Share

Bab 4 kejutan menggembirakan

Kami pun selesai makan siang, dan menuju ke kantor Zayn, dan langsung ke ruangan kerja Zayn.

"Aku meeting dulu ya, kamu kalau mau tidur, tidur saja. Nanti selesai meeting kita pulang." Ucapnya sambil keluar ruang kerja nya dan menuju ke ruangan meeting.

Sambil menunggu Zayn yang tengah meeting aku mainkan hp, dengan membuka situs-situs web dan baca-baca novel online.

Hingga tak terasa aku tertidur, di meja kerja Zayn.

POV Zayn 

"Theresia, siapkan file untuk bahan meeting nanti. Aku tunggu." Pintaku pada sekretaris pribadi.

"Baik pak, ini sudah siap, akan saya antarkan ke ruangan Bapak." Ucap Theresia.

Tok...tok...tok…

"Masuk." Ucapku 

"Ini pak, berkas yang bapak minta, untuk di pelajari." Ucap Theresia.

"Ya simpan saja di mejaku." Perintahku.

Theresia pun berjalan ke arahku seolah dia sedang mencari kesempatan untuk mencari perhatianku.

Saat dia menyimpan file di meja ku dia tiba-tiba berdiri disebelah kiri saya. Entah kenapa tiba-tiba Theresia itu jatuh dan aku sigap untuk menolong nya.

Tapi saat aku menolongnya, pintu ruangan ku terbuka, dan Rania datang menemuiku, karena aku memang sudah janjian dengan nya. Dia melihat ku sedang memegang tangan Theresia.

Alangkah terkejutnya aku saat melihat Rania, ada di depan pintu dan melihat aku memegang tangan Theresia.

"Ah sial, dia pasti berpikir macam-macam lagi, aku harus menjelaskan semuanya dan aku harus mengejarnya terlebih dahulu." Ucapku sambil berlari mengejar Rania.

Rania pergi dengan rasa kesal dan menangis. Lalu aku pun langsung mengejarnya

"Rania, tunggu. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan." Ucapku sambil mengejarnya.

"Rania." Ucapku sambil memegang tangannya lalu menariknya

"Rania, dengarkan penjelasanku, kamu jangan kaya anak kecil gini, emang kamu nggak malu apa liat banyak orang yang ngeliatin kita. Ayo masuk ke mobil nanti aku jelasin di mobil." Ucapku sambil memintanya masuk ke mobil.

Di perjalanan dia hanya diam. Tanpa melihat ke arahku.

"Rania, itu semua nggak seperti yang kamu pikirkan, tadi dia nggak sengaja terjatuh, saat hendak memberikan file untuk bahan rapat sekarang."

" Percaya lah, aku nggak akan macam-macam."

" Jadi kamu nggak usah berpikir macam-macam juga." Jelasku padanya

"Aku nggak cemburu kok, terus aku juga percaya kamu emang nggak akan macam-macam. Karena kamu bukan orang yang seperti itu." Jawabnya dengan ketus seraya memanyunkan bibir.

"Lalu kenapa kamu marah?" Tanyaku dengan singkat.

"Aku kesel aja, sama sekretaris pribadi mas, dari awal bertemu, dia sudah sangat menyebalkan. Kelihatannya dia suka sama kamu mas." Jawabnya yang masih kesal dengan sinis padaku.

"Ya, wajar aja dia suka sama aku, aku kan udah tampan, kaya lagi, kamu juga tertarik kan sama aku dulu pas jadi sekretaris pribadiku." Jawabku seraya tersenyum kecil padanya

"Ih, mas itu kalau kepedean boleh, tapi jangan terlalu ya mas, mana ada, yang ada dulu itu aku kesel banget sama kamu mas, orang yang seenaknya jidat, dingin, kaku. Ya mas tau sendirilah dengan sifat mas." Jelasnya seraya menoleh padaku

Aku pun tertawa terbelalak mendengar jawaban darinya.

"Tapi kan sekarang kamu cinta kan sama aku." Jawabku dengan pandangan penuh rayuan.

"Ish, kamu itu habis makan apa sih, sampai jadi kaya gini." Jawabnya seraya mengangkat bibir atas sebelah kanan dan melirikku dengan sinis.

Aku pikir dia sudah tak marah lagi, akhirnya aku bawa dia ke cafe favorit dia.

Dan disana aku sengaja memesan semua makanan kesukaannya. 

Dan terakhir aku memesan ice cream karena makanan itu bagus untuk bisa membuat mood lebih baik, tapi dia pasti nggak mau kalau aku pesankan ice cream jadi aku meminta pelayan untuk menyajikannya di akhir, lalu bilang kalau itu adalah free dari pihak cafe.

Kami pun makan bersama, dan aku memintanya agar menungguku di ruangan kerja, untuk mencegah dia berpikiran macam-macam lagi, gara-gara kejadian tadi.

Saat aku beres meeting aku langsung masuk ruangan dan ketika aku masuk ruangan, aku melihatnya tengah duduk di kursi kerjaku hingga tertidur lelap.

Saat dia tertidur lelap, aku memperhatikan Rania, dia manis juga. Pantas aku begitu mencintainya.

"Hmmm, pasti dia kecapean sampai tertidur gini, pasti dia bosan sendiri disini." Ucapku dengan pelan seraya tertawa kecil. 

Aku mendiamkan nya dan tak mau membangunkan nya, aku lebih memilih tiduran di sofa. Hingga dia terbangun.

Aku melihat jam ternyata sudah waktunya jam pulang, tapi dia masih saja tertidur. 

"Aku lebih baik, tunggu dia bangun saja. Sambil menunggu dia bangun, aku minum teh dulu saja." Ucapku sambil memesan teh hijau dan segelas susu panas agar dia pas bangun, langsung aku suruh minum susu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status