"Kak Ken? Dari mana Kakak tau kalau aku ada di sini?" tanya Nayla yang masih terlihat heran. Kenan yang menenteng box-box di dalam kantung plastik tersenyum saat melihat ekspresi Nayla. "Tidak usah bingung, nanti aku cerita. Kita makan dulu, yuk?!" Tangan kiri Kenan menarik Nayla. "Enggak! Pokoknya ceritain dulu!" pinta Nayla.Akhirnya Kenan menceritakan kalau sesungguhnya ia menelepon dirinya, tetapi Ijah lah yang mengangkat dan memberitahu kalau Nayla sudah membuka toko kue, ia juga yang memberitahu alamat toko kue Nayla. "Jelas?" tanya Kenan saat ia telah selesai menceritakan pada Nayla dan ia pun mengangguk. "Ya udah, kita makan dulu, yuk?! Aku udah lapar," ajak Kenan.Ibu beranak satu itu pun menurut saat Kenan menariknya ke salah satu meja. Namun, Nayla mengajak Kenan ke dapur agar berkumpul dengan Allea dan juga Inah. "Daddy?!!!" Sepasang mata bocah cantik itu membulat dengan wajah ceria saat melihat Kenan. Allea bangkit dan berlari menghampiri Kenan. Hanya dalam sekejap t
Keluarga Kenan sedang menikmati sarapan pagi. Semua berkumpul menikmati menu sarapan mereka. Kinan yang tampak serius dengan sarapannya. Kenan yang terpecah antara sandwich dengan ponsel, Yoga yang mencuri-curi pandang pada Rebecca dan Rebecca tengah khusuk menatap Kenan yang terlihat semakin tampan. Meja makan yang berbentuk bulat dengan posisi duduk; Kenan-Kinan-Yoga, lalu Rebecca. Rebecca yang sedang khusuk menatap Kenan terperanjat saat pahanya ada yang mengusap karena posisi duduk Yoga memang cukup dekat dengannya. Sontak sepasang mata Rebecca membulat, tetapi ia mencoba santai ketika menatap Yoga. Perlahan tangan Rebecca menyingkirkan tangan jahil Yoga. Namun, Yoga kembali seperti itu dan Rebecca tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan tangan itu tetap meraba-raba paha yang hanya terhalang oleh rok mini, bahkan dengan jahilnya tangan Yoga mencoba menelusup sehingga membuat Rebecca semakin tidak nyaman. Karena ia tidak merasa nyaman akhirnya Rebecca bergeser mendekat pada
Di pertengahan jalan menuju toko kue Nayla, Kenan malah bertemu seseorang yang ia kenal sedang berdiri dengan wajah gelisah. Kenan pun menepikan mobilnya dan membuka kaca mobil. "Mbak Oliv?" sapa Kenan. Olivia sepertinya lupa, ia sejenak berpikir saat melihat wajah laki-laki yang ada dalam mobil mewah. "Mbak lupa pasti sama saya? Saya Kenan," ucap Kenan dengan seulas senyum. "Astagaaaa ... pantas aku merasa pernah melihatmu, tapi di mana?" jawab Olivia dengan seulas senyum dan rambut yang ia selipkan ke telinganya. "Mbak mau ke mana? Kok, malah berdiri di sini sendirian?" "Aku mau ke toko kue Nayla, mobilku lagi diservis, maklum, mobil tua," ucapnya sambil tertawa. "Ah, bareng aja, saya juga mau ke sana. Mari, masuk!" Kenan membuka pintu mobil untuk Olivia. Wanita yang berusia lebih tua darinya itu pun segera masuk dan duduk di samping Kenan. Mobil melaju santai saat Olivia sudah mengenakan seat belt. Namun, keadaan tiba-tiba membisu kala Kenan masih terpikirkan harus berbicara
Kenan begitu lemas saat melihat ekspresi Nayla. Dalam hatinya sudah merutuk diri atas kejadian malam laknat itu dengan Rebecca. Namun, hatinya terasa lega saat ada sedikit senyum di bibir merah muda Nayla. Nayla meraih tangan Kenan. Ia mengusapnya dan menarik napas panjang serta mengeluarkan perlahan. "Mbak Oliv sudah memberitahuku," ucap Nayla begitu tenang. "Lalu? Pasti kamu kecewa?""Apa perlu aku jawab?" tanya Nayla dengan seulas senyum. "Maafin aku," gumam Kenan sambil menundukkan pandangan. Hening. "Tidak perlu minta maaf, karena itu bukan kemauan Kakak. Mungkin nanti akan terjawab, Kakak berbohong ataukah tidak saat Rebecca hamil." "Tapi belum tentu sama aku, Nay!" "Kak, zaman udah maju. Kalian bisa tes DNA dan semuanya akan terungkap." "Aku tidak ingin kamu pergi dari sisiku, Nay." Kenan menggenggam tangan Nayla dengan sorot mata penuh harap. "Aku tidak akan meninggalkan Kak Ken kalau saja memang itu bukan anak Kakak." Jawaban Nayla cukup membuat Kenan stres. Bagaima
Kenan semakin kencang menggedor pintu karena tidak ada jawaban dari dalam, sedangkan Rebecca dan Yoga sedang berpikir keras harus berbuat apa.Akhirnya Rebecca menyuruh Yoga untuk bersembunyi di kamar mandi sedangkan ia melilitkan handuk pendek ke tubuhnya. "Iya, sebentar!" jawab Rebecca dari dalam kamar. "Dari mana saja sih––" ucap Kenan terhenti ketika menyadari Rebecca tidak mengenakan baju. Melihat tatapan Kenan, Rebecca yakin sekali kalau lelaki yang ada di hadapannya tengah terlena melihat tubuhnya. "Aku habis mandi, ada apa, Mas?" tanya Rebecca yang melihat Kenan memalingkan pandangan. "Em ... hanya ingin menanyakan Mama ke mana, apakah kamu tau?" tanya Kenan tanpa melihat pada Rebecca. "Katanya Mama masih ada urusan.""Oh, ya sudah." Kenan hendak pergi, tetapi tangan Rebecca seolah menahannya. "Jangan ke mana-mana." "Lepas!" ucap Kenan yang merasa tangannya dipegang oleh Rebecca. Karena tidak kunjung dilepaskan akhirnya Kenan mengempaskan tangannya dengan kasar. "Jangan
Ekspresi wajah Kinan, Yoga dan Kenan semuanya terlihat tidak menyukai kue buatan Rebecca. Rasa percaya diri yang awalnya membumbung tinggi akhirnya sedikit merendah. Bahkan untuk sekadar bertanya bagaimana rasa kuenya, pun, Rebecca menjadi tidak berani. "Kalian kenapa pada diam?" Yoga memecah keheningan. "Enak, ini enak sekali, Sayang. Kamu memang pintar bikin kue," jelas Kinan meski wajahnya terlihat masam. "Gimana, Ken? Enak, kan?" tanya Yoga pada Kenan. Rebecca terlihat menunggu jawaban dari Kenan. Setelah ia merasa puas dengan jawaban Kinan. Kalau Yoga, ia pasti menyukai apa pun yang dibuat oleh orang yang ia cintai. "Kamu rasain aja sendiri, aku yakin kamu juga belum mencicipinya, bukan?" ucap Kenan yang kemudian berlalu pergi meninggalkan gurat kekecewaan di wajah Rebecca. "Ken? Kenan!" Kinan memanggil putranya tetapi tidak digubris. Wajah Rebecca terlihat sedih, bahkan untuk sekadar mengutarakan pendapatnya saja Kenan tidak mau. Kinan menghibur Rebecca, tetapi Rebecca bu
Rasa lelah melanda tubuh Kenan malam ini. Ia menyimpan tas kerja, lalu melonggarkan dasi dan duduk sejenak di tepi ranjang. Tidak berselang lama, ia gegas mandi karena badan yang berkeringat. Baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tiba-tiba saja Rebecca terlihat duduk manis di tepi ranjang dengan senyuman membingkai bibirnya saat melihat Kenan yang hanya mengenakan handuk pendek di bawah lutut dan terlihat tubuh sixpack sedikit basah membuatnya terlihat semakin seksi di mata Rebecca."Siapa yang mengijinkanmu masuk ke sini?" tanya Kenan. "Tidak usah galak-galak, Mas. Sebentar lagi kita pasti menikah karena sampai detik ini aku belum menstruasi," ucap Rebecca sambil mengusap dada bidang Kenan. Kenan menepis tangan Rebecca, ia mundur menjauh. "Tetap di sana dan jangan pernah menyentuh! Boleh saja kamu beralasan seperti itu, tetapi jangan pernah berharap bisa mendapatkanku. Karena hatiku sudah dimiliki oleh Nayla, paham?!" "Hahaha ... terserah apa ka
Kenan meninggalkan semua pekerjaan demi putrinya dan Nayla. Ia tidak ingin mereka berdua sedih karena baginya mereka berdua ialah kebahagiaan yang ada di dunia. Mobil sudah terparkir di depan toko kue. Kenan langsung masuk dan disambut ramah oleh Inah dan Allea yang ada di meja kasir. "Mommy ada di dapur, Daddy masuk aja," bisik Allea pada Kenan yang dijawab dengan acungan jempol. Setelah mendapatkan ijin dari putrinya, Kenan langsung pergi ke dapur dan benar saja Nayla sedang duduk termenung dengan bibir mengerucut. Perlahan Kenan berjalan mendekati Nayla, bahkan saat ia duduk pun Nayla seolah tidak menyadarinya ada orang lain di sisinya saat ini. "Kamu kenapa, Nay?" tanya Kenan setelah beberapa saat Nayla hanya menghabiskan waktunya dengan berdiam diri. "Eh, Kak Ken. Sejak kapan Kakak ada di sini?" tanya Nayla yang terlihat salah tingkah. "Kenapa juga Kakak enggak kabari aku kalau mau ke sini? Aku, kan bisa bersiap-siap dulu. Enggak seperti ini," ucap Nayla panjang lebar. Kena