah puluhan kali ia menekan tombol panggil, hasilnya tetap sama—semua panggilan dialihkan ke pesan suara.

Tak lama kemudian, Lusy menelepon. Erica menjawab panggilan itu dengan berat hati.

“Halo,” ucapnya lirih, nyaris seperti bisikan halus.

Dari seberang, terdengar tarikan napas panjang sebelum Lusy berkata, “Semuanya pasti akan baik-baik saja, Erica. Pihak rumah sakit pasti akan menemukan pendonor baru.”

Erica hanya membalas dengan gumaman pelan. Dalam hatinya, ia tahu semuanya tidak akan baik-baik saja. Ia telah bekerja mati-matian mengumpulkan uang, menanti hari di mana Elea akan dioperasi. Membayangkan gadis kecilnya bisa kembali berlari saja sudah cukup untuk membuatnya bahagia.

Tapi pagi ini, harapan itu kembali direnggut begitu saja.

Seolah takdir belum puas mempermainkannya.

“Erica?” terdengar suara Lusy lagi dari seberang telepon.

Erica mendesah pelan. “Aku baik-baik saja, Lusy. Terima kasih... Tapi aku harus pergi sekarang. Selamat tinggal.”

Panggilan diakhiri, Erica terdiam menatap lurus kedepan sana, tangannya meremas benda pipih ditangannya berharap bisa menyalurkan semua keputusasaannya.

Siang itu, Erica memilih untuk kembali ke kamar Elea. Gadis kecil itu tertidur setelah meminum obatnya.

Bibirnya membiru dan wajahnya pucat. Bahkan, Elea sudah kehilangan pipinya yang bulat.

Satu-satunya hal yang menunjukkan bahwa putrinya itu masih tertidur adalah suara helaan napasnya yang pelan.

Erica masih berdiri di ambang pintu, sama sekali tak berani melangkah, karena ia yakin—jika ia mendekat, ia tidak akan bisa menahan air matanya.

Ia tahu, semua penyebab kesakitan Elea berasal dari pil yang diberikan oleh wanita itu. Dan saat mengingatnya, kemarahan Erica kembali berkobar.

Tapi bisakah ia benar-benar membalas wanita kejam itu? Jika menyentuh ujung jarinya saja Erica tak bisa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 6

    Adam baru saja keluar dari kantornya dan kini berada di dalam mobil, dengan Sebastian yang setia duduk di kursi kemudi. Gila kerja adalah julukan yang sudah mendarah daging dalam diri Adam Kingsley. Sejak kepergian Erica, hidupnya hanya dihabiskan untuk bekerja—seperti mesin tanpa jiwa. Tapi jika harus bekerja hingga tengah malam? Itu sudah masuk dalam kategori kegilaan yang tak tertoleransi. Bahkan sekarang waktu sudah menunjukan dini hari. Adam menoleh ke arah Sebastian dengan nada datar. “Bagaimana kabar terbaru dari Leanor?” Dari helaan napas Sebastian yang berat, Adam langsung tahu bahwa berita yang akan ia dengar bukan kabar baik. “Nyonya Leanor pergi ke bar langganannya dan mabuk-mabukan bersama seorang gadis berambut pirang.” Adam mengusap wajahnya dengan frustasi sebelum mendesis, “Kenapa Leanor masih berteman dengan gadis aneh itu?” Adam menatap lurus ke depan, matanya tajam dan suaranya penuh sarkasme. “Kau tahu, Sebastian, namanya Lusy Smith. Campuran Rusia, da

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 5

    Enam tahun yang lalu Erica menatap Adam yang tengah memakai kembali pakaiannya. Seperti malam sebelumnya, pria itu juga menginap di kamar asrama Erica. Malam itu mungkin menjadi malam terakhir mereka, karena keesokan harinya Adam akan pergi ke Swiss untuk menemani ayahnya dalam perjalanan bisnis. Meski ini adalah tahun terakhir Adam di perguruan tinggi, tapi ayah Adam sangat berambisi untuk memberi teori-teori kepemimpinan kepada putranya—meski Erica tidak terlalu yakin dengan itu. Kepergian Adam seolah hanya siasat agar pria itu menjauh darinya—menjauh dari gadis beasiswa yang digosipkan sering menghabiskan malam dengan Adam. Sadar diperhatikan, Adam akhirnya membalikkan badan. Ia tersenyum saat melihat Erica menatapnya sambil berbaring dengan selimut menutupi tubuh telanjangnya. Itu adalah pemandangan paling seksi menurutnya. "Sayang, jangan menatapku seperti itu. Kau tidak akan mengambil risiko jika aku membatalkan keberangkatanku, kan?" ucap Adam dengan suara lembut.

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 4

    Pagi itu Adam bangun karena cahaya matahari menerobos melalui tirai dan mengganggu pandangannya. Setelah menggerak-gerakkan tubuh dan mengerjab beberapa kali, akhirnya Adam bisa membuka matanya dengan sempurna. Satu hal yang langsung terbesit dalam benaknya adalah Leanor Erica. Rahang Adam perlahan mengeras saat melihat ruangan itu sudah sepi, tidak ada tanda-tanda gadis bergaun ketat yang mendesah di atas tubuhnya tadi malam. Dan Adam benci setiap kali teman satu ranjangnya pergi sebelum ia bangun. Dimatanya itu seperti sebuah peghinaan. Adam meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang. Pada dering kedua, seorang wanita menyahut dari sana. “Nyonya Jane, tidak ku sangka pelayanan yang kau berikan sangat buruk. Aku membayar satu setengah juta dolar bukan untuk melihat ranjang di sebelahku kosong. Rosse kecilmu kabur sebelum aku membuka mata pagi ini.” Suara gugup Madame Jane terdengar dari sana. “Maaf, Tuan Adam. Jika itu mengecewakanmu, aku akan mengirim gadis terbaik ka

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 3

    Malam itu Erica melayani Adam, tapi ada yang berbeda dengan kliennya kali ini.Adam bermain dengan sangat kasar, ia bahkan memasuki Erica tanpa pemanasan atau pelumas, membuat Erica mengerang kesakitan sepanjang malam.Setelah berjam-jam dalam permainan panas, akhirnya Adam tumbang juga. Tubuhnya terkapar di sisi ranjang dengan selimut menutupi sebatas pinggang.Kesempatan itu digunakan Erica untuk melihat wajah pria itu lebih jelas, karena sejak pertama kali bertemu tadi ia bahkan belum bisa menatap Adam dengan benar.Wajahnya masih tampan dengan sudut rahang yang tegas, hanya ada beberapa perubahan seperti bulu-bulu halus di sekitar rahangnya dan jakun yang mulai terbentuk semakin seksi, menandakan bahwa pria itu sudah berubah lebih dewasa. Tapi di mata Erica, saat Adam memejamkan mata, ia masih mirip dengan pria yang selalu menemani kamar asramanya bertahun-tahun silam.Erica menghela napas panjang, berusaha menepis perasaan aneh itu. Bagaimanapun ia melihatnya, pria yang sedang be

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 2

    Suasana Ruangan VVIP yang semula tenang berubah menjadi tegang saat Adam mulai bangkit dari duduknya dan berjalan perlahan ke arah Erica. Cahaya lampu kristal yang mewah memantul di lantai marmer, menciptakan kilauan yang kontras dengan ketegangan yang terasa di udara.“Sudah berapa tahun kita tidak bertemu Leonor?” tanyanya menggelegak tenggorokan. “Ah, enam tahun sekiranya sejak kau menghilang?”Setiap langkah Adam terasa ringan dan seakan bisa mencuri detak jantung Erica. Ia ingin kabur, melarikan diri dari tatapan intens Adam yang seakan menusuk jiwanya. Namun, tubuhnya terasa membeku, seolah terpaku di tempat.Aroma parfum mahal dan aroma anggur mahal memenuhi ruangan, tetapi Erica hanya mampu merasakan keringat dingin yang membasahi kulitnya. Ia merasa tercekik, sesak napas. Ketakutan yang amat sangat menguasai dirinya. Adam terus mendekat dan mempersempit jarak di antara mereka. Ia berharap ada keajaiban yang bisa menyelamatkannya dari situasi yang mencekam ini."Maukah kau men

  • Aku (bukan) Jalangmu   Bab 1

    Leanor Erica tiba di depan club malam Diamond, tempat hiburan paling elit dan terkenal di New York, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Hari ini adalah jadwal mendadak yang diatur oleh Madame Jane untuknya. Meski Erica sudah meminta cuti sehari sebelumnya, pemilik rumah bordil berkedok bar elit itu masih terus memaksanya, atau yang lebih tepat membujuknya. "Klien yang akan kau temani malam ini, bukan pria biasa, Rosse. Ia pewaris sebuah perusahaan besar yang sekarang berkembang paling pesat di negara ini. Pria itu bahkan tak segan mengeluarkan setengah juta dolar sebagai uang muka dan satu juta lagi setelah kau selesai memuaskannya." "Kenapa ragu, Rosse'i? Kau bisa mengantongi setengahnya, dan tentu operasi Elea bisa segera dilakukan." Tentu, saat mendengar nama Elea disebut, hati Erica langsung menciut, hingga akhirnya ia menyetujui permintaan Madame Jane. Toh, ia sudah terbiasa menghabiskan satu malam dengan para pria hidung belang lainnya selama ini, jadi kenapa harus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status