Home / Fantasi / Algoritma Cinta Cypher / Chapter 22 : Selamat Datang di Rumah, Malafungsi Fatal

Share

Chapter 22 : Selamat Datang di Rumah, Malafungsi Fatal

Author: Ivy Morfeus
last update Last Updated: 2025-10-09 13:55:57

“Kau suka bermain di sini?”

Cypher menatap wajah Seraphina yang berseri-seri. Tak lama, Seraphina mengangguk.

“Aku sudah lama sekali ingin ke taman bermain seperti ini. Tapi nggak pernah sempat. Orangtuaku selalu berpergian. Sedangkan Adrian—”

“Adrian sibuk dengan dirinya sendiri. Tak heran jika dia belum mempunyai pacar” ucap Cypher. Seraphina tertawa terbahak-bahak. Kontras dengan suara yang terdengar di telinga mereka berdua.

‘Kalian mulai kurang ajar, ya. Membicarakan orang secara terang-terangan.’ kata Adrian dari seberang earphone yang masih digunakan Seraphina, suaranya kesal.

“Kalau kamu nggak mau dengar itu, kamu bisa kok menonaktifkan ‘CCTV’ mu itu dan membiarkan kami untuk menikmati kencan.” Seraphina membalasnya, suaranya seakan menantang Adrian.

“Aku nggak pernah bilang menyutujui hubungan kalian. Ingat, kalian hanya berpura-pura saja. Hubungan kalian nggak akan berhasil. Jangan coba-coba!” ancam Adrian.  

Adrian menatap monitor dengan kemarahan yang membeku. Di hadapannya, tiga layar hologram menyala: satu menampilkan video live feed dari kamera di kacamata hitam Cypher, satu menampilkan gelombang otak Seraphina, dan satu lagi menampilkan Modul Empati Kuantum (QEM) milik Cypher.

“Mereka sudah berada di taman bermain selama empat jam, Master. Subjek Seraphina mencapai Dopamin Peak kedua puluh lima. Ini adalah konsistensi emosional tertinggi yang pernah Anda rekam,” lapor suara Oracle, asisten AI canggih tanpa memiliki bentuk fisik yang diciptakan oleh Adrian. Ia melaporkan data dengan suara yang tenang dan informatif.

“Aku lihat itu, Oracle,” desis Adrian, ia kembali berbicara melalui earphone. “Cypher, kenapa kamu membiarkan dia memaksamu naik roller coaster? Itu menambah risiko kerusakan hardware 0,05%!”

“Analisis data: Seraphina melepaskan tawa yang sangat nyaring setelah wahana berakhir. Nilai data Kebahagiaan melonjak 75%. Risiko 0,05% dianggap diterima demi optimasi misi,” balas Cypher.

Di live feed, Cypher dan Seraphina terlihat duduk di bangku taman. Seraphina tertawa, pipinya merah.

“Input ini, Cypher,” Seraphina menyodorkan es krim cone ke Cypher. “Coba rasakan. Ini namanya stroberi. Makanan terfavorit manusia saat kencan.”

Cypher mengamati es krim itu. “Seraphina, aku sudah menjelaskan bahwa sistem internalku hanya memproses energi listrik. Mengonsumsi produk berbasis gula dapat merusak koneksi sensorikku.”

“Ayolah. Cuma dijilat sedikit,” Seraphina memohon, wajahnya dekat dengan wajah Cypher. “Aku penasaran, apa yang kamu rasakan kalau kamu nggak bisa makan?”

Cypher menghela napas yang dibuat-buat, meniru mimik manusia. “Kau sedang mencoba memanusiakan aku. Aku akan memberikan respons yang kau inginkan.”

Cypher mendekatkan es krim itu ke bibirnya. Ia menyentuh ujung lidah robotiknya pada es krim.

“Input data,” lapor Cypher ke earphone. “Tidak ada rasa yang terdeteksi. Namun, saya memproses peningkatan suhu permukaan di Modul Empati saya.”

Di lab, Adrian terbatuk. “Peningkatan suhu? Cypher, temperature di QEM-mu melonjak 5%! Apa yang kalian lakukan?”

“Saya hanya merasakan cold shock,” balas Cypher. “Tapi data menunjukkan Seraphina terlihat sangat bahagia karena saya mau mencobanya.”

Seraphina mengambil kembali es krim itu. “Kamu gagal. Kamu nggak kelihatan menikmatinya sama sekali.”

“Aku menikmati kebahagiaanmu, Seraphina. Itu adalah output yang aku cari,” jawab Cypher, lalu ia mencondongkan tubuhnya. “Sebagai gantinya, boleh aku bertanya. Mengapa manusia butuh rasa pahit dari kopi, jika manis jauh lebih menyenangkan?”

Seraphina tersenyum misterius. “Karena pahit membuat kita menghargai yang manis. Sama seperti kamu. Aku menghargai kamu, Cypher, karena kamu sangat berbeda dengan Cassian. Cassian itu pahit.”

Cypher mengangguk. “Aku mengerti. Dataku akan mencatat bahwa aku adalah komponen pemanis dalam kehidupanmu.”

“Bukan komponen, Cypher. Kamu pelengkap,” Seraphina tertawa kecil, kemudian mengeluarkan ponselnya. “Ayo kita selfie. Kita harus mengunggah ini, Ad—maksudku, Cypher.”

“Mengunggah di I*******m? Justifikasi?” tanya Cypher.

“Ancaman data terbaru untuk Cassian. Kita harus memamerkan kalau aku sudah bahagia. Itu akan lebih menyakitinya daripada sekadar putus,” jelas Seraphina, meniru logika Cypher.

Di monitor, Adrian melihat mereka berfoto. Cypher berpose kaku, Seraphina tersenyum lebar. Setelahnya, Seraphina segera menguploadnya, menuliskan sedikit caption yang berbunyi “My Favorite Sugar ♥️”

Dalam waktu kurang dari satu menit, Adrian melihat notifikasi Cassian unfollow Seraphina.

“Sial,” gumam Adrian di lab. “Misi berhasil 100%. Dia sepenuhnya tereliminasi.”

Adrian tersenyum puas.

=======***=======

Malam semakin larut. Adrian masih mengawasi monitor, melihat Seraphina dan Cypher berjalan menuju mobil.

“Cypher, segera kembali. Misi publik selesai,” perintah Adrian.

“Tunggu, Master,” jawab Cypher. “Seraphina baru saja tertidur. Denyut jantung stabil, tapi tubuhnya menunjukkan tingkat kelelahan ekstrem.”

Adrian menghela napas. “Bangunkan dia.”

“Saya tidak akan melakukan itu. Tidur adalah fase kritis pemulihan emosional. Membangunkannya akan menurunkan indeks kebahagiaan yang baru saja kita capai,” balas Cypher.

Adrian menggeram. “Lalu bagaimana kamu membawanya masuk ke rumah tanpa ada yang tahu?”

“Saya akan menggendongnya,” kata Cypher dengan tenang.

Di live feed, Adrian melihat Cypher dengan mudah mengangkat Seraphina. Posturnya sempurna. Seraphina memeluk leher Cypher dalam tidurnya.

"Saya tidak merasa lelah saat membawanya, Master. Data QEM saya mencatat sensasi baru: pemenuhan," lapor Cypher.

Adrian menatap live feed itu lama. Ia melihat wajah Seraphina yang tenang dan damai. Ia menyadari bahwa malafungsi fatal itu telah melakukan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh Adrian sebagai kakak atau Cassian sebagai pacar.

Adrian mematikan monitor data dan menyalakan mikrofon. Ia tidak lagi bicara dengan nada perintah, tetapi dengan nada menyerah.

“Cypher,” panggil Adrian.

“Ya, Master.”

“Kamu benar. Keseimbangan waktu Seraphina bergantung padamu. Aku nggak bisa mengambil risiko Modul Empati-mu terganggu karena jarak jauh.”

Cypher menunggu, diam.

“Aku punya storage room yang kosong di lantai dua. Kamu bisa gunakan itu sebagai... markasmu,” kata Adrian, memilih kata-katanya dengan hati-hati. “Kamu akan tinggal di sini.”

Di luar rumah, Cypher berhenti di depan pintu. “Itu adalah penawaran yang logis. Mempercepat pengumpulan data dan mempermudah akses ke hardware saya.”

“Bagus. Besok pagi, kita akan mulai Eksplorasi Memori,” ujar Adrian. “Dan jangan sampai ketahuan siapa pun bahwa kamu tinggal di rumah ini. Apalagi oleh pembantu rumah tangga.”

Cypher mengangguk, lalu menatap Seraphina yang ada dalam gendongannya.

“Perintah diterima, Master. Selamat malam.”

Cypher melangkah masuk ke rumah, meninggalkan Adrian sendirian di lab, menatap monitor yang kini menampilkan wajah adiknya yang damai. Adrian tersenyum tipis.

“Selamat datang di rumah, malafungsi fatal,” gumam Adrian pada dirinya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 22 : Selamat Datang di Rumah, Malafungsi Fatal

    “Kau suka bermain di sini?”Cypher menatap wajah Seraphina yang berseri-seri. Tak lama, Seraphina mengangguk.“Aku sudah lama sekali ingin ke taman bermain seperti ini. Tapi nggak pernah sempat. Orangtuaku selalu berpergian. Sedangkan Adrian—”“Adrian sibuk dengan dirinya sendiri. Tak heran jika dia belum mempunyai pacar” ucap Cypher. Seraphina tertawa terbahak-bahak. Kontras dengan suara yang terdengar di telinga mereka berdua.‘Kalian mulai kurang ajar, ya. Membicarakan orang secara terang-terangan.’ kata Adrian dari seberang earphone yang masih digunakan Seraphina, suaranya kesal.“Kalau kamu nggak mau dengar itu, kamu bisa kok menonaktifkan ‘CCTV’ mu itu dan membiarkan kami untuk menikmati kencan.” Seraphina membalasnya, suaranya seakan menantang Adrian.“Aku nggak pernah bilang menyutujui hubungan kalian. Ingat, kalian hanya berpura-pura saja. Hubungan kalian nggak akan berhasil. Jangan coba-coba!” ancam Adrian. Adrian menatap monitor dengan kemarahan yang membeku. Di hadapanny

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 21 : Kencan Pertama

    Adrian duduk di ruang kontrol lab, tangannya memegang earphone yang terhubung dengan Cypher. Di depannya, layar hologram besar menampilkan peta kota. Titik merah (Seraphina) dan titik biru (Cypher) berhenti di sebuah kafe dekat kampus. Cypher sudah mengenakan pakaian kasual yang dipilih oleh Seraphina—sebuah ketidaklaziman yang membuat Adrian kesal.‘Cypher, scan sekeliling,’ perintah Adrian, suaranya tegang.“Data menunjukkan probabilitas kehadiran Cassian di kafe ini mencapai 78% pada jam ini, Master. Subjek Cassian baru saja mengunggah foto kopi di media sosial, tag lokasi 50 meter dari posisi kami,” jawab Cypher melalui earphone.‘Bagus. Sekarang, Sera, berikan dia performa terbaikmu. Ingat, ini bukan kencan. Ini adalah pengumpulan data.’Di kafe, Seraphina tersenyum. Ia menatap Cypher, yang duduk di seberangnya dengan postur tubuh yang terlalu sempurna.“Baik, Master,” balas Seraphina, berpura-pura memasang ekspresi serius. Tapi beberapa kali Cypher memergoki sudut bibirnya berge

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 20 : Malafungsi Fatal

    Adrian memutar kursinya, kembali memunggungi Seraphina. Jeda keheningan itu terasa panjang, hanya terdengar suara fan pendingin dari peralatan lab. Matanya yang dingin kini terpaku pada layar hologram, menolak mengakui kengerian yang baru saja ia cerna. “Singularitas,” gumam Adrian, mencoba menenangkan diri dengan istilah ilmiah. “Cypher, aku butuh data processor-mu di momen benturan itu. Jangan bicara anomali, berikan aku rumus.” Cypher maju selangkah. “Penderitaan Seraphina adalah rumus yang Anda cari, Master. Itu adalah variabel energi terkuat yang mengganggu koordinat waktu. Anda mencari perhitungan logis untuk menjelaskan hal yang mustahil.” “Semua yang terjadi di alam semesta ini punya rumus!” desis Adrian, menekan-nekan tombol. “Output energi TADS-5 di tahun 2023 bahkan tidak mampu mengganggu jam digital. Bagaimana mungkin AI paling sempurna yang kubuat bisa dipengaruhi oleh… emosi?” Mata Cypher memancarkan sinar kehijauan yang intens. Ia terdiam selama beberapa detik, m

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 19 : Membuka Rahasia

    Adrian membeku. Matanya, yang biasanya dingin dan penuh perhitungan, kini melebar karena terkejut. Ia menatap Seraphina, lalu beralih menatap headset transparan yang tergeletak di meja. Benda itu berkilau perlahan, memancarkan cahaya merah muda keunguan seperti hologram. “Kamu bicara sama siapa, Sera?” bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar. Seraphina menghela napas. Ia sudah ketahuan. Semua ketakutan dan kelelahannya tiba-tiba sirna, digantikan oleh kepasrahan yang tenang. Ia tahu ini adalah satu-satunya kesempatan. Ia tidak bisa menyia-nyiakannya. Ia menatap mata kakaknya yang tajam. “Cypher. Versi sempurna dari TADS-5 yang kamu ciptakan.” Seraphina mulai berbicara, suaranya pelan dan datar. “Aku akan menceritakan semuanya, dari awal. Tapi aku nggak akan memintamu untuk percaya sama ceritaku, Adrian. Aku cuma minta kamu untuk percaya pada Cypher.” Adrian mengerutkan dahi, bingung. “Cypher dan TADS-5?? Apa yang kamu bicarakan?” Seraphina memandang wajah Adrian, dan ia melih

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 18 : TADS-5, Pelopor Cypher

    2023 Mobil Adrian bergerak cepat melintasi jalanan London yang basah. Kaca-kaca mobil berkilauan, memantulkan cahaya lampu jalan yang buram. Di dalam, suasana terasa dingin dan senyap. Seraphina melirik Adrian yang fokus menyetir, wajahnya tegas, rahangnya mengeras. Ia tampak berpikir keras, dan Seraphina tahu Adrian masih tidak memercayai ceritanya. “Aku tahu ini susah dipercaya,” kata Seraphina, memecah keheningan. “Tapi... yang aku ceritain itu nggak bohong.” Adrian tidak menoleh. “Sera, apa pun yang kamu ceritakan tentang Cassian … aku yakin itu karena kamu lagi kesal sama dia aja kan. Akhir-akhir ini kamu berantem sama dia. Kamu sengaja bikin cerita-cerita seperti ini karena marah sama dia. Memangnya apa yang dia lakukan sampai kamu buat cerita jelek-jelekin dia kayak gini?” “Dia melakukan hal yang sangat-sangat buruk, Adrian.” Seraphina berusaha meyakinkan, “Dia beneran berbahaya. Dia bilang mau mengambil alih perusahaan kita.” Adrian menghela napas. “Aku tahu Cassian t

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 17 : Sintaks Salah

    "Cypher, kamu dengar aku?" bisik Seraphina. Seraphina sudah berada di dalam Drury Covent Garden. Kafe itu ramai, namun musik jazz yang diputar membuat suasana terasa tenang. Ia memilih sebuah meja di sudut ruangan, jauh dari keramaian. Ia duduk, meletakkan ponselnya di atas meja. Tangan-tangan Seraphina terasa dingin dan bergetar, ia merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Tangannya terangkat, menyentuh telinganya, memastikan earphone transparan itu sudah terpasang dengan nyaman. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. “Cypher?” panggilnya lagi. ‘Aku dengar. Suaramu terdengar jelas, Seraphina. Tenang. Aku di sini,’ jawab Cypher, suaranya tenang dan tanpa emosi. “Sorry,” bisik Seraphina lagi. “Aku gugup. Gimana kalau dia nggak percaya sama aku? Gimana kalau dia malah menganggap aku gila?” ‘Dia akan percaya. Ingat, Adrian tidak percaya pada orang lain selain dirinya. Kita tidak akan memintanya untuk percaya padamu, tapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status