Setelah mengirimkan pesan aku pergi menuju kantor karena Zayn sudah marah-marah karena aku telat datang.
Sesampainya di kantor aku langsung menuju ke ruangan nya Zayn, dan disana aku melihat kejadian tak terduga.
"Mas, maaf aku…" ucapku yang langsung terdiam melihat apa yang terjadi di depanku.
"Maaf, aku ganggu ya.." ucapku sambil pergi meninggalkan ruangan Zayn.
Aku pergi dengan rasa kesal dan menangis. Lalu Zayn pun langsung mengejarku.
"Rania, tunggu. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan." Ucapnya sambil mengejar ku.
"Rania." Ucapnya sambil memegang tanganku lalu menarikku.
"Rania, dengarkan penjelasanku, kamu jangan kaya anak kecil gini, emang kamu nggak malu apa liat banyak orang yang ngeliatin kita. Ayo masuk ke mobil nanti aku jelasin di mobil." Ucapnya sambil meminta ku masuk ke mobil.
Di perjalanan aku hanya diam. Tanpa melihat ke arahnya.
"Rania, itu semua nggak seperti yang kamu pikirkan, tadi dia nggak sengaja terjatuh, saat hendak memberikan file untuk bahan rapat sekarang."
" Percaya lah, aku nggak akan macam-macam."
" Jadi kamu nggak usah berpikir macam-macam juga." Jelasnya padaku.
"Aku nggak cemburu kok, terus aku juga percaya kamu emang nggak akan macam-macam. Karena kamu bukan orang yang seperti itu." Jawabku dengan ketus seraya memanyunkan bibirku.
"Lalu kenapa kamu marah?" Tanyanya dengan singkat.
"Aku kesel aja, sama sekretaris pribadi mas, dari awal bertemu, dia sudah sangat menyebalkan. Kelihatannya dia suka sama kamu mas." Jawabku yang masih kesal dengan sinis pada Zayn.
"Ya, wajar aja dia suka sama aku, aku kan udah tampan, kaya lagi, kamu juga tertarik kan sama aku dulu pas jadi sekretaris pribadiku." Jawabnya dengan rasa percaya diri yang tinggi.
"Ih, mas itu kalau kepedean boleh, tapi jangan terlalu ya mas, mana ada, yang ada dulu itu aku kesel banget sama kamu mas, orang yang seenaknya jidat, dingin, kaku. Ya mas tau sendirilah dengan sifat mas." Jelasku seraya menoleh padanya.
Dia pun tertawa terbelalak mendengar jawaban dariku.
"Tapi kan sekarang kamu cinta kan sama aku." Jawabnya dengan pandangan penuh rayuan.
"Ish, kamu itu habis makan apa sih, sampai jadi kaya gini." Jawabku seraya mengangkat bibir atas sebelah kanan dan melirik Zayn dengan sinis.
"Yaudah, sekarang kamu udah nggak kesal kan?"
"Kita makan dimana sekarang, sekarang aku terserah kamu mau makan dimana. Kamu yang pilih ya." Ucapnya sambil tersenyum.
"Aku bebas aja, gimana kamu mas, mau makan dimana. Yang deket juga gapapa, bukannya kamu mau meeting nanti pas udah makan siang. Nanti telat lagi meeting nya." Jawabku pada Zayn.
"Oke, kita makan di cafe yang biasa kita makan ya." Ucapnya sambil melajukan mobilnya ke arah cafe.
"Akhirnya sampai juga. Silahkan tuan putri." Ucapnya sambil mempersilahkan aku keluar dari mobilnya seraya membukakan pintu mobilnya.
"Terimakasih, sayang." Ucapku sambil memberikan senyuman manis.
Kami pun masuk ke dalam cafe, dan kebetulan tempat duduk yang biasa kami duduk dalam keadaan kosong.
"Kita duduk disana ya." Tawarnya sambil berjalan ke arah tempat duduknya.
"Kamu mau pesan apa? tunggu biar aku yang pesankan. Aku kan tau, makanan apa yang akan kamu pesan." Ucapnya yang terus-menerus nyerocos tanpa mendengar jawaban dariku.
"Mbak, aku pesan kepiting balado, sama nasi goreng seafood nya ya dua, terus milky late nya satu, milkshake strawberry nya satu. Udah itu saja dulu." Pesannya pada pelayan.
Saat pelayan hendak pergi menyiapkan makanan. Zayn pun kembali memesan makanan tambahan.
"Oh ya mbak satu lagi, cheese cake nya satu ya. Udah itu aja." Pesan Zayn.
"Banyak amat pesannya. Tumben kamu pesan cake, bukannya kamu nggak suka cake?" Tanyaku yang tengah heran.
"Memang aku nggak suka cake, aku pesan itu semua buat kamu. Nanti habiskan ya." Ucapnya sambil tertawa puas karena bisa mengerjai ku.
"Apa? Nggak salah itu banyak amat." Ucapku sambil terbelalak.
"Ini makanannya sudah siap. Selamat menikmati." Ucap pelayannya
"Mas, ini kebanyakan." Ucapku
"Udah makan saja yang banyak, pokoknya kamu harus habiskan ya." Ucapnya sambil menikmati makanan yang meja.
Kami pun menikmati suasana makan siang bersama, dan benar juga Zayn memaksaku untuk menghabiskan makanan yang dia pesan.
Tak berapa lama pelayan kembali datang dengan membawa dua mangkuk es krim.
"Loh, aku kan nggak pesan ini mbak." Tanya Zayn.
"Ini free pak, dari kami untuk pelanggan setia kami. Silahkan menikmati." Ucap pelayannya.
"Oh begitu, terimakasih ya mbak."
"Mas, aku kenyang loh, serius." Ucapku pada Zayn.
"Udah makan saja, lumayan kan dapat ice cream gratis." Ucapnya sambil menikmati ice cream.
"Sejak kapan mas jadi senang dapat yang gratisan gini?" Tanyaku dengan heran.
"Sejak nikah sama kamu." Ucapnya dengan singkat dan itu membuat mataku terbelalak. Aku pun tertawa kecil mendengar jawaban dari Zayn.
Kami pun menikmati ice cream.
"Gimana setelah makan ice cream, marahnya udah hilang kan?" Tanyanya.
"Ih, siapa bilang? Aku kan marahnya ke cewek itu bukan sama mas." Jawabku sambil melanjutkan makan.
"Kamu mau langsung pulang, atau mau nunggu di ruangan ku, biar nanti kita pulang bareng?" Tanyanya sambil melihat jam tangannya.
"Masih lama nggak kerjanya, kalau sebentar ya aku nunggu saja. Kalau lama.." tanyaku yang langsung terpotong oleh ucapannya.
"Ya kalau lama kamu tiduran aja, kan ada ruangan pribadi kita sayang." Ucapnya sambil tersenyum penuh dengan tatapan yang bikin hati klepek-klepek.
"Ya deh, aku nunggu saja." Jawabku.
Kami pun selesai makan siang, dan menuju ke kantor Zayn, dan langsung ke ruangan kerja Zayn."Aku meeting dulu ya, kamu kalau mau tidur, tidur saja. Nanti selesai meeting kita pulang." Ucapnya sambil keluar ruang kerja nya dan menuju ke ruangan meeting.Sambil menunggu Zayn yang tengah meeting aku mainkan hp, dengan membuka situs-situs web dan baca-baca novel online.Hingga tak terasa aku tertidur, di meja kerja Zayn.POV Zayn"Theresia, siapkan file untuk bahan meeting nanti. Aku tunggu." Pintaku pada sekretaris pribadi."Baik pak, ini sudah siap, akan saya antarkan ke ruangan Bapak." Ucap Theresia.Tok...tok...tok…"Masuk." Ucapku"Ini pak, berkas yang bapak minta, untuk di pelajari." Ucap Theresia."Ya simpan saja di mejaku." Perintahku.
POV RaniaSetelah terbangun aku langsung melihat Zayn yang tengah tertidur di sofa."Aku ketiduran pasti lama sampai dia ketiduran di sofa." Ucapku"Mas, bangun." Ucapku sambil membangunkan Zayn."Eh, aku ketiduran ya. Jam berapa ini?" Tanyanya"Udah jam 7 sayang, maaf ya aku tadi ketiduran, kenapa kamu nggak bangunin aku sih, pasti ayah dan ibu khawatir, kita belum pulang." Ucapku"Ya abis kamu nyenyak banget tidurnya sampai aku nggak tega buat bangunin." Ucapnya seraya mencubit hidungku."Pulang yuk." Ajakku pada Zayn."Ya ayok, kita pulang." Jawabnya seraya mengacak-acak rambut ku."Ih, mas ini." UcapkuKami pun langsung pulang, tapi saat kita di parkiran tiba-tiba mataku jadi buram dan gelap, dan aku pun tak sadarkan diri.POV Zayn.
Setelah Zayn mengurus administrasi, kami langsung pulang ke rumah.Disana ayah dan ibu sudah khawatir karena kita terlambat pulang."Kalian dari mana saja, oulang terlambat, tapi nggak mengabari kami disini." Tanya Ibunya Zayn"Bu, tenang saja, menantumu kan pergi dengan suaminya, kenapa khawatir sih." Ucap Ayah mertua.Zayn langsung memeluk ibunya, seraya menangis bahagia."Bu, selamat ya. Ibu sebentar lagi akan jadi nenek." Ucap Zayn sambil memeluk ibunya dengan bahagia."Apa? Jadi menantuku…" Ucap ibunya Zayn sambil menuju ke arahku."Selamat ya sayang, akhirnya doa-doa kita terkabul." Ucapnya sambil memelukku seraya mencium kening ku.Betapa bahagianya mereka setelah mendengar kabar gembira ini. Begitupun aku sendiri. Aku masih tak percaya kalau aku sekarang tengah hamil."Sekarang, kam
Siang hari aku merasa bosan dan memutuskan untuk menelpon Zayn."Halo sayang, kamu lagi sibuk?" Sapaku di telpon." Nggak, ada apa?" Tanyanya dengan singkat."Aku jenuh sayang. Mas, nanti pulang bawain aku pizza ya, tiba-tiba aku pengen banget pizza." Pintaku pada Zayn."Ya, nanti aku bawain." Jawab Zayn."Tapi aku mau nya sekarang." Pintaku"Tapi akan aku masih kerja, atau aku pesankan saja nanti biar kurir yang kirim kesana." Jelasnya"Ya udah deh, nggak usah kalau mas nggak bisa. Aku nggak maksa." Ucapku seraya menutup panggilan telefon."Ya sudah deh, aku lebih baik tidur saja." Aku pun menutup badanku dengan selimut.Saat aku hendak tertidur, tiba-tiba ada suara ketukan pintu.Tok...tok..tokAku pun langsung membuka pintu."
Saat aku memeriksa Theresia dan aku menemukan foto Zayn yang di sembunyikan di belakang tubuhnya."Apa yang akan kamu lakukan dengan foto suami saya?" Tanyaku dengan nada tinggi.Aku kesal sekali bisa-bisanya dia menyimpan foto Zayn."Ayo jawab!!!""Kenapa kamu diam?""Jangan pernah berpikir untuk macam-macam dengan suami saya, karena saya tak akan tinggal diam.""Sekarang kamu jawab, kenapa kamu mencuri foto suami saya, dan apa yang kamu lakukan di ruangan suami saya." Ucapku dengan nada tinggi dan marah.Entah kenapa, emosiku bisa tak terkontrol seperti ini, apa mungkin bawaan karena aku sedang hamil.Theresia pun mencoba kabur dengan mendorongku agar tak menghalanginya.Bruk!!!"Rania, kamu tidak apa-apa?" Tanya Zayn yang khawatir akan keadaanku.&n
Setelah beberapa saat kemudian mas Zayn beres mandi dan melihat ku yang tengah melamun."Hey, ngelamunin apa?""Nggak baik loh, ngelamun apa lagi ini udah malam gini, ayo makan udah makan kita tidur." Ucapnya sambil menyodorkan makanan padaku." Ya, mas." Jawabku sambil makan makanan yang disiapkannya.Kami pun makan bersama. Setelah selesai."Ini minum vitamin nya." Ucap Mas Zayn sambil menyodorkan aku vitamin dan segelas air putih."Terimakasih ya mas, udah perhatian sekali sama aku." Ucapku sambil memeluk tangan mas Zayn."Ya aku kan, emang harus semestinya seperti ini, selama aku bisa." Jawabnya seraya mengelus rambutku."Nak lihat ayahmu baik kan, kamu nanti harus baik juga kayak ayah kamu sekarang ya, jangan kaya sifat ayahmu dulu yang dingin kaya es batu." Ucapku seraya mengelus perutku."O
Saat diperjalanan menuju ke kantor."Nanti kalau kamu capek bilang ya, jangan biarin badan kamu kecapean. Kasian nanti anak kita. Kamu nggak mau kan terjadi apa-apa dengan anak kita kalau kamu kecapean." Jelas Zayn padaku.Aku pun mengangguk seraya tersenyum."Sebelum ke kantor kamu mau mampir dulu nggak kemana gitu atau mau cari makanan buat ngemil di kantor. Biasanya kan ibu hamil bawaannya lapar terus." Tanya Zayn seraya fokus mengemudi."Emang boleh gitu, kerja sambil makan? Bukannya dulu kamu suka marah kalau liat pegawai yang santai-santai." Tanyaku seraya menoleh ke arahnya."Memang nggak boleh, tapi kamu kan bukan pegawai ku, kamu istriku yang membantu suaminya. Lagian aku nggak mau kalau sampai anakku kelaparan di dalam perut kamu." Jawabnya seraya mengelus perutku dengan tangan kirinya karena tangan kanannya memegang kemudi."Oh, jadi Mas cuma perha
Setelah mendapat pesan dari Anita aku pun pergi ke ruangan kerja Zayn.Tok...tok...tok…"Masuk!" Perintah Zayn."Bapak memanggil saya?" Tanyaku."Iya, masuk!" Perintah Zayn, aku pun langsung masuk ke ruangan."Kamu kenapa? Tadi kata Anita, kamu buru-buru gitu ke toilet?" Tanya Zayn."Gapapa, cuma tadi tiba-tiba mual gitu." Jawabku dengan santai."Apa? Apa kamu sakit perut, atau kamu salah makan? Tadi kamu makan apa aja? Tunggu-tunggu kamu nggak makan sembarangan kan?" Tanya Zayn yang tanpa henti bertanya terus menerus."Maaf, bisa tanyanya pelan-pelan nggak?""Mas, tenang aja. Aku nggak apa-apa, ini normal kok bagi wanita yang sedang hamil muda, terus aku kan tadi makan nya bareng sama mas dan ayah ibu, kita kan makan sama-sama dan makanan nya pun sama kaya yang mas makan."