/ Fantasi / Algoritma Cinta Cypher / Chapter 19 : Membuka Rahasia

공유

Chapter 19 : Membuka Rahasia

작가: Ivy Morfeus
last update 최신 업데이트: 2025-09-23 00:47:47

Adrian membeku. Matanya, yang biasanya dingin dan penuh perhitungan, kini melebar karena terkejut. Ia menatap Seraphina, lalu beralih menatap headset transparan yang tergeletak di meja. Benda itu berkilau perlahan, memancarkan cahaya merah muda keunguan seperti hologram.

“Kamu bicara sama siapa, Sera?” bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.

Seraphina menghela napas. Ia sudah ketahuan. Semua ketakutan dan kelelahannya tiba-tiba sirna, digantikan oleh kepasrahan yang tenang. Ia tahu ini adalah satu-satunya kesempatan. Ia tidak bisa menyia-nyiakannya. Ia menatap mata kakaknya yang tajam.

“Cypher. Versi sempurna dari TADS-5 yang kamu ciptakan.” Seraphina mulai berbicara, suaranya pelan dan datar. “Aku akan menceritakan semuanya, dari awal. Tapi aku nggak akan memintamu untuk percaya sama ceritaku, Adrian. Aku cuma minta kamu untuk percaya pada Cypher.”

Adrian mengerutkan dahi, bingung. “Cypher dan TADS-5?? Apa yang kamu bicarakan?”

Seraphina memandang wajah Adrian, dan ia melihat secercah kejutan. “Cypher, sebuah artificial intelligence yang sangat cerdas. Di tahun 2035, kamu berhasil menyelesaikan proyekmu, TADS — atau harusnya aku panggil….” Seraphina melirik ke arah headset yang menyala, “Cypher.”

Adrian terdiam. Otaknya, yang terlatih untuk memproses data dan logika, kini macet total. Semuanya tidak masuk akal. Cypher adalah nama yang tidak pernah ia pikirkan, tetapi pernyataan Seraphina tentang keberhasilannya menyelesaikan proyek TADS ini membuat sepercik harapannya bangkit. Sudah berbulan-bulan ini ia mengalami kegagalan berulang. Ia berusaha mencari solusinya ke sana kemari, tapi seakan tak ada harapan. Mendnegar

“Dia… dikirim dari masa depan?” bisik Adrian.

“Dia bilang, dia datang untuk menyelamatkanku,” jawab Seraphina. Suaranya berubah, ada nada sedih dan parau yang tidak bisa ia sembunyikan. “Dia datang di tahun 2035, tepatnya di bulan November.”

“Menyelamatkanmu dari apa?” tanya Adrian, matanya tajam.

Seraphina terdiam. Ia menatap kakaknya, ia ragu untuk melanjutkan, tetapi ia tahu bahwa ia tidak punya pilihan.

“Dari diriku sendiri,” bisik Seraphina, suaranya nyaris tidak terdengar. “Aku… aku mencoba bunuh diri.”

Adrian tertegun. Ekspresi wajahnya yang dingin dan logis tiba-tiba berubah, dipenuhi oleh rasa terkejut, dan tak percaya. Ia berjalan ke arah Seraphina, duduk di seberangnya, dan menatap matanya.

“Bagaimana… bisa?” bisiknya, suaranya bergetar, “Kenapa kamu ngelakuin itu, Sera?"

“Aku nggak tahu.” Seraphina menghindari tatapan Adrian, matanya kini berkaca-kaca, ia masih tak sanggup untuk menceritakan tentang kejadian malam itu di tahun 2025.

“Cassian? Ini semua pasti karena Cassian kan? Itu alasan paling masuk akal kenapa kamu tiba-tiba ingin aku menjauhkan Cassian darimu!” geram Adrian, kepalan tangannya bergetar di atas meja.

Ia menangkup kedua pipi Seraphina, memaksa tatapannya bertemu dengan matanya.

“Apa yang dilakukan si brengsek itu ke kamu, hah??”

Seraphina menelan salivanya dengan susah payah. Wajah kakaknya saat itu terlihat sangat menakutkan. Urat-uratnya menonjol di dahinya, kerutan di antara alis lebatnya terlihat dalam, kedua mata coklat gelapnya menatapnya tajam. Detik itu, dari dua puluh tahun hidupnya—untuk pertama kalinya Seraphina merasa Adrian memang kakak kandungnya, yang menyayanginya, yang peduli dengannya, seperti yang Cypher katakan sebelumnya.

“A-aku…”

“Si brengsek itu hampir menodainya—”

Tepat saat Adrian hendak melepaskan kemarahannya, Cypher muncul. Robot itu materialisasi di belakang Seraphina, berdiri tegak dan tenang.

“K-kamu siapa?”

Adrian, dengan refleksnya yang terlatih, mundur, tangannya meraba-raba tombol alarm di balik meja.

“Saya sudah melumpuhkan alarm. Hanya sementara, tergantung apa Anda akan mempercayai kata-kata saya atau tidak, Master,” kata Cypher dengan tenang.

Rahang Adrian mengeras, begitu juga kedua matanya menampakkan ekspresi siaga. Ia mengambil posisi kuda-kuda. Seraphina tahu jika ia tidak segera bertindak, siapapun yang ada di hadapan Adrian tidak akan selamat—jika itu manusia, entah jika itu robot AI seperti Cypher. Tapi Seraphina tidak ingin bertaruh. Ia membutuhkan Cypher untuk kembali ke masa depan dan menyelesaikan segala teka teki ini.

“Dia Cypher! Yang aku ceritakan, versi sempurna dari TADS—” Seraphina mencoba menenangkan Adrian, tapi pandangan Adrian masih dipenuhi kecurigaan.

Cypher menyapu pandangannya ke sekeliling ruangan, lalu menoleh ke prototipe yang masih setengah jadi. “Ini tahun di mana Anda masih sampai di tahap TADS… Five? Perjalanan Anda masih panjang, Master.”

Seraphina melirik Adrian, ekspresi wajahnya sedikit melunak, tapi masih terlihat tak nyaman dengan kehadiran Cypher.

“Gimana kamu bisa menerobos masuk ke sini? Aku sudah memasang sistem keamanan tercanggih—”

“Itu yang Anda maksud sistem keamanan tercangih, Master?” Cypher memiringkan kepalanya, “Master, Anda masih tidak percaya saya adalah ciptaanmu yang paling sempurna? Saya dari tahun 2035. Sistem keamanan ini hanya seperti puzzle anak-anak bagi saya.”

Adrian terdiam. Matanya mulai menyapu ujung kaki hingga ujung kepala Cypher. Perlahan ia mendekat. Dengan teliti, ia menatap wajah Cypher, ia menyadari itu wajah yang sama seperti di layar TADS-5—gambaran wajah yang ia ciptakan masih dalam bentuk gambar, tapi kini sudah berdiri di hadapannya dalam bentuk manusia.

“Bisa saya lanjutkan, Master?” tanya Cypher beberapa detik kemudian, membuat Adrian spontan mundur ke belakang. Ia mengangguk kecil, memberi isyarat pada Cypher untuk melanjutkan penjelasannya.

“Yang membawa Seraphina ke tahun ini bukan saya. Saya jelas mendarat di tahun 2025, terbukti dengan saya berhasil menangkap Seraphina saat terjun dari lantai empat—”

“Lantai 4? Kamu niat bunuh diri dengan lompat dari balkon kamarmu?!” Suara Adrian meninggi. Tatapan tajamnya menembus belakang bola mata Seraphina.

“Aku akan menceritakan detailnya nanti,” Seraphina menenangkan Adrian. Ia memberi isyarat pada Cypher untuk melanjutkan. Adrian diam. Tapi matanya masih mengisyaratkan ‘ancaman’ untuk Seraphina.

“Menurut analisis saya,” lanjut Cypher, “kondisi pikiran kacau dari Seraphina memicu ‘kecelakaan waktu’ sehingga membuat kami terlempar ke tahun yang salah.”

Adrian menatap prototipe TADS-5 di labnya, jari-jarinya mengetuk-ngetuk bingkai hologram yang menampilkan cetak biru desain Cypher. Ia masih berusaha mencerna penjelasan Cypher.

“Aku nggak ngerti,” gumam Adrian, suaranya terdengar frustrasi. “Sistem waktu yang sedang aku kembangkan masih terlalu labil untuk meluncurkan objek. Bahkan dengan TADS yang sudah selesai di masa depan, perjalanan waktu adalah sesuatu yang harus dikalkulasi dengan presisi. Gimana bisa… hanya dengan pikiran bisa mengakibatkan ‘kecelakaan’ seperti itu?”

Cypher menoleh ke Adrian. Matanya yang bersinar memancarkan cahaya biru terang.

“Pemicunya adalah Singularitas Seraphina,” jawabnya.

Alis Adrian terangkat. “Singularitas?”

“Anda telah mengamatinya selama bertahun-tahun dalam bentuk anomali temporal. Itu adalah singularitas yang unik, hanya ditemukan dalam gelombang otak Seraphina. Sebuah kondisi di mana kesadarannya dapat memengaruhi ruang dan waktu di sekitarnya,” jelas Cypher.

Adrian menatap adiknya, pandangannya beralih dari Cypher kembali ke Seraphina. “Tapi… gimana?”

“Menurut data yang saya rekam, di tahun 2025, dalam kondisi keputusasaan yang ekstrem, Seraphina berada di puncak energi emosional. Kekuatan emosi itu mengubah Singularitasnya dari anomali pasif menjadi katalis aktif,” Cypher melanjutkan. “Pada saat yang sama, saya tiba di sana untuk menyelamatkannya. Saya adalah sebuah mesin. Mesin yang dirancang untuk melakukan perjalanan waktu.”

“Dan saat kami bertemu, energi Singularitasnya terhubung dengan processor saya. Kombinasi dari energi emosional dan teknologi perjalanan waktu menciptakan lonjakan kekuatan tak terduga yang… melontarkan kami ke masa lalu,” kata Cypher. “Ini bukan bagian dari rencana. Ini sebuah kecelakaan yang disebabkan oleh kejeniusan Anda, dan penderitaan Seraphina.”

Adrian terdiam, mencerna setiap kata. Sepasang matanya masih memperhatikan setiap detail gerakan Cypher yang sama sekali tak seperti robot. Jika dibandingkan dengan robot-robot yang pernah ia ciptakan sebelumnya, gerakan-gerakan Cypher lebih manusiawi. Detail kecil seperti memiringkan kepalanya saat bertanya tadi adalah salah satunya. Ekspresi wajahnya hampir sempurna, walau terkadang terlihat sedikit kaku dan kurang pas. Ia nyaris sempurna, seperti sosok manusia yang berbicara dengan bahasa baku.

‘Apa benar aku bisa menciptakan robot secanggih dan sesempurna ini? Kalau memang yang dikatakan Cypher itu benar, mungkin di tahun 2035, aku sudah menguasai industri ini!’ gumam Adrian dalam hati, diam-diam merasa takjub dengan kemungkinan potensi yang dimilikinya.

Lalu ia menoleh menatap Seraphina, mata dinginnya yang tadi dipenuhi rasa bangga, kini berubah dipenuhi oleh kengerian dan penyesalan.

‘Berarti Adrian di 2035 menjadi penguasa industri teknologi yang penuh dengan rasa penyesalan dalam hidupnya, sampai nekat mengirim robot AI untuk menyelamatkan adiknya dari maut,’ gumam Adrian lagi.

Ia menarik napas panjang. Kesadaran menghantamnya seperti air es.

‘Nggak. Aku nggak akan membiarkan hidupku dipenuhi dengan penyesalan.’

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Algoritma Cinta Cypher   Bab 20 : Malafungsi Fatal

    Adrian memutar kursinya, kembali memunggungi Seraphina. Jeda keheningan itu terasa panjang, hanya terdengar suara fan pendingin dari peralatan lab. Matanya yang dingin kini terpaku pada layar hologram, menolak mengakui kengerian yang baru saja ia cerna.“Singularitas,” gumam Adrian, mencoba menenangkan diri dengan istilah ilmiah. “Cypher, aku butuh data processor-mu di momen benturan itu. Jangan bicara anomali, berikan aku rumus.”Cypher maju selangkah. “Penderitaan Seraphina adalah rumus yang Anda cari, Master. Itu adalah variabel energi terkuat yang mengganggu koordinat waktu. Anda mencari perhitungan logis untuk menjelaskan hal yang mustahil.”“Semua yang terjadi di alam semesta ini punya rumus!” desis Adrian, menekan-nekan tombol. “Output energi TADS-5 di tahun 2023 bahkan tidak mampu mengganggu jam digital. Bagaimana mungkin AI paling sempurna yang kubuat bisa dipengaruhi oleh… emosi?”Mata Cypher memancarkan sinar kehijauan yang intens. Ia terdiam selama beberapa detik, menganal

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 19 : Membuka Rahasia

    Adrian membeku. Matanya, yang biasanya dingin dan penuh perhitungan, kini melebar karena terkejut. Ia menatap Seraphina, lalu beralih menatap headset transparan yang tergeletak di meja. Benda itu berkilau perlahan, memancarkan cahaya merah muda keunguan seperti hologram. “Kamu bicara sama siapa, Sera?” bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar. Seraphina menghela napas. Ia sudah ketahuan. Semua ketakutan dan kelelahannya tiba-tiba sirna, digantikan oleh kepasrahan yang tenang. Ia tahu ini adalah satu-satunya kesempatan. Ia tidak bisa menyia-nyiakannya. Ia menatap mata kakaknya yang tajam. “Cypher. Versi sempurna dari TADS-5 yang kamu ciptakan.” Seraphina mulai berbicara, suaranya pelan dan datar. “Aku akan menceritakan semuanya, dari awal. Tapi aku nggak akan memintamu untuk percaya sama ceritaku, Adrian. Aku cuma minta kamu untuk percaya pada Cypher.” Adrian mengerutkan dahi, bingung. “Cypher dan TADS-5?? Apa yang kamu bicarakan?” Seraphina memandang wajah Adrian, dan ia melih

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 18 : TADS-5, Pelopor Cypher

    2023 Mobil Adrian bergerak cepat melintasi jalanan London yang basah. Kaca-kaca mobil berkilauan, memantulkan cahaya lampu jalan yang buram. Di dalam, suasana terasa dingin dan senyap. Seraphina melirik Adrian yang fokus menyetir, wajahnya tegas, rahangnya mengeras. Ia tampak berpikir keras, dan Seraphina tahu Adrian masih tidak memercayai ceritanya. “Aku tahu ini susah dipercaya,” kata Seraphina, memecah keheningan. “Tapi... yang aku ceritain itu nggak bohong.” Adrian tidak menoleh. “Sera, apa pun yang kamu ceritakan tentang Cassian … aku yakin itu karena kamu lagi kesal sama dia aja kan. Akhir-akhir ini kamu berantem sama dia. Kamu sengaja bikin cerita-cerita seperti ini karena marah sama dia. Memangnya apa yang dia lakukan sampai kamu buat cerita jelek-jelekin dia kayak gini?” “Dia melakukan hal yang sangat-sangat buruk, Adrian.” Seraphina berusaha meyakinkan, “Dia beneran berbahaya. Dia bilang mau mengambil alih perusahaan kita.” Adrian menghela napas. “Aku tahu Cassian t

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 17 : Sintaks Salah

    "Cypher, kamu dengar aku?" bisik Seraphina. Seraphina sudah berada di dalam Drury Covent Garden. Kafe itu ramai, namun musik jazz yang diputar membuat suasana terasa tenang. Ia memilih sebuah meja di sudut ruangan, jauh dari keramaian. Ia duduk, meletakkan ponselnya di atas meja. Tangan-tangan Seraphina terasa dingin dan bergetar, ia merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Tangannya terangkat, menyentuh telinganya, memastikan earphone transparan itu sudah terpasang dengan nyaman. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. “Cypher?” panggilnya lagi. ‘Aku dengar. Suaramu terdengar jelas, Seraphina. Tenang. Aku di sini,’ jawab Cypher, suaranya tenang dan tanpa emosi. “Sorry,” bisik Seraphina lagi. “Aku gugup. Gimana kalau dia nggak percaya sama aku? Gimana kalau dia malah menganggap aku gila?” ‘Dia akan percaya. Ingat, Adrian tidak percaya pada orang lain selain dirinya. Kita tidak akan memintanya untuk percaya padamu, tapi

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 16 : Protokol Alpha

    2035 Adrian menatap layar monitor besar yang menampilkan sebuah garis waktu bergelombang, ditandai dengan berbagai data aneh. Di sampingnya, Profesor Ellery, seorang pria tua dengan kacamata tebal dan rambut putih yang berantakan, mengangguk perlahan. “Singularitasnya stabil, Adrian,” kata Profesor Ellery, nadanya tegang. “Kami berhasil mencegahnya untuk tidak menghancurkan diri. Pengiriman Cypher beberapa hari yang lalu juga berhasil.” Andrian mengamati layar, tatapannya terlihat serius, juga ada semburat kesal di matanya. “Tapi aku nggak menemukan Cypher di tahun 2025. Hanya ada 10 menit di titik ini. Tapi setelah itu jejak Cypher hilang.” Adrian mengetuk layar yang menampilkan titik koordinasi lokasi. Jendela baru terbuka, kali ini menunjukkan sebuah peta. Jari telunjuk dan ibu jarinya bergerak memperbesar titik. Profesor Ellery mengernyit. "Itu nggak mungkin. Kami mengirim Cypher ke tahun 2025 dengan protokol ketat, tujuannya untuk….” “Aku tahu, untuk mencegah adikku bunuh d

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 15 : Singularitas Seraphina

    Seraphina mengikuti Cypher ke sebuah ruangan yang terlihat seperti studio seni, dengan kanvas-kanvas kosong bersandar di dinding. Hingga sampai di tengah ruangan, matanya menangkap sebuah meja kerja baja dengan laptop futuristik yang menyala. "Duduklah, Seraphina," kata Cypher, menunjuk kursi di depan meja. "Aku harus melakukan ini sekarang. Proses ini tidak akan lama." Seraphina mengangguk, masih memproses emosinya yang campur aduk. Setidaknya ia lega, lehernya kini sudah kosong dari syal biru navy, ringan seperti beban yang telah terangkat. "Apa yang bakal terjadi kalau kamu nggak ngelakuin itu?" tanya Seraphina, duduk di kursi. Cypher mengarahkannya ke monitor. "Ada risiko data corruption. Data itu bisa terdistorsi, atau bahkan hilang. Aku tidak bisa mengambil risiko itu." "Oke," jawab Seraphina, suaranya tenang. "Terus, apa rencananya?" Cypher membuka laptopnya. Layar itu menampilkan kode-kode biner yang mengalir dengan cepat. "Rencananya akan kujelaskan setelah proses

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status