Share

05 || Bertemu Calon Mertua

Sudah sekitar satu bulan pendekatan Nayla dan Kenan terjadi atas keinginan Allea. Nayla hanya memikirkan perasaan putrinya dan menyisihkan perasaannya. Sementara Kenan merasa bahagia karena Nayla mau bertemu dengan orang tuanya nanti malam.

"Pokoknya Mama mau menantu yang sempurna! Awas aja kalau tidak," sarkas ibunya Kenan.

Kenan hanya tersenyum. Baginya Nayla merupakan sosok sempurna untuknya dari dulu hingga saat ini, hanya ia yang mampu mengisi relung kosong di hatinya.

*

Sementara di seberang sana ada Nayla yang terlihat bingung saat pekerjaannya selesai.

"Bengong aja, kau!" Olivia menyenggol lengan Nayla yang ia jadikan penyanggah pipi. Ia sangat terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Mbak Oliv." Nayla hanya menjawab sekenanya karena yang ada di otaknya memikirkan nasib yang telah ia ambil.

"Ada masalah? Ceritalah," tanya Olivia yang kemudian duduk berhadapan dengan Nayla.

Awalnya Nayla diam, akan tetapi hatinya semakin terasa resah untuk keputusan yang telah ia ambil. Ia kemudian menceritakan perihal Kenan pada Olivia. Tentang keinginan Allea yang menginginkan dirinya agar menikah dengan Kenan dan rencana pertemuan ia dan keluarga Kenan nanti sore.

"Apa yang kau khawatirkan, Nay?" tanya Olivia.

"Entah, aku merasa gamang, Mbak. Aku terlalu takut karena posisiku ini singel Mom dan––" ucapan Nayla terjeda, semua kata seolah tertahan di dalam kerongkongan.

**

Mentari telah naik cukup terik, jarum jam mengarah ke angka sepuluh dan Nayla telah bangun dari mimpinya. Padahal biasanya ia bangun ketika azan asar berkumandang.

Inah memperhatikan majikannya yang terlihat resah mondar-mandir tidak tentu arah di depan pintu kamarnya. Ia berinisiatif untuk mendekatinya sekadar ingin mengobrol saja.

"Non Nayla kenapa? Kok, seperti gelisah?" tanya Inah tanpa ragu.

Nayla menatap wajah Inah dan akhirnya ia mengungkapkan perihal apa yang ia rasakan saat ini. Rasa minder berbalut takut ditolak oleh ibu dari laki-laki yang hendak melamarnya.

Lagi-lagi Nayla mendengar jawaban yang hampir sama dengan jawaban dari Olivia. Apakah sebetulnya ia yang terlalu over thinking pada perasaannya dan juga laki-laki yang hendak melamarnya nanti malam?

Akhirnya Nayla berinisiatif untuk bertemu dulu dengan Kenan supaya ia lebih siap lagi untuk bertemu dengan orang tuanya. Tidak menunggu waktu lama akhirnya Kenan pun melaju dengan mobilnya ke rumah kontrakan Nayla dengan masih mengenakan kemeja lengan panjang yang ia gulung seolah menjdi pakaian kebesarannya.

Nayla yang masih mengobrol dengan Inah pun akhirnya harus terhenti ketika suara ketukan pintu terdengar.

"Biar aku aja, Bi!" Nayla gegas menuju pintu depan ketika ia berada di dapur bersama Inah.

Pintu pun terbuka dan seulas senyum terukir indah di bibir Kenan.

"Hai? Kamu merindukanku, Nay?" Kenan malah menggoda Nayla yang membuat singel mom tersebut bertambah kesal.

"Ge'er! Ada yang mau aku bicarakan sama Kak––" ucap Nayla terjeda. Sementara Kenan tersenyum karena ia yakin kalau Nayla akan memanggilnya 'kakak' panggilan dulu untuknya. "Senyum terus. Aku ingin bicara sesuatu sama kamu!" sambung Nayla yang kemudian memalingkan tubuhnya dari Kenan.

Kenan pun mengekor. Ia berjalan kemudian duduk di sofa yang ada di ruang tamu yang begitu sempit. Sementara Nayla gegas ke dapur membuatkan susu dan camilan untuk Kenan.

Tidak begitu lama Nayla membawa susu hangat rasa cokelat meski sesungguhnya Kenan memang menyukai hampir semua rasa susu asal bukan rasa alpukat yang paling ia benci.

"Kamu masih ingat minuman favorit aku, Nay," ucap Kenan dengan seulas senyum saat Nayla sudah menghidangkannya di atas meja.

Nayla tidak banyak bicara. Ia membiarkan Kenan untuk menikmati minuman dan camilan yang ia sajikan tadi.

"Bicaralah, apa yang hendak kamu tanyain sama aku?" Kenan bertanya saat susu hangat tinggal setengah gelas.

"Ada hal yang belum kamu tahu dari aku," ucap Nayla dengan mata melihat lurus ke pintu yang terbuka lebar. "Kalau pekerjaanku––" ucap Nayla terhenti.

Entah kenapa ia malah bungkam. Padahal hal inilah yang mengganjal hatinya. Ia terlalu takut kalau Kenan akan marah kemudian pergi dari hidupnya dan akan membuat Allea sedih.

"Kenapa dengan pekerjaanmu?" Kenan bertanya karena Nayla malah terlihat bengong tanpa kata.

Sangat terlihat kegelisahan dari gesture tubuh Nayla kalau ia begitu tidak nyaman untuk membahas masalah pekerjaannya. Dalam pikirannya, laki-laki mana, sih, yang mau menerima wanita pemandu karaoke seperti dirinya? Apalagi dengan status singel parent. Pandangan orang-orang pasti banyak yang mengira kalau pekerjaannya itu tidak jauh dari menjual diri pada laki-laki hidung belang.

***

Pertemuan tadi tidak menghasilkan apa-apa. Nayla masih bingung untuk menjelaskan pada Kenan yang harusnya saat ini hatinya sudah tenang malah semakin merasa over thinking.

Nayla memutuskan untuk datang menemui orang tua Kenan tanpa Allea karena ia begitu takut kalau sampai orang tua Kenan akan menolaknya. Ia membayangkan akan betapa hancurnya perasaan putri cantiknya nanti.

Waktu telah menunjuk ke angka tujuh dan Nayla menyuruh Inah untuk membawa putrinya ke kamar saat klakson mobil menyapa dari luar. Nayla yang sudah cantik mengenakan dress selutut warna putih motif bunga-bunga terlihat semakin cantik dan anggun dengan rambut panjang yang ia gerai sepunggung serta jepitan kecil yang tersemat di rambutnya.

"Nayla?" Sepasang mata Kenan membulat saat melihat Nayla yang ada di dekat pintu mobilnya yang masih tertutup.

"Tidak membukakan pintu mobil untukku?" tanya Nayla yang berhasil membuat Kenan tersadar dari lamunan karena terpesona oleh penampilan Nayla malam ini.

Kenan mengedipkan mata dan menggelengkan kepala saat ia terperanjat dari lamunan. Gegas ia turun dari mobil, lalu membukakan pintu tersebut untuk Nayla. Wanita itu masuk dengan begitu anggun dan duduk di kursi samping kemudi. Sementara Kenan berlari dan masuk dari pintu sampingnya.

Kini mereka berada di dalam mobil dengan debar tidak beraturan yang dirasakan oleh Kenan. Akhirnya ia menyadari ada satu hal yang tertinggal. Formasi ini terasa kurang lengkap baginya.

"Lea mana?" tanya Kenan.

"Ada sama Bibi, dia mau tidur katanya," bohong Nayla.

"Oh, seperti itu? Padahal aku ingin mengenalkan Lea juga sama Mama," ucap Kenan yang terlihat sedikit lesu.

Maaf, Kak. Aku terlalu takut kalau Lea akan terluka. Entah kenapa feeling aku malam ini tidak enak. Apakah mamamu akan menolakku? Batin Nayla ketika mesin mobil dinyalakan oleh Kenan.

Allea hanya dapat melihat mobil Kenan yang membawa ibunya pergi. Ia terlihat sedih karena sesungguhnya ingin ikut serta dengan mereka. Allea begitu menyayangi sosok Kenan. Baginya, Kenan merupakan sosok ayah terbaik untuknya.

Sementara di dalam mobil ada Kenan dan Nayla yang masih membisu dengan pikirannya masing-masing. Hingga tidak terasa ban mobil yang berputar melindas aspal hitam di jalan raya kini sudah terparkir di halaman rumahnya yang berumput hijau.

"Mari!" Kenan membukakan pintu mobil, tapi Nayla terlihat ragu. "Tidak usah takut, ada aku," ucap Kenan dengan seulas senyum.

Uluran tangan Kenan disambut hangat oleh Nayla. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju rumah besar bergaya mediterania dengan warna putih yang mendominasi rumah tersebut. Kenan masih merasakan kegelisahan dari Nayla meski berkali-kali ia mencoba menenangkannya dan meyakinkan kalau semua akan berjalan dengan baik.

"Ma? Mama?!" Kenan sedikit berteriak memanggil ibunya. Sementara Nayla semakin terlihat tidak nyaman.

"Nay?" ucap seorang laki-laki yang berada di rumah Kenan. "Ngapain kamu di sini?" sambungnya yang membuat sepasang mata Nayla membulat sempurna saat melihat laki-laki itu berada di rumah Kenan––calon suaminya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status