Share

(03) A Girl or A Boy?

Setibanya di rumah, Ryan langsung berjalan menuju kamar adiknya. Ia baru saja mendapat laporan dari Kavin bahwa adiknya itu bolos sekolah. Benar saja, setelah membuka pintu kamar adiknya, Ryan langsung disuguhi dengan pemandangan sang adik yang sedang tertidur lelap di ranjang. Pantas saja gadis itu menghiraukan semua panggilan telfon darinya.

Iseng, Ryan melemparkan ransel sekolahnya ke atas ranjang. Guncangan yang tiba-tiba itu sontak membuat adiknya terbangun.

Gadis itu mendengus sebal. "Ah Kak Ryan, ganggu aja deh," ujar sang adik. Gadis itu masih tetap berbaring di sana, sama sekali tidak berniat untuk beranjak. Ia malah mencoba memejamkan matanya kembali.

“Kenapa hari ini kamu bolos sekolah?” Tanya Ryan. Semalam ia menginap di rumah Yovan untuk bertanding game dan berangkat sekolah dari sana. Ia tidak sempat mengawasi apakah adiknya sudah berangkat sekolah atau belum. Adiknya ini cerdas, namun sangat malas untuk masuk sekolah. Lain halnya dengan Ryan, ia tidak pernah bisa menyaingi kecerdasan sang adik. Ia merupakan tipe orang pelupa, khususnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran sekolah.

Ryan dan adiknya tidak bersekolah di tempat yang sama. Ryan bersekolah di sekolah khusus pria, sedangkan sang adik bersekolah di sekolah campuran yang berlokasi tak jauh dari rumah.

Sang adik mengucek matanya pelan. “Aku kesiangan, Kak. Aku baru benar-benar bangun jam 11 siang, jadi aku lanjut tidur lagi aja. Kakak enggak membangunkan aku sih.”

“Kakak juga terlambat bangun. Kakak benar-benar lupa untuk menelfon dan membangunkanmu. Lagi pula, tadi pagi Kavin sudah datang ke sini untuk mengantar kamu ke sekolah, kan?”

Gadis itu mengubah posisi menjadi duduk. Ia mengamati sang kakak yang sibuk mengeluarkan barang-barang dari tasnya. Kakaknya itu memang sering kali lupa kalau ini bukan kamarnya, lalu kerap kali meletakkan barang-barang dan menumpang mandi di kamar sang adik. “Kavin sudah aku usir. Dia mengganggu tidurku. By the way, ini kamarku, Kak."

Ryan seakan baru tersadar lalu terkekeh pelan. “Oh iya, hehe. Ya sudah enggak apa-apa. Kakak mau mandi dulu. Kamu juga bangun dong. Jangan diam di kasur melulu. Setelah Kakak selesai mandi, kita cari makan yuk. Nanti Kavin dan Yovan menyusul,” kata Ryan sambil membuka seragam sekolahnya dan meninggalkannya di lantai. Cowok itu berjalan ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur sang adik.

“Ya sudah, kalau begitu aku beres-beres dulu deh,” jawab sang adik. Gadis itu memungut seragam kakaknya yang berserakan di lantai kamar. Ia melihat ada semacam noda kopi yang sudah mengering.

Si adik mendengus kesal. "Kak, kenapa seragamnya bisa sampai kotor begini sih? Nanti aku kesulitan mencucinya!" Teriaknya. Jengkel, ia mematikan lampu kamar mandi dan berjalan keluar kamar untuk mencuci baju.

"ARIANAAAA !!!"

*****

Sesampainya di restoran, Ryan dan Ariana menghampiri Kavin dan Yovan yang sudah tiba lebih dulu. Kalau saja Ariana tidak menceramahi Ryan tentang bagaimana ia harus selalu menjaga pakaiannya dari noda-noda yang sulit hilang agar sang adik tidak kesulitan dalam mencuci pakaian, mereka pasti sudah datang 30 menit lebih awal. Adiknya itu memang sangat cerewet.

Yovan menatap kedua anak kembar yang lebih muda satu tahun darinya itu sambil terkekeh pelan. Yovan sudah diberitahu oleh Ryan terkait alasan yang membuat mereka terlambat. Ariana yang notabene lebih muda 7 menit dibandingkan Ryan memang galak dan buas layaknya hiu saat marah. Ariana tidak akan peduli, mau itu adalah saudara kembarnya sendiri atau bukan. Ia akan langsung menyemprot orang yang membuatnya marah.

Ryan dan Ariana bak pinang dibelah dua. Mereka adalah kembar identik. Tinggi badan keduanya bahkan hampir sama, membuat orang lain semakin sulit membedakan mereka. Untungnya Ariana adalah tipikal cewek feminim namun galak yang gemar membiarkan rambutnya tergerai panjang, hal ini bisa dijadikan sebagai salah satu poin pembeda antara keduanya. Namun, akan lain ceritanya jika libur panjang telah tiba dan Ryan membiarkan rambutnya tumbuh panjang.

Ryan, Ariana, Yovan, dan Kavin sudah bersahabat sejak kecil, bahkan ketika mereka masih duduk di taman kanak-kanak. Sejak kecil, mereka tidak pernah terpisahkan dan selalu menghabiskan waktu bersama setiap harinya. Namun, status persahabatan itu kini telah berubah untuk Yovan dan Ryan. Kini, mereka adalah sepasang kekasih.

Di balik kebersamaan mereka berempat selama ini, lambat laun Ariana pun tahu bahwa sang kakak memendam perasaan terhadap Yovan. Ariana selalu mengetahui bahwa jauh di dalam lubuk hatinya, sang kakak adalah seorang gay. Ariana tidak masalah dengan hal itu, karena mau seperti apapun kondisi sang kakak, Ariana akan tetap mencintainya.

Ariana bahkan merupakan orang yang sangat berperan penting dalam kemajuan hubungan Ryan dan Yovan hingga akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih. Meskipun sampai sekarang Yovan masih belum berani go public terkait hubungannya, namun Ariana yakin lambat laun hal itu akan terjadi. Sampai saat ini pun, orang yang mengetahui perihal hubungan Ryan dan Yovan hanyalah mereka, serta kedua orang tua Yovan dan Ryan. Mereka memang cukup terbuka akan hal tersebut sehingga tidak masalah jika anak mereka merupakan seorang gay.

Akibat hubungan sembunyi-sembunyi antara Yovan dan Ryan, mereka harus selalu menjaga sikap saat berada di luar. Ariana sering kali menjadi 'pawang' Yovan di luar sana. Ketika sang kakak tidak bisa mengontrol perilaku Yovan serta fansnya di depan umum agar tidak terlalu banyak menarik perhatian, maka Ariana lah yang akan maju.

Yovan memang bukan aktor. Hanya saja, Yovan sangat aktif di media sosial i*******m dan bisa disebut sebagai selebgram karena kepopulerannya. Apapun yang dilakukan Yovan, pasti para penggemarnya akan tahu dan postingan tentang kegiatannya akan berseliweran di mana-mana. Oleh karena itu, Yovan sangat menjaga privasinya. Ia tidak mau mereka mengusik hal pribadinya, sehingga Yovan juga tidak pernah mengupload kebersamaannya bersama keluarga maupun para sahabat. Feeds I*******m Yovan lebih banyak mencakup endorse dan hobi, yaitu bermain gitar.

Di sisi lain, ada Kavin. Cowok ceria ini seumuran dengan si kembar. Di sekolah, Kavin bahkan berada di kelas yang sama dengan Ryan. Namun di antara ketiga sahabatnya, Kavin cenderung lebih dekat dengan Ariana. Sama halnya dengan Ryan yang sebelumnya memendam perasaan terhadap Yovan, Ariana pun demikian. Kavin adalah cinta pertama Ariana. Akan tetapi, Ariana masih belum berani untuk mengutarakan perasaannya tersebut dan berhasil menutupinya hingga saat ini. Namun, mau seperti apa pun Ariana menutupinya, Ryan tetap mengetahui hal tersebut dan dapat membaca perasaan sang adik dengan sangat jelas.

"Guys, apa kalian sudah mendengar soal lelaki pedofil di dekat perempatan jalan menuju sekolah kita?" Tanya Yovan. Cowok itu sibuk melihat postingan di akun media sosialnya. Banyak sekali orang yang membahas hal itu di sana.

Ketiga sahabatnya itu menggeleng dan menatap Yovan dengan penasaran. "Apa tuh?" Tanya Kavin.

"Sekitar dua bulan ini, ada dua orang cowok yang selalu menunggu di trotoar dekat perempatan jalan menuju sekolah kita. Biasanya mereka ada di sana saat jam pulang sekolah. Mereka mencari seorang anak kecil berhoodie hiu yang masih duduk di bangku SD. Enggak ada yang tahu apa alasan di balik tindakan mereka itu. Setelah diselidiki, mereka bahkan enggak memiliki hubungan kekerabatan dengan anak kecil itu. Aneh banget deh. Sekarang juga lagi banyak sekali kasus-kasus pedofilia. Creepy banget, kan?" Jelas Yovan panjang lebar.

"Ya ampun, apa yang mau mereka lakukan pada anak kecil itu? Lalu kenapa mereka terus-menerus mencari orang yang sama? Apa sudah sampai ke tahap obsesi?" Tanya Ariana khawatir

"Enggak ada yang tahu, tapi dari tindakannya aja sudah sangat creepy. Jangan sampai mereka bertemu deh," jawab Yovan

"Amin," kata Ariana penuh harap

Kavin geleng-geleng kepala. "Dunia sudah menggila. Semakin banyak orang jahat yang berseliweran."

Ryan menatap Ariana dengan khawatir. "Ri, kamu jangan berkeliaran di sekitar sekolah Kakak dulu deh. Kakak khawatir."

Ariana mengangguk mengiyakan. "Iya, Kak. Lagi pula waktu itu aku ke sana hanya untuk mengantarkan baju futsal Kakak yang tertinggal, setelah itu aku sudah enggak pernah ke lingkungan sekolah Kakak lagi."

"Bagus. Setelah pulang dari sana pun dahi kamu benjol besar karena bertabrakan dengan orang asing di jalan. Kamu harus lebih berhati-hati lagi kalau keluar rumah sendirian," kata Yovan

"Iya, Kak," balas Ariana

By the way, nanti malam mau lanjut main game di rumah gue atau enggak?” tanya Ryan di sela-sela obrolan mereka.

“Gue skip dulu, nanti malam mau pergi sama cewek gue,” jawab Kavin.

Yovan dan Ryan hanya menjawabnya dengan anggukan, sedangkan Ariana berpura-pura sibuk menyantap makanannya. Gadis itu menghembuskan napas pelan. Hal inilah yang menahan Ariana untuk mengungkapkan perasaannya pada Kavin. Cowok itu sudah memiliki kekasih. Kekasih Kavin merupakan seorang gadis yang cowok itu temui di Mall. Kavin sudah jatuh hati saat pertama kali melihat gadis itu. Namanya Sisca. Tak ingin kehilangan kesempatan, Kavin langsung meminta kontak Sisca, mengajaknya berkenalan, lalu saling mengirimkan chat, kemudian berpacaran selama dua tahun ini. Selama dua tahun itu juga, Ariana harus menahan rasa sakit melihat kebersamaan Kavin dan sang kekasih hati.

She guesses, not everyone could be with the person they love.

To Be Continued

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status