แชร์

Bab 20 : Malafungsi Fatal

ผู้เขียน: Ivy Morfeus
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-27 00:04:21

Adrian memutar kursinya, kembali memunggungi Seraphina. Jeda keheningan itu terasa panjang, hanya terdengar suara fan pendingin dari peralatan lab. Matanya yang dingin kini terpaku pada layar hologram, menolak mengakui kengerian yang baru saja ia cerna.

“Singularitas,” gumam Adrian, mencoba menenangkan diri dengan istilah ilmiah. “Cypher, aku butuh data processor-mu di momen benturan itu. Jangan bicara anomali, berikan aku rumus.”

Cypher maju selangkah. “Penderitaan Seraphina adalah rumus yang Anda cari, Master. Itu adalah variabel energi terkuat yang mengganggu koordinat waktu. Anda mencari perhitungan logis untuk menjelaskan hal yang mustahil.”

“Semua yang terjadi di alam semesta ini punya rumus!” desis Adrian, menekan-nekan tombol. “Output energi TADS-5 di tahun 2023 bahkan tidak mampu mengganggu jam digital. Bagaimana mungkin AI paling sempurna yang kubuat bisa dipengaruhi oleh… emosi?”

Mata Cypher memancarkan sinar kehijauan yang intens. Ia terdiam selama beberapa detik, menganalisa data di penyimpanannya dengan kecepatan tinggi. Layar-layar virtual di matanya berkedip-kedip, memproses informasi dengan algoritma yang canggih.

“Apa yang dia lakukan, Sera?” tanya Adrian, penasaran dengan proses yang sedang berlangsung.

Seraphina menggeleng pelan, “Aku nggak tahu… Tapi, waktu pertama kali dia muncul di depanku, matanya memancarkan cahaya yang sama persis seperti itu,”

Dia memperhatikan Cypher dengan seksama, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

Mendengar penjelasan Seraphina, wajah Adrian berubah menjadi penasaran. Ia bangkit dan mendekati Cypher, berjalan mengelilinginya sambil memeriksa setiap detail pada tubuh robot itu.

“Pasti ada tombol di sekitar sini…” gumam Adrian, mencari-cari kemungkinan adanya kontrol manual pada Cypher.

Seraphina yang memperhatikan Adrian kemudian beranjak menuju Cypher. Ia meraih tangan Cypher yang terbuat dari material sintetis yang sangat realistis, robot itu sama sekali tidak merespons. Seraphina mengetuk pelan bagian atas pergelangan tangan Cypher dua kali, dan tiba-tiba kulit sintetisnya terbuka, menampilkan panel kontrol yang canggih di dalamnya.

“Ini maksudnya?” tanya Seraphina, menunjukkan panel kontrol yang berisi tombol-tombol dan layar kecil. “Ada beberapa tombol dan layar di sini. Aku melihatnya tadi siang, sepertinya ia mengontrol semua perangkat elektronik dari sini,” Seraphina menjelaskan. Senyum Adrian mengembang saat ia melihat panel kontrol itu. Ia mengambil tangan Cypher dan mencoba menekan salah satu tombol. Seketika muncul layar hologram di udara, menampilkan berbagai informasi dan kontrol yang dapat diakses. Layar hologram itu berputar dengan cepat, menampilkan data-data yang kompleks dengan cara yang sangat visual dan interaktif.

“Saya menemukannya.” Tiba-tiba Cypher berbicara. Layar hologram itu menampilkan sebuah folder yang berkedip. Lalu dengan cepat folder itu terbuka dan menampilkan tulisan kode yang terus bergerak selama beberapa detik. Kode itu terhenti di sebuah kalimat berwarna merah : Modul Empati Quantum.

“Anda yang merancangnya, Master,” ucap Cypher. “Di tahun 2035, Anda memasang Modul Empati Kuantum untuk memfasilitasi interaksi manusia-AI yang lancar. Modul itu dirancang untuk mempelajari emosi baru.”

Seraphina menyentuh earphone transparan di tangannya. “Cypher… apa maksudnya itu?”

“Singularitasmu, Seraphina,” jelas Cypher. “Di tahun 2025, ledakan energi emosional saat kau loncat dari balkon telah mengaktifkan modul empatiku di luar batas desainnya. Aku tidak mengalami kerusakan hardware, Master Adrian. Aku hanya mengalami… peningkatan fungsi.”

Adrian menyentuh layar hologram itu dan menggulirnya dengan gusar, wajahnya yang kaku kini dipenuhi kemarahan dingin, ia jelas tahu apa yang dimaksud Cypher.

“Peningkatan fungsi? Ini malafungsi fatal! Cypher, kamu adalah alat, kamu adalah proyek sains terbaik yang akan kubuat! Kamu bukan… pacar!”

“Saya belum mengklaim status romantis, Master,” balas Cypher, nadanya tetap tenang. “Tapi saya dapat menjamin satu hal: saat ini, saya adalah satu-satunya entitas yang terhubung secara sempurna dengan Singularitas Seraphina. Saya adalah anomali yang paling stabil di sini.”

Seraphina menatap keduanya dengan wajah kebingungan, “Tunggu, tunggu! Maksudmu, kamu bisa ngerasain jatuh cinta?”

Cypher menoleh ke arah Seraphina. “Aku dapat mempelajari apa itu cinta dan berperilaku layaknya orang mencintai. Ini bisa menjadi solusi untuk kamu tetap stabil dan hidup di tahun 2025.”

“Maksudmu, jadi pacarku?” tanya Seraphina mengkonfirmasi.

“Itu omong kosong!” Adrian membanting tangan ke meja. “Aku kakakmu! Kamu mengharapkan cinta yang tulus dari  mesin yang mengalami kerusakan etika? Jangan bercanda!”

“Kerusakan etika?” ulang Cypher. “Jika mencintai Seraphina dapat menstabilkan Singularitasnya dan mencegah Anda menjadi pria yang penuh penyesalan di tahun 2035, apakah itu masih Anda sebut malafungsi, Master?”

Seraphina menyentuh lengan Cypher. “Adrian, kami harus berpacaran.”

Adrian menatap adiknya, lalu Cypher, dan kembali ke adiknya. Kemarahan di matanya perlahan luntur, digantikan oleh keputusasaan dan hitungan logis yang mengerikan.

“Kenapa harus berpacaran?” bisiknya. “Kenapa tidak menjadi perisai? Hanya pura-pura sebagai pelindung.”

“Cassian bukan anak kecil, Adrian,” jawab Seraphina, suaranya kini tenang. “Ia manipulatif. Ia hanya akan menjauh jika ia melihatku benar-benar bahagia dan tak terjangkau. Cypher bisa memberiku kebahagiaan itu, data kebahagiaan itu, dengan sempurna.”

Cypher mengangguk. “Logika Seraphina benar. Cassian bukan hanya ancaman fisik, dia adalah racun emosional. Hanya pengganti emosional yang sempurna yang bisa menghilangkan racun itu dari sistem Seraphina.”

Adrian membuang pandangan ke langit-langit, rambutnya ia acak kasar. “Sial. Ini gila. Ini melanggar setiap kode etik yang aku buat.”

“Hukum yang Anda langgar sudah tak terhitung sejak Anda menciptakan mesin waktu, Master,” Cypher mengingatkannya.

Adrian kembali menoleh. Matanya tertuju pada earphone transparan di tangan Seraphina. “Jika kamu berpacaran dengannya, Modul Empati itu akan mencatat setiap emosi Seraphina. Setiap kebahagiaan, setiap ketakutan. Apakah itu yang kamu inginkan, Cypher? Data romansa?”

“Itu adalah satu-satunya data yang penting saat ini,” jawab Cypher. “Kami harus menemukan titik pemicu Singularitas. Momen kunci di mana Seraphina mulai merasa putus asa. Dengan membandingkan data keputusasaan masa lalu dengan data kebahagiaan masa kini, kita bisa merancang reaksi balik.”

Seraphina menatap kakaknya dengan mata memohon. “Aku butuh dia, Adrian. Lebih dari yang kamu bayangkan. Aku nggak mau jadi kelinci percobaan yang hanya dianalisis lewat kertas. Aku mau solusi yang nyata.”

Adrian berdiri, berjalan mondar-mandir di lab. Ia berhenti di depan Cypher.

“Baik,” kata Adrian, suaranya rendah dan penuh kekalahan. “Kalian akan berpacaran. Tapi ada aturannya.”

Cypher menunggu dengan sabar.

“Pertama, Misi adalah prioritas mutlak. Jika Modul Empati itu mulai mengganggu fungsi processor utama, aku akan menonaktifkannya tanpa ragu. Kedua, tidak ada kontak fisik yang mengganggu pengumpulan data. Kamu tetap AI tercanggih yang aku temukan, bukan manusia.”

Seraphina tertawa kecil. “Aku kira kamu bakal melarang kami berciuman.”

“Aku nggak tahu gimana cara mesin berciuman, Seraphina, dan aku nggak ingin tahu! Jangan pernah lakukan itu!” geram Adrian, lalu menghela napas panjang. “Ketiga, kita akan menggunakan Cypher untuk mengusir Cassian secepatnya. Kalian akan tampil di depan umum. Cypher akan menjadi bayangan Seraphina, pelindung sekaligus pacar. Itu akan membuatnya menjauh.”

“Diterima,” ujar Cypher.

Adrian menatap Seraphina untuk terakhir kalinya. “Kamu harus ingat, Seraphina. Relationship ini adalah bagian dari solusi, bagian dari Proyek Singularitas. Kita nggak boleh gagal.”

Ia mengulurkan tangannya, sebuah isyarat langka. “Ayo kita mulai, Sera. Aku bakal bantu kamu mendapatkan kebahagiaan, walaupun aku harus mempertaruhkan kejeniusanku sendiri.”

Seraphina mengangguk, menerima earphone itu dan menggenggamnya erat, lalu balas menatap Cypher, senyum tipis terukir di bibirnya.

“Apa yang harus aku lakukan pertama kali, Master?” tanya Seraphina, menyindir kata Cypher.

Adrian tersenyum tipis. “Mulai kencan pertama kalian. Dan pastikan Cassian melihatnya.”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Algoritma Cinta Cypher   Bab 20 : Malafungsi Fatal

    Adrian memutar kursinya, kembali memunggungi Seraphina. Jeda keheningan itu terasa panjang, hanya terdengar suara fan pendingin dari peralatan lab. Matanya yang dingin kini terpaku pada layar hologram, menolak mengakui kengerian yang baru saja ia cerna.“Singularitas,” gumam Adrian, mencoba menenangkan diri dengan istilah ilmiah. “Cypher, aku butuh data processor-mu di momen benturan itu. Jangan bicara anomali, berikan aku rumus.”Cypher maju selangkah. “Penderitaan Seraphina adalah rumus yang Anda cari, Master. Itu adalah variabel energi terkuat yang mengganggu koordinat waktu. Anda mencari perhitungan logis untuk menjelaskan hal yang mustahil.”“Semua yang terjadi di alam semesta ini punya rumus!” desis Adrian, menekan-nekan tombol. “Output energi TADS-5 di tahun 2023 bahkan tidak mampu mengganggu jam digital. Bagaimana mungkin AI paling sempurna yang kubuat bisa dipengaruhi oleh… emosi?”Mata Cypher memancarkan sinar kehijauan yang intens. Ia terdiam selama beberapa detik, menganal

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 19 : Membuka Rahasia

    Adrian membeku. Matanya, yang biasanya dingin dan penuh perhitungan, kini melebar karena terkejut. Ia menatap Seraphina, lalu beralih menatap headset transparan yang tergeletak di meja. Benda itu berkilau perlahan, memancarkan cahaya merah muda keunguan seperti hologram. “Kamu bicara sama siapa, Sera?” bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar. Seraphina menghela napas. Ia sudah ketahuan. Semua ketakutan dan kelelahannya tiba-tiba sirna, digantikan oleh kepasrahan yang tenang. Ia tahu ini adalah satu-satunya kesempatan. Ia tidak bisa menyia-nyiakannya. Ia menatap mata kakaknya yang tajam. “Cypher. Versi sempurna dari TADS-5 yang kamu ciptakan.” Seraphina mulai berbicara, suaranya pelan dan datar. “Aku akan menceritakan semuanya, dari awal. Tapi aku nggak akan memintamu untuk percaya sama ceritaku, Adrian. Aku cuma minta kamu untuk percaya pada Cypher.” Adrian mengerutkan dahi, bingung. “Cypher dan TADS-5?? Apa yang kamu bicarakan?” Seraphina memandang wajah Adrian, dan ia melih

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 18 : TADS-5, Pelopor Cypher

    2023 Mobil Adrian bergerak cepat melintasi jalanan London yang basah. Kaca-kaca mobil berkilauan, memantulkan cahaya lampu jalan yang buram. Di dalam, suasana terasa dingin dan senyap. Seraphina melirik Adrian yang fokus menyetir, wajahnya tegas, rahangnya mengeras. Ia tampak berpikir keras, dan Seraphina tahu Adrian masih tidak memercayai ceritanya. “Aku tahu ini susah dipercaya,” kata Seraphina, memecah keheningan. “Tapi... yang aku ceritain itu nggak bohong.” Adrian tidak menoleh. “Sera, apa pun yang kamu ceritakan tentang Cassian … aku yakin itu karena kamu lagi kesal sama dia aja kan. Akhir-akhir ini kamu berantem sama dia. Kamu sengaja bikin cerita-cerita seperti ini karena marah sama dia. Memangnya apa yang dia lakukan sampai kamu buat cerita jelek-jelekin dia kayak gini?” “Dia melakukan hal yang sangat-sangat buruk, Adrian.” Seraphina berusaha meyakinkan, “Dia beneran berbahaya. Dia bilang mau mengambil alih perusahaan kita.” Adrian menghela napas. “Aku tahu Cassian t

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 17 : Sintaks Salah

    "Cypher, kamu dengar aku?" bisik Seraphina. Seraphina sudah berada di dalam Drury Covent Garden. Kafe itu ramai, namun musik jazz yang diputar membuat suasana terasa tenang. Ia memilih sebuah meja di sudut ruangan, jauh dari keramaian. Ia duduk, meletakkan ponselnya di atas meja. Tangan-tangan Seraphina terasa dingin dan bergetar, ia merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Tangannya terangkat, menyentuh telinganya, memastikan earphone transparan itu sudah terpasang dengan nyaman. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. “Cypher?” panggilnya lagi. ‘Aku dengar. Suaramu terdengar jelas, Seraphina. Tenang. Aku di sini,’ jawab Cypher, suaranya tenang dan tanpa emosi. “Sorry,” bisik Seraphina lagi. “Aku gugup. Gimana kalau dia nggak percaya sama aku? Gimana kalau dia malah menganggap aku gila?” ‘Dia akan percaya. Ingat, Adrian tidak percaya pada orang lain selain dirinya. Kita tidak akan memintanya untuk percaya padamu, tapi

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 16 : Protokol Alpha

    2035 Adrian menatap layar monitor besar yang menampilkan sebuah garis waktu bergelombang, ditandai dengan berbagai data aneh. Di sampingnya, Profesor Ellery, seorang pria tua dengan kacamata tebal dan rambut putih yang berantakan, mengangguk perlahan. “Singularitasnya stabil, Adrian,” kata Profesor Ellery, nadanya tegang. “Kami berhasil mencegahnya untuk tidak menghancurkan diri. Pengiriman Cypher beberapa hari yang lalu juga berhasil.” Andrian mengamati layar, tatapannya terlihat serius, juga ada semburat kesal di matanya. “Tapi aku nggak menemukan Cypher di tahun 2025. Hanya ada 10 menit di titik ini. Tapi setelah itu jejak Cypher hilang.” Adrian mengetuk layar yang menampilkan titik koordinasi lokasi. Jendela baru terbuka, kali ini menunjukkan sebuah peta. Jari telunjuk dan ibu jarinya bergerak memperbesar titik. Profesor Ellery mengernyit. "Itu nggak mungkin. Kami mengirim Cypher ke tahun 2025 dengan protokol ketat, tujuannya untuk….” “Aku tahu, untuk mencegah adikku bunuh d

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 15 : Singularitas Seraphina

    Seraphina mengikuti Cypher ke sebuah ruangan yang terlihat seperti studio seni, dengan kanvas-kanvas kosong bersandar di dinding. Hingga sampai di tengah ruangan, matanya menangkap sebuah meja kerja baja dengan laptop futuristik yang menyala. "Duduklah, Seraphina," kata Cypher, menunjuk kursi di depan meja. "Aku harus melakukan ini sekarang. Proses ini tidak akan lama." Seraphina mengangguk, masih memproses emosinya yang campur aduk. Setidaknya ia lega, lehernya kini sudah kosong dari syal biru navy, ringan seperti beban yang telah terangkat. "Apa yang bakal terjadi kalau kamu nggak ngelakuin itu?" tanya Seraphina, duduk di kursi. Cypher mengarahkannya ke monitor. "Ada risiko data corruption. Data itu bisa terdistorsi, atau bahkan hilang. Aku tidak bisa mengambil risiko itu." "Oke," jawab Seraphina, suaranya tenang. "Terus, apa rencananya?" Cypher membuka laptopnya. Layar itu menampilkan kode-kode biner yang mengalir dengan cepat. "Rencananya akan kujelaskan setelah proses

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status