Share

Anak Anak Muda
Anak Anak Muda
Author: MilkPink

01 : Pengisi Waktu

Mungkin pernahkah terngiyang akan lagu— Libur telah tiba, libur telah tiba. Hore, horeee. Itulah penggalan lirik lagu yang di lantunkan oleh Artis cilik Tasya Kamila.

Namun ini bukan tentang Tasya yang mengalami libur yang disambut sukacita dengan berjingkrak-jingkrak ria sambil menyanyi lagunya sendiri. BUKAN.

“gimana ndok rasanya oleng ke jurusan sejarah?”, Suara Gita yang didengar tidak langsung oleh lawan bicaranya Zain melalui jaringan Video Call.

Zain, laki-laki berumur 20 tahun, mahasiswa Fakultas Adab dan Dakwah di salah satu universitas negeri Islam di Bandung.

Sedang menikmati libur semesterannya. Sedang berbincang dengan sepupu nya yang berada jauh di negeri orang.

“ya begitulah Kak Git. Dijalanin aja”.

“kalau ndak kuat yo, ndak usah dipaksa toh”, mendengar perkataan Gita yang merupakan sepupu dekatnya, Zain hanya bisa mengendus kesal,

“ck..bukan masalah kuat nggaknya kak”.

“gini loh, aku tuh udah relain waktu buat belajar, udah doa juga, optimis juga udah, malahan berharap banget keberuntungan akan datang kepadaku. Tapi nyatanya nihil”

“aku terlalu anggap santai semuanya, mungkin selama ini memang aku sendiri yang terlalu pede dan menyepelekan, bahkan aku percaya takdir itu dapat diubah, tapi aku tidak dapat merasakannya".

"Sekarang aku harus apa Kak Git?”, tanyanya setelah ia selesai menceritakan.

Terlalu berat dijawab, Gita sedikit menggaruk kerudungnya yang tak gatal,

“jangan mikirin takdir dulu Zain elahh, emang kamu tau takdir kamu gimana nantinya? enggak kan, oleh sebab itu kita sebagai seorang manusia berpikirnya jangan kedepan mulu, sekali-kali liat belakang macam kaca spion, ngerti ora?”

“ngecheck kondisi belakang gitu ya?”, Gita tersenyum lalu menambahkan,

“lihat dari kejadian yang pernah kamu alamin dulu, belajar dari situ, nah kamu bisa dapat pengalamannya”.

“kayaknya sedikit kak perubahannya, urang nteu pinter-pinter. Lama banget ngestart otak loading mulu udah kayak komputer pengen di servis”.

“kayaknya emang Allah belum ngizinin kamu jadi pinter cuk, karena Allah tau lo bakal sombong, nggak tau diri, lalai, entar lo bakal mikirin segala hal dengan otak lo terus tanpa diselingi agama”.

“Perkataannya nancep borr, iri urang mah keur maneh”

“hilangin iri, mending irinya membangun. Tapi kalo ujung-ujungnya jadi dengki, siap-siap ndak masuk penghuni surga sejati” Tegasnya sampai Zain membulatkan matanya seperti tahu bulat,

“Astagfirullah, nyelekit pisan Kak Git tuh, ihhh parah Naudzubillah Ya Allah”.

“makanya disyukuri, dan sudah sepantasnya lo banyak berterima kasih kepada-Nya, nggak semua orang bisa ditunjukkin jalan-Nya untuk diingatkan kembali kepada-Nya, nah kalau udah gini, siap-siap lo masuk seleksi penghuni surga sejati”.

Dengan ekspresi bangga Zain berkata,

“Waww.. siap Ustadzahku syukroon katsiroon”, dijawabnya cepat, “afwan, dah ahh mau nyuci. Kelamaan nanti bayarnya mahal, jarak Indonesia ke Jerman kan jauh”. candanya.

“sombong..dikeluarin dari seleksi loh”, goda Zain.

“hmm ya iyaa, tapi ini mau nyuci serius”, Sahut Gita dan dibalas acungan jempol Zain,

“okeoke semangat nyucinya” dan percakapan pun berakhir masing-masing menutup Vc.

Setelahnya Ponsel Zain berderit, ada sebuah Pesan dari Brivio. Temanku.

CHAT

Brivio:

| jadi kesini nggak, katanya mau bahas kegiatan bulan Ramadhan

Zain

| tumben lu bri, iya otw 

Bulan Ramadhan dapat dihitung berapa hari lagi, singkatnya satu bulan. Kami begitu antusias saat kegiatan bulan Puasa diadakan apalagi atas keinginan Kita sendiri untuk membangunnya.

Lumayan kan pengalaman baru, kebetulan juga Kompleks blok M anak-anaknya banyak yang seumuran jadi lebih nyambung buat rundingannya.

Sampailah di Rumah Brivio. Disana ada Azka dan Olif. kemudian, ada Yasmin juga.

Formasi saat itu masih berlima, disitu kami mulai merencanakan terlebih dahulu sebelum mengajak semua anak komplek menjadi anggota. 

Di balik tembok rumah Brivio ada 3 anak perusuh yang sedang menguping.

“kita pengen bersin sial”, celetuk Farel sambil memegang hidungnya.

“ssttt jangan nanti ketauan bego”, jawab Jefri yang posisinya diatas Farel.

Sedangkan Denan diposisi bawah menahan rasa berat.

Tak lama hidung Farel udah ngga bisa diajak kompromi makanya Farel langsung keluarin bersinnya dan otomatis mereka pada gubrak lalu yang diintip pada cengo semua, bodo amatlah ketahuan udah ga tahan.

“Astagfirullah Kaget”, Sahut Olif bersamaan disusul oleh Yasmin

“Tuhkan bener ada yang nguping”, Zain dengan lagak instingnya

“Astagfirullah kaget Aing”, dilanjut Azka sambil mengelus dadanya, sedangkan Brivio sang pemilik rumah hanya terdiam. 

Kalau udah ke-geb kayak begini ujungnya bakal susah buat cari alasan.

Semua ini gegara Farel yang ngajak nguping padahal ini bukan caranya Farel tapi entah kenapa dia malah nurut-nurut aja.

Seringnya anak-anak ini memang suka banget mondar-mandir di rumah Brivio biasanya Cuma lewat doang, kadang ngejahilin pemilik rumahnya apalagi jika ada Azka kalau ikut nongkrong terus mood hancur wah bisa-bisa mereka tawuran.

“ini pada ngomongin apa sih”, Tanya Jefri sok akrab sedangkan Denan sama Farel hanya saling senggol-senggolan

“bukan urusan lo”, jawab Olif dan dilanjut candaan Yasmin, “eh anak kecil tuh gausah ikut-ikutan”

Zain pun menyambungnya, “pala lo anak kecil hahaha”.

Jefri tak merespon kembali ucapan mereka itu, Farel sendiri kayak gini sudah biasa ia tanggapkan tak lantas membuat ia menyerah dan pergi.

sedangkan Denan ia benar-bener pengen pergi aja kalo ngga ada mereka berdua malu borr wajah tampan nya ternistakan.

Keberadaan mereka disini bisa diibaratkan sama aja kaya kentut orang yang jaraknya 10 kilometer lebih. Nggak akan tercium, didengar juga kagak ya iyalah 10 kilometer dong.

Udahlah ngapain kentut dibicarain yang ada waktu 24 jam kita keburu habis Cuma gegara ngomongin kentut.

“lain kali yang sopan dong jangan nguping pembicaraan orang!”, Omel Olif yang direspon kasar oleh Jefri,

“B.A.C.O.T”

“udah ah yuk cabut”, dijawab oleh anggukan Jefri,Denan. 

Melihat kedua temannya pergi Jefri pun ngikut pergi juga sambil smirk- smirk indah dahulu kearah Yasmin kemudian ia berkata,

“Yasmin…katanya Jefri suka jeh”,  setelahnya ia ngibrit pergi. 

Hari Pertama

Pada siang harinya, Zain mengajak diskusi rundingan Kurma kembali, bedanya kali ini kumpul dirumahnya.

Formasi masih berlima, Zain ini membahas bagaimana cara mempromosi kepada anak-anak kecil komplek yang mau diajak pesantren kilat.

Berhubung kegitaan anak-anak di komplek ini lagi sibuk-sibuknya tes seleksi tahfizh di salah satu pesantren yang jarak tempuhnya 7 menit kalau naik kendaraan, jadi mereka harus sebisa mungkin membagi waktu alhasil Zain menyarankan agar pesantren kilatnya diundur menjadi sore hari sekalian itung-itung sebagai ngabuburit menunggu buka puasa.

Atas saran yang telah dibuat, Brivio, Azka, Olif, dan Yasmin cuma bisa ngangguk-ngangguk setuju mungkin mereka menyerahkan penuh pada Zain ini atau mungkin lelah dengan semua ini.

Beralih ke awal lagi yakni cara mempromosi, Disitu kami masih mencari solusi.

Hingga Suatu ide pun akhirnya muncul,

“ajakin aja anak-anak esdeh pasti seru”.

“mending buat pamflet aja terus disebarin”.

“minta grup w******p warga blok M aja”.

Dari 3 ide yang kami sudah usulkan, akhirnya Zain memantapkan pilihannya kepada Olif.

Ini sangat disayangkan, padahal usulan Azka termasuk yang paling simple, efisien, dan yang pasti non badget.

Alasannya sih katanya kurang sopan kalau di grup.

“min, tolong kamu fotocopy pamfletnya ya”, suruh Zain kepada Yasmin.

“loh kamu ternyata udah buat pamfletnya?”, sahut Olif lalu dibalas anggukan Zain,

“hooh”.

“Kalau gitu ceritanya sih mending ngga perlu minta usulan dari kita kali zen”.

“gapapa, biar kalian ada kerjaan gitu”, kali ini Brivio yang ngomong.

Tak lama sorenya Brivio pulang karena Yasmin dan Olif tak kunjung datang membawa fotocopy-an.

usut punya usut, ternyata mereka mandeg di resto seafood yang baru buka 3 hari lalu, sementara itu Zain juga mau pergi, jadi intinya Azka diusir.

Malamnya 3 anak laki-laki ini (Zain,Brivio,Azka) berniat menawarkan kegiatan tersebut kepada abang-abangnya kali aja mereka mau kan enak tuh, otomatis jika mereka ikut akan menjadi yang tertua di Kurma dan akan sering ditunjuk oleh Kak Fariz.

Beliau adalah guru agama di madrasah kami menimba ilmu dulu, sebagai pemateri, Syukur-syukur mereka terus, agar kita hanya mantengin tanpa lelah menjelaskan.

Ya, dari kelima formasi member Kurma ini, yang masing-masing mempunyai kakak ialah Zain, Brivio dan Azka yang dimana dari situlah merupakan salah satu alasan kami bertiga menjadi akrab karena ketiga kakak nya tersebut adalah seorang lelaki yang merupakan geng satu sama lain.

Intinya buah jatuh nggak jauh dari pohonya lah..  

Ekspektasi yang dibayangkan ternyata salah, boro-boro jadi pemateri, diajakin aja nolak, hal ini disesali oleh Brivio yang telah mengajak abangnya sama seperti halnya, Zain pun sama belum juga nawarin udah kesel sendiri bawaanya.

Di lain sisi Azka malah kebalikannya, aanya kekeh pengen ikut tapi ditolak mentah-mentah olehnya alasannya simple ‘malu-maluin’,

“gimana nggak? Aa nya Cuma pengen numpang makan aja kan malu-maluin namanya”, gumam Azka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status