Share

Bab 16 Butuh Kepastian

last update Huling Na-update: 2025-07-26 18:26:59

“Eh-eh, awas!” teriak Dirga.

Dirga menarik rem secara mendadak. Seorang anak kecil tiba-tiba menyeberang dan hampir saja tertabrak oleh motor yang dikendarai oleh Dirga.

“Sial, hari ini ada saja yang membuatku jengkel!” gerutu Dirga.

“Aku pikir nenek-nenek tadi mau bekerja sama denganku. Sudah tua tidak tahu diuntung. Sudah benar menerima tawaranku, tapi dia malah menjebakku. Sialan sekali wanita bau tanah itu,” gumam Dirga.

Lelaki itu kembali melajukan motornya hendak pulang ke rumah.

“Kamu habis dari mana sih, Dir? Wajah kamu terlihat kacau sekali,” sapa bu Tami.

“Aku habis dari toko pakaian saingan kita, Bu. Pelangganku banyak yang kabur ternyata gara-gara toko itu berdiri belum lama ini,” jawab Dirga.

Bu Tami yang tengah membaca majalah, segera meletakkan majalah tersebut ke atas meja. Ia membuka kacamata yang semula bertengger di hidungnya.

“Saingan?” tanya bu Tami.

Dirga menghempaskan bokongnya di atas sofa. Ia memijat pelipisnya, merasa pusing dengan kejadian tidak mengenakkan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
carsun18106
vina hamidun???
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 16 Butuh Kepastian

    “Eh-eh, awas!” teriak Dirga.Dirga menarik rem secara mendadak. Seorang anak kecil tiba-tiba menyeberang dan hampir saja tertabrak oleh motor yang dikendarai oleh Dirga.“Sial, hari ini ada saja yang membuatku jengkel!” gerutu Dirga.“Aku pikir nenek-nenek tadi mau bekerja sama denganku. Sudah tua tidak tahu diuntung. Sudah benar menerima tawaranku, tapi dia malah menjebakku. Sialan sekali wanita bau tanah itu,” gumam Dirga.Lelaki itu kembali melajukan motornya hendak pulang ke rumah.“Kamu habis dari mana sih, Dir? Wajah kamu terlihat kacau sekali,” sapa bu Tami.“Aku habis dari toko pakaian saingan kita, Bu. Pelangganku banyak yang kabur ternyata gara-gara toko itu berdiri belum lama ini,” jawab Dirga.Bu Tami yang tengah membaca majalah, segera meletakkan majalah tersebut ke atas meja. Ia membuka kacamata yang semula bertengger di hidungnya.“Saingan?” tanya bu Tami.Dirga menghempaskan bokongnya di atas sofa. Ia memijat pelipisnya, merasa pusing dengan kejadian tidak mengenakkan

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 15 Orang Kaya Baru

    “M-mas Ello,” gumam Asri.Asri tidak menyadari kedatangan Ello. Tiba-tiba saja lelaki itu telah berada di belakangnya. Ia terlalu fokus menatap ponselnya, hingga suara pintu terbuka pun, ia tidak mendengar.“Senang menjadi orang kaya baru?” tanya Ello.Asri tidak menjawab, melihat sikap Ello yang tidak bersahabat dari awal, membuatnya merasa tidak nyaman.Ello pun duduk di seberang Asri. Bersikap santai dan dingin dengan sebelah kaki bertumpu pada kaki satunya lagi.“Kenapa diam?” tanya Ello.“A-aku … aku ….”“Sudah aku duga, kau hanya menjual kesedihan kamu saja. Demi mendapatkan harta oma, kamu rela menjatuhkan harga dirimu. Padahal kamu masih punya suami. Tidak sepantasnya kamu mengemis harta dari orang lain,” cetus Ello.Perasaan Asri begitu sakit mendengar perkataan dari lelaki itu. Namun, jika ia tidak menerima uang dan rumah pemberian oma Nira, mungkin saat ini Asri masih tinggal di ujung telunjuk keluarga Dirga.Asri menghela napas panjang, berusaha tegar dengan semua ucapan y

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 14 Tidak Terpengaruh

    “Baiklah!” seru si nenek menyetujui.Bibir lelaki itu melengkung membentuk sebuah senyuman. Ia yakin, usahanya menghasut orang-orang lewat si nenek, akan berhasil dan membawa mereka kembali untuk menjadi pelanggannya.“Nah … gitu dong, Nek. Sebentar, ya,” ucap Dirga.Dirga merogoh saku celananya, mengambil dompet dan meraup isinya. Tidak masalah uang hasil berjualan tadi, ia akan kasih kepada si nenek, asalkan orang-orang kembali berbelanja di toko miliknya, pikir Dirga.“Ini, Nek. Uang buat Nenek, nanti bajunya nyusul. Setelah Nenek berhasil menghasut mereka, Nenek bisa ikut saya ke toko saya. Saya akan berikan baju-baju baru dan bagus buat Nenek,” lanjut Dirga.Si nenek tersenyum kecil, menatap sejumlah uang berwarna merah, sebanyak 2 lembar.“Ini ambil, Nek. Jangan sungkan, ini buat Nenek semuanya,” ujar Dirga.Bukannya meraih uang itu, si nenek malah meraih tangan Dirga.“Baiklah, Nak. Kalau begitu ikut Nenek juga ke kantor polisi. Kita bicarakan ini di sana saja. Bagaimana?” tany

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 13 Siasat Dirga

    "Sinar Asri Fashion? Aku baru tahu kalau ada toko baju bernama Sinar Asri Fashion. Sejak kapan ada toko pakaian itu?” gumam Dirga.Dirga membaca caption yang tertera di postingan itu. Ternyata toko itu belum lama buka dan baru-baru ini viral. Namun, Dirga baru tahu akan hal itu. Tampak di postingan tersebut, banyak orang-orang berbondong-bondong memasuki toko tersebut.Dari mulai anak-anak hingga dewasa, tampak dalam postingan itu mereka membludak mendatangi toko tersebut.“Jl. Gagak nomor 15? Ini kan tidak begitu jauh dari sini. Apa mungkin pemicu toko baju ibu sepi, gara-gara ada toko ini?” gumam Dirga, pikirannya menduga-duga akan hal itu.Dirga menghela napas panjang, lantas menyimpan kembali ponselnya di saku celana.“Ini tidak bisa dibiarkan. Kalau terus menerus dibiarkan seperti ini, bisa bangkrut toko pakaian ibuku. Tidak, aku harus mengambil tindakan sebelum semua itu terjadi!” Dirga berdiri lalu keluar dari kamarnya.Dengan langkah lebarnya, Dirga berjalan cepat melewati ibu

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 12 Perbincangan Hangat

    “Mas, apa yang kamu lakukan?” tanya Dirga, ia tak habis pikir dengan sikap Ferdi yang baru saja datang dan berubah kasar.Semua orang di rumah itu serempak berdiri, pusat perhatian mereka tertuju pada amarah anak sulung keluarga itu.“Diam kamu, Dirga! Tidak usah kamu membelanya. Wanita ini memang sangat pantas aku tampar. Bahkan lebih dari ini pun, dia pantas menerimanya!” tunjuk Ferdi ke arah wajah Debi.Debi memegangi pipinya, ia begitu terkejut dengan perlakuan kasar suaminya yang secara tiba-tiba.Semua orang tidak paham dengan permasalahan yang terjadi. Dirga lantas bertanya, “Memangnya apa yang dilakukan Mbak Debi?”“Iya, Ferdi, kenapa kamu menampar istri kamu? Apa yang dia lakukan? Di sini ada kedua anakmu, mereka melihat sikap kamu yang kasar. Apa kamu tidak kasihan sama mereka?” timpal bu Tami.Ferdi mengusap kasar wajahnya, lalu menoleh ke arah kedua anak kembarnya yang berdiri ketakutan di belakang tubuh Dirga.“Rina, Rani, sebaiknya kalian masuk ke dalam kamar!” titah Fer

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 11 Menurun

    “Mikir nggak, apa yang sudah kamu lakukan? Dengar, aku bisa dipecat gara-gara ini!” ujar Dirga, tampak kilat kemarahan di matanya.Debi membekap mulutnya sendiri, mata yang membulat, tatapan penuh keterkejutan.“Ma-maksud kamu, Mas?” tanya Debi, nada bicaranya berubah gugup.Ferdi mengusap kasar wajahnya, sorot matanya menyiratkan kemurkaan yang membara.“Dia adalah bosku, orang yang menggajiku selama aku kerja di perusahaannya. Dan sekarang kamu … kamu membuat masalah seperti ini!” desis Ferdi.Debi tertunduk, wajahnya memucat seiring ucapan Ferdi yang terlontar.“Kamu harus minta maaf sama bosku, bila perlu kamu sujud di kakinya,” ujar Ferdi.“A-aku … aku!” Debi menghela napas panjang.“Iya, aku akan minta maaf sama bos kamu. Aku tidak tahu kalau wanita itu adalah bos kamu, Mas. Aku pikir kalian ada hubungan spesial di belakangku,” sahut Debi.Wanita yang diketahui adalah atasan Ferdi pun keluar dari toilet. Ia berjalan melewati Ferdi dan hendak pergi menaiki taksi.“Bu, saya minta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status