Home / Young Adult / Alvaro Sang Genus / Bab 7. Sekolah Dasar Sambora

Share

Bab 7. Sekolah Dasar Sambora

Author: Whieta Dy
last update Last Updated: 2022-01-22 20:48:44

Davira menghentikan motornya dan menatap Alvaro dari kejauhan. Gadis itu membuka helmnya dan sebuah senyum mengejek tersungging di bibirnya. 

“Dasar Genus tak tahu berterima kasih,” gumamnya. Gadis itu menarik lepas ikat rambutnya sehingga rambut panjangnya kini tergerai di bahu. Memang seharusnya ia tidak mengasihani pemuda itu. 

Sebuah panggilan masuk di ponselnya. Davira segera mengangkatnya. “Davira, Genus Ribby dijebak. Polisi kini sedang menuju lokasi. Kau harus selamatkan dia.” Suara Metira terdengar di seberang sana.

“Apakah penyerantanya tidak berfungsi?” tanyanya heran. Selain itu ada gas air mata, pulpen penyetrum, kenapa Ribby tak memanfaatkannya untuk menyelamatkan diri?  Davira bertanya-tanya dalam hati.

“Pria itu mengetahuinya. Ia merebut tas Ribby dan penyerantanya tak bisa mendeteksi,” jawab Metira.

“Baik. Di mana posisinya?” Davira segera mencari file tentang Ribby untuk mengenali wajahnya dan melihat lokasi yang telah dikirim oleh Familia lainnya atas perintah Metira.

“Lokasinya cukup jauh. Berapa lama lagi polisi tiba, Metira? Aku harus memperkirakan apakah aku tepat waktu.” Davira mengernyitkan dahi.

“Kamu punya waktu delapan menit. Ribby masih berbicara dengan penjebaknya.”

Gadis itu menatap jam di pergelangan tangannya. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia segera melajukan motornya menuju lokasi Ribby. Saat ia melintas di jalan raya, bunyi klakson, umpatan, teriakan peringatan dan siulan menggoda terdengar saling tumpang tindih mengiringi liukan motornya di antara padatnya lalu lintas dan bersahajanya para pejalan kaki. Semua itu tak mampu menghentikan kendaraan Davira yang terus melesat layaknya anak panah. 

Motor terus melaju meski sudah memasuki area sekolah dasar bernama Sambora. Bahkan ketika sudah sampai di dalam koridor, motor itu terus meraung. Davira menemukan Ribby dan pria yang menjebaknya di belakang sekolah.

 “Diam! Atau ia kutembak!” Seorang pria beraroma nikotin mengacungkan pistolnya, menempel ke kepala Ribby ketika melihat Davira tiba. 

Ribby terkejut dan baru menyadari situasinya. “Tapi, aku hanya datang untuk mendaftarkan adikku di sekolah ini.” Ia menelan ludah susah payah.

“Kau kira aku bodoh? Aku tahu kau  sudah mengincar Daine beberapa hari ini. Aku penjaga sekolah yang punya otak. Berbeda denganmu. Kau hanya penculik dungu.”

 “Owh, jangan gegabah,” ujar Davira sembari melirik ke arah anak perempuan di belakang pria itu. Usianya sekitar tujuh tahun. Pria itu memberi kode agar anak tersebut pergi dari situ. Ia pun lari tunggang langgang menuju ke luar taman.

 “Letakkan pistolmu di tanah. Aku akan mengatakan pada polisi bahwa temanmu ini akan menculik siswa di sekolah ini dan kau berkomplot dengannya.” Penjaga sekolah itu benar-benar marah. Dicengkeramnya lengan Ribby dengan kuat. Sementara dari kejauhan terdengar suara sirene mobil polisi. 

 Sudah tak ada waktu lagi. 

Davira melangkah perlahan mendekati mereka. Pria itu terperangah.

“Berhenti kataku!” bentaknya. 

Gadis itu semakin dekat. “Tembak saja kepalanya. Kami sudah tak membutuhkan penculik dungu,” kata Davira dengan tenang. 

Rupanya ucapan Davira membuat si pria panik. Ia menarik pelatuk pistolnya.

 Doorr.

 Bukannya Ribby yang terkapar. Justru pria itu yang tergeletak dengan luka tembak di bahu. Rupanya ia kalah cepat dengan si gadis.

 Davira segera berlari ke arah motornya, menghidupkan mesin dan melesat ke arah Ribby. 

 “Naik!” perintahnya pada pemuda itu. Ribby segera naik di boncengan Davira dan motor itu langsung melesat melalui pintu pagar belakang yang langsung remuk karena ditabrak oleh kendaraan gadis itu.

  Sementara di halaman depan, mobil polisi baru tiba. Mereka selanjutnya hanya menemukan pria penjaga sekolah yang pingsan akibat tertembak. Motor Davira telah lenyap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Alvaro Sang Genus   Bab 72. Bertemu Gio Kembali

    Alvaro berbaring di samping Davira. Mereka bertatapan, tersenyum canggung. Jemarinya mengelus pipi halus Davira. “Maaf, aku tak menanyakan kesiapanmu. Ini menjadi tak seromantis yang diinginkan oleh setiap wanita.” sesal Alvaro. “Apa yang diinginkan oleh setiap wanita?” Davira tersenyum. “Aku tahu hari itu akan tiba. Hari di mana aku menjadi istri sesungguhnya. Aku sudah cukup siap.” “Kau membuatnya menjadi seperti melakukan kewajiban saja. Aku suami yang buruk.” Alvaro megerang. Elusannya di pipi Davira terhenti.” “Tidak, bukan begitu. Itu sangat luar biasa, sungguh.” Davira meremas tangan Alvaro, cemas oleh kekecewaan yang tergurat di wajah kekasihnya. “Meski rasanya aneh karena kita sangat terburu-buru. Tiba-tiba saja aku menjadi berbeda dan ada sesuatu yang menggelegak di tubuhku dan menuntut untuk dipenuhi.” Ucapan itu membuat Alvaro tersentak. Ia pun memikirkan hal yang sama. “Kau benar, Vira. Aku menjadi sangat bergairah sejak memasuki ka

  • Alvaro Sang Genus   Bab 71. Si Muka Dua

    Alvaro dan Davira tak pernah menyangka bahwa di Rumah Berwarna ada kamar seluas dan seindah itu. Lantainya mengkilat dan separuhnya ditutupi dengan karpet empuk dan tebal berwarna hijau mint. Ranjang di tengah ruangan berukuran king ditutupi seprei lembut dan wangi. Di dalamnya terdapat kamar mandi dengan bath up yang besar. “Aku tak percaya bahwa kita masih menginjakkan kaki di RB. Ini sangat kontras dengan seluruh ruangan di RB yang kaku dan hanya berwarna silver,” ucap Davira meraba furniture dan seprei dengan hati-hati. “Kau salah. Seharusnya justru kamar ini representasi dari RB. RB itu artinya rumah berwarna. Tapi kenyataannya, tak ada warna dalam kehidupan RB. Kita tak dibiarkan memilih ‘warna’ kita sendiri.” Alvaro bersungut-sungut. Mengerjapkan mata, Davira tersadar Alvaro masih kesal. Sebuah kulkas berwarna merah elegan menarik perhatiannya. Ia menuju ke sana, membuka pintunya dan melongok isinya. Sebotol air dingin, sirup lemon dan bua

  • Alvaro Sang Genus   Bab 70. Negosiasi

    Perempuan itu sedang menatap layar laptopnya saat Alvaro dan Davira menyerbu masuk ke ruangan kerjanya. Di belakangnya, petugas keamanan tergesa mengikuti. “Maaf Metira, saya sudah menahan mereka tapi mereka memaksa masuk,” ucap petugas itu khawatir. Sebagai jawaban, Metira menggeleng dan memberi isyarat agar petugas itu pergi. “Hai, kalian rindu padaku? Terima kasih akhirnya kalian mau mendatangi ibu kalian ini,” sindirnya. Senyum sinis terukir di bibirnya. “Tak perlu basa-basi. Kembalikan gadis itu. Kau menginginkanku. Bukan dia,” sergah Davira, kesal. “Aku menginginkanmu?” Metira mengangkat alisnya. “Yang tepat adalah, aku menginginkan kalian. Kau dan terutama Alvaro.” “Aku tahu. Kau butuh darahku dan ketangguhan Davira,” timpal Alvaro tanpa menyembunyikan kekesalannya. “Ya.” Metira menjetikkan jari. “Jika kemurnian darah Alvaro bisa didapat dengan keturunan, maka aku mau kalian punya anak. Generasi yan

  • Alvaro Sang Genus   Bab 69. Siluet Masa Lalu

    Davira memerhatikan garis pembatas putih di jalan raya. Ia tak bicara sepatah kata pun selama di mobil. Saat mengisi bahan bakar, Alvaro mampir ke mini market dan membelikan air mineral dingin untuknya. Davira menerimanya dalam diam tapi kemudian ia sadar, Alvaro mengkhawatirkan dirinya. “Hai, apa kau pikir reaksiku tadi berlebihan?” tanyanya sedikit malu. Alvaro menatapnya lembut. “Aku tahu. Tak apa. Kau panik. Kau tak suka dengan seseorang yang terlalu banyak bicara apalagi itu mengenai sesuatu tentangmu.” Davira mengangkat kepalanya. “Selama sembilan belas tahun aku bertanya-tanya, apa di luar sana aku memiliki keluarga? Seperti apa mereka? apakah rambutnya selurus rambutku dan bola matanya coklat sepertiku? Dan apa yang ia katakan tadi ….” Napas Davira tercekat.“Adalah jawaban yang selama ini aku cari. Aku tak siap. Fakta tentang saudara kembarnya yang hilang saat berumur tiga tahun dan itu adalah usia saat aku diculik. Warna biru itu ….” Ia

  • Alvaro Sang Genus   Bab 68. Keyakinan Geisha

    Apa yang akan dilakukan seseorang ketika bertemu dengan orang yang begitu mirip dengannya? Apakah ia akan antusias bertanya berasal dari mana ia? Siapa namanya? Mengapa mereka bisa memiliki tekstur rambut dan gigi yang sama seolah Tuhan menuangkan mereka pada cetakan yang sama? Alih-alih melemparkan semua pertanyaan itu, Davira justru duduk menatap perempuan di depannya dengan senyuman kaku. Meski ia mengenal dirinya seorang yang cukup mudah bergaul. Dulu, dulu sekali, kemampuannya itu ia gunakan untuk mendapatkan Spesies dengan mudah. Itu sebabnya Metira bangga padanya. Mengingatnya justru memperburuk keadaan. Perasaan aneh yang karib tadi hadir semakin kuat. “Aku Davira. Maaf ya, aku biasanya tak secanggung ini terhadap orang baru. Tapi kita benar-benar mirip … meski kuakui kau lebih lembut atau feminin? Ah semacam itu.” Davira berusaha mencairkan suasana dan tertawa. Geisha ikut tertawa lirih. “Tapi lekuk tubuhmu lebih feminin. Kau pasti seo

  • Alvaro Sang Genus   Bab 67. Doppelganger?

    “Hai, sudah berapa lama kau temukan kafe ini? Minumannya enak.” Davira menyeruput es kopinya dengan nikmat. “Aku baru sekali ke sini. Dean yang mengajakku,” jawab Alvaro. Tubuhnya condong ke depan dan lagi-lagi ia melirik meja bar.“Kulihat kau gelisah dari tadi. Kenapa, Al?” Alis Davira terangkat, menyentuh jemari Alvaro. Lelaki itu sudah dari setengah jam yang lalu terus-menerus menatap ke sekeliling mereka. Bahkan pelayan yang menyajikan pesanan mereka tadi, Alvaro tatap berkali-kali. Alvaro meringis, menggeleng pelan. “Nggak. Nggak ada masalah,” jawabnya kikuk. Dielusnya jemari Davira yang berada di atas meja untuk meyakinkan perempuan itu, sementara pupilnya tetap bergerak-gerak gelisah. “Ada yang kau tunggu, Al? Dean?” “Nggak. Sudahlah, aku ke toilet dulu, ya.” Alvaro buru-buru berdiri, menghindar dari pertanyaan Davira dengan melangkah cepat, meninggalkan perempuan itu. Davira menggigit-gigit sedotan minumannya. Aura kegelisaha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status