Share

5, Siapa Yang Bajingan?

[ Bab 5, Siapa Yang Bajingan? ]

[ Keyla Achazia ]

Aku membuka kulkas terdapat banyak sekali bahan makanan di kulkas itu. Sepertinya Ali sering tinggal di sini. Bahan makanan banyak tapi aku males masak jadi memutuskan melihat di atas kulkas yang katanya ada uang cash untuk beli makanan.

"Lima juta, sama kartu kredit." lirihku pelan setelah menghitung uang cash itu.

Aku pun memutuskan untuk keluar jalan-jalan dari pada diam di Apartemen bisa mati kebosanan nanti. Oke ini lebay. Aku pun segera mengganti pakaian, mengenakan celana jeans panjang biru dan kaos putih serta kardigan hitam. 'Perfect' batinku melihat penampilanku di depan cermin.

Aku keluar dari kamar Apartemen kemudian masuk ke lift untuk turun, sesampainya di lobby aku di sambut oleh seorang satpam yang membukakan pintu lobby.

"Selamat siang Nyonya. Nyonya apa kabar? Sudah lama tidak melihat anda?" tanya satpam itu ramah.

Sepertinya dulu aku mengenalnya, tapi aku tidak peduli. Untuk apa juga aku peduli padanya. "Siang, baik." jawabku singkat.

"Anda ingin ke mana Nyonya?" tanyanya. Lagi. Ini satpam kepo banget sih, mau atau saja urusan orang.

"Jalan ke Mall." jawabku, satpam itu diam, lalu tak berapa lama kemudian sebuah mobil berhenti di depanku.

"Silahkan masuk Nyonya." ucap satpam itu tiba-tiba membuka pintu penumpang.

"Tidak. Maksudku, aku akan berjalan kaki saja, toh Mall-nya juga dekat." tolak ku seraya menunjuk Mall yang memang berada persis di depan gedung Apartemen ini. Hanya butuh menyebrangi jalan sudah sampai.

Satpam itu menggeleng, "tidak Nyonya. Dia akan mengantar Anda sampai tujuan."

"Tapi aku mau sendiri." kataku kesal.

"Maaf Nyonya, tapi ini perintah Tuan, Nyonya tidak boleh pergi keluar sendiri." kata Satpam itu.

"Ck, baiklah. Aku akan ikut dengannya." kataku kesal lalu masuk ke dalam mobil.

Sesampainya di parkiran Mall lantai 3, aku langsung turun dari mobil diikuti seorang berseragam hitam yang tadi ada di mobil sebelah kemudi. Aku berhenti kemudian berbalik untuk menatapnya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanyaku bingung.

"Mengawal Nyonya." jawabnya datar, kupikir cara bicaraku sudah paling datar, nyatanya ada yang lebih datar dariku.

"Untuk apa? Aku sudah besar, tidak perlu di kawal. Jangan bilang lagi ini perintah Tuan." kataku kasar. 

"Tapi Nyonya --- "

"Tidak ada tapi-tapian. Kembali ke mobil dan tunggu aku di sana. Apa kamu mengerti?"

"Baiklah Nyonya." katanya pasrah lalu kembali masuk ke dalam mobil.

Aku tersenyum lalu masuk ke dalam Mall, hn enaknya makan apa ya? Pikirku sambil berjalan terus mengelilingi Mall ini, mencari makanan yang kiranya enak dimakan untuk saat ini. Walaupun aku tau semua makanan pasti enak di sini.

"Hei." sapa seseorang memanggil dan menepuk pundak kiri ku.

Aku menoleh, melihat seorang perempuan dan seorang lelaki tersenyum ke arahku. Sepertinya aku pernah melihat mereka tapi di mana ya?

"Sedang apa kamu di sini?" tanyanya. Aku menatap mereka dengan tatapan bingung.

"Ahh ya, aku Pricilla dan ini Ferro." jelasnya sadar akan kebingunganku.

"Ohh." Sebetulnya aku tidak tau harus menjawab apa?

"Kamu mau makan 'kan? Bagaimana kalau kita makan bersama saja." kata lelaki yang bernama Ferro itu.

Aku menatapnya sebentar dan ia tersenyum, lalu aku menatap Pricilla yang juga tersenyum padaku. "Ahh kebanyakan mikir, ayo kita makan ke tempat favorit kita dulu." ajak Pricilla langsung menarik tanganku.

Sesampainya kami di salah satu restoran yang ada di Mall itu, Pricilla menyuruhku duduk. "Aku suka Shuhsi?" tanyaku ada mereka karena Pricilla membawaku ke restoran jepang.

"Tidak juga, maksudku kamu suka semua jenis makanan haha." jawabnya lalu tertawa.

Aku mendengus kesal, aku bertanya serius kenapa dia tidak menjawab dengan serius.

"Cilla jangan membuat dia kesal, lihat mukanya tidak enak di panjang." kata Ferro, aku tidak tau dia membelaku atau malah mengejekku.

"Oh ya ya sorry, sebenarnya memang ini makanan favoritmu. Tapi yang aku tau kamu itu suka semua jenis makanan. Jadi ku pikir semua makanan adalah favoritmu." jelasnya nyengir.

Ah ya aku baru ingat kalau Pricilla itu adalah orang pertama yang menyambut ku dengan pelukan di rumah Ali dan mengaku bahwa ia sahabatku. Aku tidak yakin bisa punya sahabat seperti dia.

Aku melihat Pricilla berbisik pada Ferro, aku tidak dapat mendengar apa yang mereka katakan. Ferro mengedarkan pandangannya ke sekeliling Restoran ini lalu bangkit dari kursinya dan mengajak kami pergi.

"Sepertinya kita cari tempat lain saja, ayo." katanya lalu menarik tanganku keluar dari restoran ini. Aku menatap mereka bingung, ada apa sih?

"Ada apa sih, aku ingin makan Shushi." kataku kesal karena Ferro terus menarik tanganku menjauh dari Restoran itu.

"Dia memang bajingan." lirih Ferro pelan tapi aku masih dapat mendengarnya.

"Ferro, Pricilla ada apa? Siapa yang bajingan?"

***

[ Normal ]

"Tante Jessi," panggil Lea berlari ke pelukan Jessi dan dengan senang hati Jessi menggendong Lea.

"Untuk apa kamu membawa dia ke sini Ali?" tanya Elissa ketus. Jujur ia memang tidak suka dengan Jessi.

Jessi menunduk mendapat penolakan dari Ibu Ali, padahal dulu mereka bisa di katakan dekat, tapi tidak lagi setelah kejadian setahun setengah yang lalu.

"Aku mau mengajak Lea makan siang bersama Mom." kata Ali.

"Bersama dia?" tanya Elissa tak suka.

"Terserah padamu sajalah, Mommy sudah capek. Jika kamu mencintai dia maka tinggalkan Keyla dan juga sebaliknya, jangan menjadi pria egois Ali." lanjut Elissa dan berlalu pergi.

Ali menghela nafas frustasi, selalu begitu. Ia tidak bisa memilih diantara mereka, Jessica dan Keyla. Dua perempuan yang sangat berarti baginya, sama-sama dicintainya.

Ali menatap Jessica yang menggendong Lea, "jangan dipikirkan omongan Mommy, ayo kita pergi." ajak Ali, ia menggenggam tangan Jessica keluar dari rumahnya.

"Mommy kamu benar Ali." lirih Jessica saat mereka sudah berada dalam mobil.

"Tidak Jess, aku tidak akan meninggalkanmu atau pun Keyla." kata Ali emosi. Sungguh pria yang egois.

"Kamu egois Ali,"

"Jangan mulai Jessi." geram Ali kesal. Ia tidak ingin memikirkan hal yang tidak ingin ia pikirkan.

Sesampainya di Mall, mereka menuju Restoran jepang, Shushi. Karena Shushi adalah makanan favorit Lea, Lea akan sangat antusias jika di ajak makan Shushi. Mereka pun memesan makanan yang ada dalam daftar menu.

Tanpa mereka sadari seseorang tidak jauh dari mereka sedang memperhatikannya 'itu kan Ali, Lea dan astaga ... Jessica.' Batin orang itu yang tak lain adalah Pricilla.

Pricilla geram melihat tingkah Ali, ia membisikkan sesuatu pada Ferro. Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke restoran. Rahangnya mengeras saat melihat apa yang dibilang kekasihnya itu benar.

Ferro bangkit dari kursinya lalu menarik Keyla keluar Restoran itu dan berkata bahwa mereka tidak jadi makan di sana. Keyla bingung melihat tingkah aneh Ferro yang tiba-tiba menyeretnya keluar restoran.

"Ada apa sih, aku ingin makan Shushi." kata Keyla kesal, ia menatap Pricilla yang menggigit bibir bawahnya.

"Dia memang bajingan." desis Ferro.

"Ferro, Pricilla ada apa? Siapa yang bajingan?" tanya Keyla kesal sekaligus penasaran.

Ferro dan Pricilla saling menatap lalu menggeleng secara bersamaan membuat Keyla semakin pusing dibuatnya. Ferro dan Pricilla tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, mereka tidak mau jika Keyla nantinya akan drop jika tau apa yang di lakukan seseorang yang mengaku sebagai suaminya. Walaupun mereka yakin Keyla belum percaya sepenuhnya pada Ali, tapi Keyla juga punya perasaan.

Mereka tidak mau jika Keyla merasa hanya di permainkan. Biarkan Ferro dan Pricilla saja nanti yang akan memberi Ali pelajaran nanti.

TBC.

Sorry for typo!!

Thanks for reading!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status