Home / Lainnya / Alam dan Kita / Menyusuri Hutan Di Januari

Share

Menyusuri Hutan Di Januari

Author: Sutris
last update Last Updated: 2021-04-27 14:05:42

Menyusuri Hutan Di Januari

 Sahabat dari kecil berdiskusi ditempat tongkrongan, merekomendasi tempat tujuan perjalanan menuju alam dan kembali dengan membawa keceriaan...

BOGOR, daerah sunyi tatkala seorang sahabat bernama Faisal, Rizki ,Tris ,dan Lan.  Sedang mencari surga kecil bagi mereka untuk melepaskan penat dari kesibukan dunia pendidikan, Faisal anak SMK bagian perkantoran disekolahannya menjadi primadona para perempuan, Rizki anak perhotelan yang kesibukannya hanya duduk bersandar layaknya orang dipantai, Tris sekolah SMA anak tinggi cerdas kadang gak jelas,  dan Lan  sekolah SMK punya skill dibidang sepak bola.

Berkumpul empat orang sahabat dirumah Rizki yang sedang mencari destinasi liburan di bulan januari, musim hujan dikota Bogor melantunkan nada gitar Rizki dengan skill Bang Rhoma Irama nya. “Gaada tempat yang sejuk gitu”  ucap Faisal yang dari tadi diam seribu bahasa.  “ Iya nih... bosan dirumah terus... yaa kali-kali kita holiday gitu” ujar Tris. Tiba-tiba Lan pun nyahut “Eh... ada recomend nih.. Gunung kencana yuu. Tempat nya bagus masih asri”. Dan empat anak beda sekolah merundingkan tempat wisata, yang kehidupannya selalu diisi dengan pelajaran. “ Yaudah kita kuy... Gunung kencana” ujar Rizki yang dari tadi hanya main gitar...

Lama berdiskusi...                                                                                                                                                                      “Kapan kita akan berangkat” ujar Tris... “Kita berangkat tanggal  7 januari dan tanggal 5 januari kita kumpul jam 10:00  pagi ok.” ujar Lan...  Tanggal lima pukul 10:00 pagi berkumpul ditempat biasa mendiskusikan perlengkapan yang akan disiapkan. Lama waktu menunggu hujan di Bogor selalu turun deras. Tepat hari sabtu tujuh januari pukul tujuh lewat lima belas menit, mulai langkahkan perjalanan empat anak remaja ini menuju mobil pick up dari Cisarua menuju Pondok Ceban. Matahari pagi mulai terasa saat berada di desa depan gapura “Selamat Datang”. Para empat manusia beranjak turun dari mobil yang ditumpanginya. “Terima kasih pak atas tumpangannya” ujar Faisal. Perjalanan pun  dimulai dengan jalan setapak bebatuan menuju tempat destinasi wisata alam, kaki yang pegal duduk istirahat dijembatan dan berfoto mengabadikan moment bulan januari. Perjalanan lanjut menuju tanjakan setapak, sapaan masyarakat sekitar dengan ramah dan dibalas dengan senyuman indah. Lama berjalan datang dua orang gadis yang berjalan didepan memikat obrolan gurauan anak manusia ini menjadi semangat. Tiba-tiba ada seorang Bapak-bapak  berkumis lebat sedang duduk santai melirik kearah kami berempat mungkin akan melarang lewat jalur ini.  Berselang ucap permisi  melewati bapak berkumis tadi  empat orang anak manusia ini kehilangan jejak dua gadis cantik menawan yang entah pergi kemana.

Sang bapak berkumis tampak acuh tak acuh, dari gelagatannya seolah takkan memberi izin. Ia malah terus menatap sambil membawa muka ekspresi kesal. Segala tenaga yang dari kami punya, empat sahabat manusia itu berlari sekencang-kencangnya agar terlepas dari tatapan bapak-bapak berkumis tadi. Berselang lama berlari sampai pula di jalan bebatuan, ekspresi tenang, senang, tertawa, manjadi satu saat sudah melewati bapak berkumis tadi.  Jam satu siang istirahat melepas lelah dan membeli perlengkapan untuk kebutuhan pokok makanan diwarung terakhir sebelum basecamp pendakian, matahari mulai terik diatas kepala menyinari pohon pinus dan kebun teh warga. 

Selepas  sambung  menyambung perjalanan sampai di basecampe Gunung Kencana, melepas penat dan dahaga mulai empat anak manusia ini memulai pendakian menuju hutan rimba gelap, sunyi namun asri. Di pos pertama Rizki laki-laki tangguh berambut pendek merasa keram. Kaki yang kesakitan memperlambat jalan mereka, cacing-caing dalam perut mulai berdemo rasa lapar lelah dan kantuk mulai datang dengan suara angin yang dingin dalam dekapan kabut.

“ Baru pertama kalinya naik Gunung kaki ku kesakitan hebat, dan badan ku terasa dingin” Tutur Rizki dengan logat kesakitannya.

“Sudah, kita istirahat dulu Ki tolong luruskan kaki Lo”Ujar Tris yang merasa panik...

“Gimana udah baikkan belom kaki lo?apa masih sakit? Nih...minum dulu” Ujar Tris dengan memberikan minum dalam kemasan botol...

Diminum pula air botol tersebut oleh Rizki yang meringis kesakitan.

“kaki Gue dah lumayan baik, lanjut jalan aja yok sekarang” Tutur Rizki dengan semangat lagi...

Perjalanan dimulai dengan gerimis mengundang  di pos dua, cuaca kini sudah baerkabut tipis perlengkapan yang lumayan berat dan jalan hutan yang licin harus ekstra berhati-hati. Pandangan puncak mulai terlihat dari kejauhan tujuh meter dan suara teriakan pendaki mulai terdengar.

“Bentar lagi puncak woy,,, semangat didepan ada indomart”  ucap Tris yang menyemangati temannya. 

Semangat memberontak empat sekawan melakukan perjalanan ditepi hutan hujan baju yang basah keringat yang bercucuran dan kaki yang lelah, sampailah empat anak manusia itu di Gunung kencana dengan pemandangan kabut tebal.

“Alhamdulillah puncak sampai juga” ucap Rizki dengan rasa syukur yang dalam.

Lahan kosong menjadi sasaran buat bangun tenda, tanah yang basah siap sigap buat bangun tenda. Keseruan membangun bersama menjadikan persahabatan menjadi erat ,kuat dan sigap. Bangun tenda telah berdiri kokoh didepan kabut dan bersih-bersih badan sudah selesai saatnya masak untuk mengisi perut mereka yang sudah kelaparan dari tadi.

Kompor siap, dan perlatan masak sudah siap pakai mulailah masak dengan memutar lagu Taxi Band “Hujan Kemarin”  Teriakan para pendaki di puncak dan sapaan pendaki yang ramah saling berbalas. Makanan sudah saji saatnya makan-makan tak lupannya membuat secangkir kopi dan cemilan untuk menunggu sunset datang. Jam empat lewat tiga puluh menit kabur menghilang sejenak hamparan- hamparan Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak mulai memunculkan keindahannya dan sang matahari menyinari dengan warna jingga menyala membuat para empat anak manusia ini befoto mengabadikan keindahan alam yang telah diciptakan tuhan.

 Ketika sore resmi menjadi malam, api unggun telah terbangun dan makan malam telah disajikan. Keempat anak manusia itu duduk diatas alas yang terebentang luas, dicermatinya suasana disekeliling tenda sangat ramai. Keempat orang itu mengerti mendaki gunung tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada fisik dan mental yang perlu diasah dan dipersiapkan,bukan hanya uang dan peralatan saja.

“ Ini saya buat cokelat hangat” mereka menawarkan minuman coklat hangat kehadapan pendaki lain, dengan rasa cokelat yang lezat membuat badan menjadi hangat dan diskusi dimalam hari sangat humoris.

“ Indah pemandangan” ucap Rizki.

“ Yaa syukur malam ini tidak hujan, dan cuaca cerah berbintang” ucap Tris.

“ Besok pulang jam berapa? Suapaya tidak kesiangan di jalan?’’ ujar Lan.

“ Besok sekiranya gak hujan, besok packing jam delapan pagi saja ” Faisal menjawab.

Puncak gunung layaknya seperti rumah bagi mereka yang nyaman disini, tidak akan ada orang yang bisa mengganggu ketenangan disini, kita disini semua bersaudara. Tidak ada rasa egois atau autis, semua obrolan sangat berharga dibandingkan di whatsapp. semoga besok cerah.

Waktu menunjukan jam sebelas malam rasa lelah dan kantuk mengundang untuk istirahat, dan dingin nya cuaca malam hari terasa sangat kedalam tenda. Sekian lama dari suara pendaki yang berdatangan kini mulai kembali sepi hanya ada bisikan angin yang bergerumuh lewat pepohonan tinggi. Matahari mulai terbit cuaca cerah dan awan tipis mengitari Gunung-gunung  suara kicauan burung melantunkan nada indah.

“ Hey bangun... dah pagi kita sarapan” ujar Rizki tang telah membuat sarapan nasi goreng dengan goreng  tempe.

“jam berapa nih...?” ujar Faisal...

“jam enam pagi “ ucap Lan...

Matahari sudah semakin diatas kepala, keempat manusia ini berfoto untuk mengabadikan hari kepergian dari keindahan gunung itu dan waktu jam menunjukan jam sepuluh saatnya untuk pulang.  

 Warna langit terus berganti

Hari yang cerah kini bersembunyi

Rasa yang bimbang kini menyelimuti

Apakah ini suatu cobaan untuk pergi....

Angin semilir mengguncang ilalang 

Membisikan kabar akan gemilang

Membawa cerita  dan senyuman

    Akan datangnya bunga mekar indah dan menawan...

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Alam dan Kita   Epilog

    Semua Akan Kembali Kepada AsalnyaPada, suatu senja.Kita bercerita tentang cita-cita.Langkah berbeda menapak cahaya jingga.Melayang sekalipun kita ikut terbang.Kalau sang senja datang kita akan menyaksikan.Kembali.Ya kala itu kita bersama, berderap melangkah menuju harapan di dunia. Keindahan itu sungguh seperti sunset yang indah mempesona. Cahayanya, cakrawala, bahkan hembusan anginnya. Keindahan itu, bisa membius siapapun yang menyaksikannya untuk menjadi tenang dan damai. Kisah kita seperti sunset. Indah bahkan tidak bisa tertuliskan oleh pena hidup. Matahari itu telah menuju peristirahatanya. Matahari itu telah menyelesaikan tugas sucinya. Mencintai setulus hati . Mencintai sampai mati. “Selamat jalan teman” kisah ini akan selalu dikenang dan dipajang di majalah besar.Setiap langkah kita berbeda, aku hanya melanjutkan profesi ku sebagai alumni mahasiswa kesehatan. Kerap kali dalam buku catatan ku, menuliskan sebuah ce

  • Alam dan Kita   Puncak Langit

    Tetesan Air MataWalau, langkah kakiku rapuh.Aku akan tetap benerjang dan berjuang,aku akan terus maju meski langkah tak mampu.Dengan tekad, aku akan terus berhumpu.Pagi itu, cuaca indah menyambutku dari tidur. Tris yang sudah pergi dan duduk diluar menatapi pemandangan indah di kampung ini. Kampung yang indah dan damai, terbentuk dari sana gumpalan-gumpalan awan berkumpul menyelimuti dengan lembut dan kesejukan. Kampung ini tidak bisa digenggam oleh siapapun, seperti halnya awan yang terbang bebas disana.Setiap kali saya melihat awan, janya keceriaan dan kebahagiaan. Dibalik itu ada kisah perih yang menggentarkan hati, memeteskan air mata, dan melatih mental diri. Semilir angin, dari rongga langit-langit menghembus menelisik lambaian-lambaian kepak sayap burung tanpa harus terganggu. Negri ini terdapat laut yang biru, hutan yang hijau, dan banyaknya ekosistem hewan dan tumbuhan.Siang kami mulai penelitian

  • Alam dan Kita   Isi Cahaya

    Isi CahayaCahaya, seribu cahaya menerangi jalanmu.Seperti, matahari dan rembulan disampingmu.Sinar mu begitu terang, membuat jalan menjadi terang.Langkahmu bagaikan permata laksana bunga bercahaya,yaa kala itu dipagi hari.Perjalanan harus kutempuh dengan berjalan kaki. Kota kabupaten masih jauh, aku masih sepertiga perjalanan.Seperti biasanya kugendong tas punggung. Rasa lelah, tidak membuatku nyerah begitu saja. Suara yang coba menenangkan tidak dihiraukan. Tapi aku tida banyak waktu untuk menenangkan pikiranku, teruslah melangkah. Jalan aspal yang kulintasi semakin samar. Siang itu, langit terasa mendung untuk membuat penelitian tentang kesehatan masyarakat sepertinya hujan akan datang. Udara makin dingin, tanda-tanda akan turun hujan lebat.Aku harus cepat. Berharap cepat sampai dengan tujuanku , sebelum hujan belum membasahi jalanan. Tak peduli beberapa kali untuk melangkahkan kaki, atau jalanan yang rusak. Ketika jalan aspal l

  • Alam dan Kita   Garis Mata Pencaharian

    Matahari TenggelamMatahari, setiap kali kau tenggelam.kau biasanya mengajarkan untuk ikhlas.Dalam lelah, kita belajar untuk istirahatkita hidup didunia ini untuk mencari kebaikan.Baginya pekerjaan yang terbaik adalah langkahhidup yang baik.Biasanya jika otak penat dengan pelajaran, saya biasaya keluar bersama teman dengan roda dua dikala senja. Tidak ada yang kami lakukan, hanya nongkrong diwarung tempat biasa berbagi rasa. Orang-orang pun berbondong-bondong hanya untuk memesan makanan atau minuman, hanya berkendara keliling tempat.Mungkin sebagian orang menyebutkan, bahwa jika ada yang berekendara keliling tempat disebut kurang kerjaan. Bagi saya tidak, jika hingar-bingarnya dikota ini membuat kita jenuh, disenja itu justru sebaliknya mengasikkan. Selepas jam-jam macet berlalu, kala itu diwaktu magrib pun jalanan menjadi renggang lancarnya lalu lintas, asap kendaraan pun berkurang, udara pun terasa lebih segar. Ditamb

  • Alam dan Kita   Diary Bapak Penjual Koran

    DiaryBapak Penjual KoranSeiring, kumandang adzan subuh di mesjid dekat rumahku.Ku tatap pria tak dikenal didepanku. Berharap limpahan dari rahmat-Mu.Hari esok dan seterusnya akan lebih cerah. Kulangkahkan kakiku,Beranjak pergi. Dengan harapan dan angan, mendapatkan rezeki-MuTuk arungi bahtera kehidupan. Dari pintu kamar ku terpajang dinding hiasan kamar.Menggambarkan untuk hidup semangat.Siang itu udara terik menampar pipi, keluh demi keluh terucap tanpa nalar. Secara tak sengaja, saya melihat bapak penjual koran tengah berjalan depersimpangan jalan. Sambil membawa barang dagangannya. Saya yang saat itu sedang makan siang bersama teman kampus. Awalnya aku mengira bahwa bapak itu hanya penjual koran biasa, tapi setelah kami makan aku telusuri beliau, betapa terkejutnya aku dan temanku bahwa bapak itu tidak bisa bicara yau membisu. Dipelukannya, ia membawa puluhan kabar-kabar terbaru dari majalah duni

  • Alam dan Kita   Gadis Yang Terlelap

    Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status