Share

03 : Menaruh Keyakinan

Tepat pada siang hari, dimana matahari tampak memancarkan aura ganasnya membuat orang-orang yang berlalu lalang dibuat gerah karena terguyur keringat di sekujur tubuhnya.

Belum lagi wajah mereka  yang memerah akibat terik cahaya dari sang surya yang menjadikan hari itu cuacanya sungguh panas tingkat dewa. 

Dengan wajah tampak beringas. Dia berjalan menuju Masjid yang hanya beberapa blok dari area rumah sambil menyibak kertas sesekali untuk menyejukan badan kemudian memandangi area sekitar.  

“panas banget hari ini”,

kondisi luar kian sepi, sepertinya orang-orang enggan untuk keluar rumah apakah mungkin inisiatifku ini didengar mereka?

Begitulah kira-kira 3 hari perjuangan Zain mengajak kawan-kawan komplek nya untuk memperbaiki akhlak.

Maksudku, setidaknya meramaikan masjid yang sepi dari anak-anak remaja masjid yang berada di komplek blok M.

salah satu masjid yang bisa di bilang tidak memiliki remaja masjid, selain banyaknya anak-anak remaja yang sibuk dengan aktivitas sekolahnya, lebih banyak lagi remaja yang membuang buang waktunya untuk hal yang tidak berguna.

Zain yang merasa berteman dekat dengan mereka yang sering membuang-buang waktu, berinisiatif untuk mengajak temannya berpatisipasi untuk membentuk remaja masjid komplek tempat mereka tinggal.

Disaat-saat seperti ini, memang paling enak tentu menyeruput es marimas dari warteg Lia, berteduh dibawah atap bangunan yang desainnya menyejukan hati yang menjadi sumber energi tiada dua.

Namun, karena tekad Zain sudah bulat untuk melangkahkan kaki ke masjid. Jadilah Zain urungkan niat untuk menyeruput minuman itu.

Tepat dari jarak 1 km sesosok laki-laki bertumbuh gembul.

Namanya Brivio, merupakan teman satu gengnya.  terlihat lesuh letih dan kepanasan. Tampaknya ia sudah tak tahan ingin masuk masjid lalu berteduh.

Kemudian Salah satu jamaah dari masjid tersebut dilihat keberadaannya, tampak seorang wanita bercadar bernama Oktavia tersebut didatanginya untuk ditanya.

“emang sepi ya?”, Tanya dia pada wanita bernama Oktavia.

Kendati tak terucap dari mulut bibir yang tersembunyi itu, ia hanya terdiam memilih bungkam kemudian beranjak pergi dari pandangan lawan bicaranya yang mungkin terasa asing untuk dijawab.

Sontak membuat Zain dan juga Azka, teman satu gengnya yang baru keliatan sejak tadi pun langsung tertawa melihat temannya dihiraukan.

Tak ingin beranggapan lain. Memang barangkali saja wanita itu mempunyai sifat pemalu tingkat dewa.

Ya, kami termasuk orang baru yang terlalu banyak tingkah, terlebih Brivio.

Kini, tanpa banyak menunggu akhirnya Kami memasuki pintu ruangan masjid.

Seperti kondisi pada umumnya.

sajadah tersusun di atas lantai dengan hawa yang begitu sejuk serta mikrofon yang tertata di atas mimbar juga kitab suci Al-Qur’an yang tersusun di dalam lemari etalase.

mengingat alat rebana yang dulu pernah Zain mainkan masih tersimpan pula disana.  

                                                                      “Ngakak tolong pio”, Azka masih dengan tawanya.

Datanglah sesosok perempuan namun bukanlah orang yang sama yakni Oktavia melainkan Yasmin, ia mengenakan kerudung dibalut warna merah muda, ia berjalan mengarah pada Kami.

Seperti biasa, Nampaknya Brivio terpukau dengan perempuan yang terkenal menjadi kembang desa itu.

Beralih pandangan lain, dimana mereka bergerombol datang yang membuat Kami sontak kaget tak terkecuali dengan Zain.

mereka, yakni Jeff, Riri, Olif, Denan, Jefri, dan Farel.

Nyatanya ajakan Zain didengar oleh mereka bukan sekedar hanya menyetujui saja. 

"aku kira kalian gak bakal datang, cuma omongan aja", Ujar Zain yang sontak disambut jawaban oleh salah satu dari mereka.

"yakali kita gak Dateng, kan aku yang ngebersihin semuanya, rugi kali kalau ketinggalan takjil", Farel yang katanya marbot dadakan.

“bulan puasa baru 1 bulan lagi, mana ada takjil”, sahut Zain.

“terus sekarang gimana, balik?”, Tanya Jefri.

Yang rupanya anak tongkrongan depan gang super malesan itupun ikut datang.

“BISMILLAHIRAHMANIRROHIM DINGIN”, kalau ini bernama Olif, perempuan dengan sejuta kata alias cerewet itupun memanas akibat terlalu lama di luar.

Sementara Denan, teman sejawat dari Jefri pun sudah lebih dulu terbakar maka dari itu ia memasuki ruangan untuk berteduh,

“sejuk sekali tidak seperti di luar : )”. Katanya.

Mendekati bulan suci Ramadhan, membuat Zain semakin menggebu-gebu mengajak teman-temannya untuk datang ke masjid, mumpung teman-temannya masih menetap disini dan libur baru saja dimulai, yang membuat suasana menjadi ramai, sebelum semua kembali sepi Zain merencakan sesuatu dengan mengambil alat rebana serta menciptakan kondisi layaknya anak remaja masjid.

“ngapain nih”, Tanya Azka.

“ngambil gendang, nih suling lu pegang”, jawab Zain.

Berkat suling sakti dimainkan, masjid komplek itu yang semula ramai atas kehadiran mereka menjadi semakin heboh seperti malah tak kondusif.

Nampaknya niat mulia Zain ini tidak terlalu baik untuk dijalani sekarang. malah membuat curiga penjaga marbot yang terlihat menatap arah masjid.

Ia Bernama Fathur, kini ia berjalan menuju masjid dengan lagak seperti ingin memberi perhitungan.

Memang ini bukanlah kali pertama. bagaimana tidak,  setiap kali sampai ke masjid bukan hal baik yang mereka lakukan, kawan-kawan Zain lebih memilih rusuh, bercanda yang mungkin bisa di katakan tidak kelewat batas namun tetap saja bercanda di tempat ibadah bukanlah hal yang baik.

Lantas kini kondisi diatur oleh perempuan pemilik warteg.

Entah kapan keberadaannya tiba. ia Melangkah maju dengan percaya diri membawa kitab, mendekati mimbar Lia bersua saat itu juga.

 

                                                                                                                        

“ada yang mau belajar sullam taufik?” Tanyanya.

Cewek itu berdiri di atas mimbar mengajukan tawarannya.

“mau lia..”, jawab salah satu dari Kami.

“baca doa dulu anak-anak sebelum belajar”

“robbi zidni ilman warzukni fahman aamin ya robbal a’lamin..”, berdoa yang dibarengin komat-kamit nya Azka.

“ini bahas apa ya akhi”, Yasmin bertanya dan disambut lelucon sehingga Yasmin terpaku mendengar pertanyaan limbad.

“bahas pernikahan kita saja bagaimana ukhti?”, Limbad alias Brivio.

Dia duduk persis dekat dengan cewek yang diajak bercanda namun cewek itu tampak serius sehingga menghasilkan wajah datar yang amat membuatnya gagal menggodanya.

Beralih pada cewek yang sibuk pada gadget nya, ia bernama Riri. Dengan wajah cengok ia pun bertanya,

“kalian sekarang mau ngapain”.

“belajar akhlak biar lu punya akhlak”, jawab kagak santé Azka. 

Dengan wajah sumringah berharap gugup nya hilang, Lia kini membuka kitab perlahan dan membaca,

“memilih teman sebaiknya adalah seorang yang rajin, menjaga watak, dan peka. Tak lupa kita harus menghindari teman yang pemalas, banyak bicara membuat kerusakan, dan suka fitnah”, terang Lia.

Azka sigab bertanya, “wah saya punya teman seperti ini pemalas banyak bicara berarti saya harus menjauhinya atau menghindarinya?”.

“jebloskan dalam penjara nak”, jawab Zain.

“saya masih punya hati pak”, balas Azka.

Mereka yang ikut menyimak  speechless dan kurang percaya pada satu orang ini.

Sementara Zain menjawab, “hati kamu kan mengandung boraks”.

Riri tak cengo pun dengan sigab bertanya, “kalau sahabat tiba-tiba menghilang apakah perlu kita membencinya?”.

Tiba-tiba mata Kami tertuju pada Pria berumur yang bertanya seketika atmosfer yang semula cerah kini suram

“pada ngapain kalian?”, Tanya seorang marbot bernama Fathur ini yang sudah berada menyimak materi pembahasan kami, kemudian kami pun seketika terdiam sementara Lia turun dari mimbar merasa akan terjadi masalah.

saat Fathur mengurungkan niatnya untuk tidak perhitungan pada anak-anak ini karena ia mengetahui niat baik mereka saat dengan ini, salah satu dari kawannya sebut ialah Farel bertanya, 

"Pak apakah kami membuat keributan?".

Pria berumur tersebut memberikan senyuman,

“Saya yakin kalian mempunyai tekad untuk menghidupkan masjid, lakukanlah sebaikmu”, tak menyangka Fathur kini mempersilahkan mereka beraktivitas di masjid.

Tampak Pria tersebut menaruh keyakinan bahwasannya mereka adalah para kandidat anak-anak pencetak remaja masjid.

                                                                                                                     

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status