Beranda / Fantasi / Anak Haram Sang Kaisar / Chapter 3 : Pesta Teh

Share

Chapter 3 : Pesta Teh

Penulis: Bakpaokukus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-04 02:52:18

Lanjut pemuda itu melangkahkan kaki kebagian sisi rak.

"Apa kau tau kenapa racun itu dijuluki racun ular perak?"

Aku menggelengkan kepalaku pelan.

"Racun itu bisa menciptakan katalisator darah atau blood magic, membuka segel garis keturunan tertentu dan mengaktifkan sihir kuno."

Aku melebarkan mataku.

Apa benar hal seperti itu ada?

Jangan-jangan aku kembali ke masa lalu juga karena racun ular perak?

Pemuda itu meraih rak paling atas, terdapat ramuan berwarna biru tua. Baunya sedikit menyengat, campuran antara bunga mawar dan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

Ia menyodorkan ramuan itu ke meja.

"Ini dia penangkal racun yang kau cari."

Pemuda ini tidak mempermainkanku kan?

Apa dia benar-benar bisa dipercaya?

Tidak, lebih dari itu apa aku masih punya waktu untuk pilih-pilih?

Pada akhirnya aku harus mengambil resiko.

"Berapa?"

"Gratis."

Aku menaikkan alisku.

Gratis?

Kenapa?

"Kenapa?"

"Yah, soalnya."

"Akan merepotkan aku mengambil uang jika nanti hasilnya ada seseorang yang akan mati."

Dia benar-benar tidak bercanda saat mengatakan ramuan ini mematikan.

Lux melangkah maju.

"Yang mulia, apa anda yakin?"

Aku terdiam tak menjawab pertanyaan Lux. Aku menatap pemuda itu.

"Aku ada pertanyaan lagi."

"Jika ternyata ramuannya tidak bekerja dan justru menjadi racun."

"Apa yang harus aku lakukan agar bisa selamat?"

Pemuda itu menyeringai. Ia melirikku sambil menyanggah dagunya seakan sedang berfikir.

Tapi dapat terlihat dengan jelas kalau orang ini mempermainkanku.

"Hmmm, apa yang harus dilakukan ya?"

Dia mendekatkan kepalanya dan berbisik.

"Ya, tinggal mati saja."

Lux menatap tajam menyentak pria itu.

"Beraninya!"

Aku mengangkat tanganku mencoba mengarahkan Lux supaya tetap tenang.

"Yah, soalnya aku tidak tahu."

"Kenapa tidak pakai keberuntunganmu saja."

Keberuntunganku?

Apa maksudnya?

Pria itu hanya tersenyum menggunakan matanya.

"Karena kau sudah dapat benda yang kau cari, silahkan pergi."

"Aku mengerti, terimakasih."

Aku dan Lux keluar dari rumah tua itu, ramuan penangkal racun sudah kusimpan dengan baik dikantongku.

"Yang mulia, pria itu jelas-jelas mencurigakan!"

"Cukup, ayo kita pulang."

Lux mengangguk, kami berdua berjalan kembali untuk pula ke istana.

***

- Istana Bulan -

Langkah kaki seseorang memasuki ruangan permaisuri, seorang pria mengenakan cloak, doublet juga sepatu kulit. Nampak seperti bangsawan kecil.

"Yang mulia, tugas yang anda minta sudah saya kerjakan."

"Mulai sekarang, makanan yang masuk ke kediaman Cassian sudah dicampur dengan racun yang tidak terasa maupun berbau."

Tawa mencuat dengan berat namun nyaring.

Wanita dengan gaun yang terbuat dari beludru, berwarna merah dengan segala desain rumit disetiap sudut namun astetik, menyenderkan tubuhnya diatas kursi sofa yang panjang.

Rambutnya tampak terurai dengan bentuk kriting disetiap ujungnya.

"Kerja bagus."

Pria itu memberi hormat kemudian meninggalkan ruangan.

Tangan wanita itu meraih anggur merah yang ada di piring buah tepat di atas meja, melahapnya satu persatu dengan anggun namun auranya sangat pekat.

"Dua ekor tikus berani menyerbu gudang penyimpanan ku?"

"Tentu saja harus diberikan racun."

Tawa wanita itu menggema dengan kejam.

***

Di bagian sudut ruangan istana yang lain.

- Istana Matahari -

Valerius Leopold Magnus adalah kaisar yang menduduki tahta saat ini, sedangkan sebelumnya tahta dipegang oleh ayahnya yaitu Ataric Leopold Magnus.

Memiliki tiga orang anak laki-laki, Ataric menyerahkan tahta kekaisaran kepada putra tertuanya. Sedangkan kedua saudara Valerius yaitu Valkan Leopold Magnus dan Azriel Leopold Magnus mendapatkan kedudukan sebagai Archduke.

Kedua saudara Valerius itu menyerahkan tahta dengan hati yang lapang mengetahui bahwa kakak tertua mereka lebih dari mampu untuk memimpin kekaisaran.

Suara ketukan pintu dari ruangan kaisar terdengar, rupanya itu adalah ketukan dari Marquis Lucien.

"Yang mulia, saya ingin melapor."

Valerius yang duduk dikursinya tampak sedang sibuk dengan penanya mengurus dokumen penting.

"Sepertinya, ada pertikaian mengenai pajak antar bangsawan."

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Biarkan."

Jawabnya dengan singkat.

"Apa anda yakin? Takutnya mereka akan menggangu anda atau melakukan pemberontakan dengan alasan tersebut."

Pena kaisar terhenti, kini ia bertatap muka dengan Marquis Lucien.

"Apa permasalahannya?"

Valerius fokus mendengarkan.

"Sebenarnya awal mula dari permasalahan ini."

"Adalah soal perbatasan tambang yang tumpang tindih antara wilayah dua Duke."

"Keduanya tidak bersedia mengalah dan saling menuntut."

Valerius menaikkan alisnya.

"Jika dapat mengambil keputusan adil, tidak perlu ada yang mengalah ataupun menuntut."

Marquis Lucien mengangguk.

"Aku akan mendiskusikan hal ini di ruang pertemuan besok."

"Baik,yang mulia."

Valerius kembali fokus kepada tugas-tugas yang ada dimejanya sedangkan Lucien kembali ke meja kerjanya yang ada disisi kanan kaisar.

"Yang mulia, saya ingin menanyakan satu hal lagi."

"Bicara."

"Sepertinya, permaisuri dan—"

Sebelum Lucien sempat menyelesaikan kalimatnya, kaisar memotong dengan tegas.

"Aku tidak peduli maupun ikut campur Lucien."

"Ingat itu!"

"Saya mengerti."

***

- Istana Langit -

Cassandra sedang bersiap, sore ini akan ada pesta teh untuk perkumpulan para selir.

Total selir yang dimiliki kaisar ada empat, diantaranya yaitu selir pertama adalah Rosalina Rynete Magnus. Ia merupakan putri dari Duke yang menguasai wilayah Utara.

Selir kedua, Dalora Leona Magnus. Merupakan putri dari seorang Marquis di area pusat ibukota.

Selir ketiga ditempati oleh Wilona Bachtar Magnus, ayahnya merupakan seorang mantan archduke yang mengalami kejatuhan sampai akhirnya ia dijamin oleh kaisar.

Selir keempat juga terakhir adalah Cassandra Leonce Magnus yang merupakan mantan pelayan pribadi kaisar.

Gaun berwarna biru dengan desain jatuh kebawah dipilih Cassandra sebagai gaun pesta teh kali ini.

Gaun itu berumbai dengan embordir dibagian ujungnya. Gaun biru itu terbuat dari beludru serta memiliki lengan yang berhias bulu lembut berwarna hitam sebagai aksesoris yang menarik.

Jemari pelayan memasangkan kalung mutiara berwarna putih mengkilap, menyajikan perpaduan yang indah juga elegan.

"Yang mulia anda cantik sekali seperti peri."

Ucap pelayan pribadi Cassandra.

Siapapun yang melihat Cassandra pasti tak akan menyangka bahwasanya ia mantan pelayan kaisar.

Tubuh yang memiliki shape Hourglass, memberikan kesan feminim klasik. Wajah bulat nampak muda dan lembut. Mata Almond yang tampak proposional berwarna biru seakan tenggelam dalam lautan kristal.

Tak lupa kulitnya bersih bagai lautan susu, dipadukan rambut panjang pirang yang bergelombang. Bahkan kecantikannya mengalahkan sang permaisuri.

Tak heran jika sang kaisar jatuh hati sampai-sampai memiliki keturunan denganya.Kini gaun biru panjang itu nampak apik memeluk lekuk tubuh Cassandra.

Tiba-tiba suara yang familiar terdengar dari arah belakang.

"Ibu."

"Cassian, putraku!"

"Ibu hari ini cantik sekali."

"Sayang, terimakasih banyak."

***

Setelah aku dan Lux kembali, aku mendengar kabar bahwa akan ada pesta teh yang digelar untuk para selir.

Ada rasa khawatir dalam benakku. Mungkinkah aku harus pergi ke istana langit dan mendampingi ibu terlebih dahulu?

Tanganku meraih ramuan penangkal racun yang ku dapat dari rumah tua.

"Lux, kau berjaga diluar. Jangan biarkan siapapun masuk ke ruanganku."

Lux membungkuk.

"Baik, yang mulia."

Aku segera meneguk ramuan itu dalam satu tegukan.Sudah ku persiapkan mental kalau-kalau terjadi sesuatu seperti rasa sakit yang mengerikan.

"Aneh."

"Tidak ada reaksi apa-apa."

"Apa pria itu menipuku.?"

Aku mengamati bekas botol kaca kosong ramuan itu. Nampak tidak ada yang aneh, sehingga aku membuangnya ke perapian.

"Lux siapkan pakaian!"

"Aku akan mandi lalu menemui ibu."

Lux memasuki ruangan, langkahnya menuju lemari besar disamping tempat tidurku. Ia memilah pakaian yang ada di dalam lemari.

Aku pergi ke ruang mandi, melepas pakaian kemudian berendam dengan nyaman. Kolam pemandian air panas hangat dengan banyak kelopak daun lavender yang harum.

***

Sepuluh menit kemudian, aku bangun dari kolam bak mandi itu dengan handuk dipinggangku.

Disana kudapati Lux sudah menyiapkan pakaian untuk pergi mendampingi ibuku.

Aku mengenakan Doublet bordir emas dan perak, dengan cloak beludru panjang yang dipadukan dengan Bros. Ikat pinggang dekoratif, sarung tangan dan medali kerajaan dengan keseluruhan berwarna biru tua sebagai warna vibes dominan.

Lux menata rambutku sedemikian rupa hingga rapi.

Aku menatap penampilanku dicermin. Tubuhku memiliki shape Rectangle, dengan bagian bahu dan pinggul hampir sejajar. Bagian pinggang tak terlalu kecil bisa dikatakan cukup proposional. Rambut dan mataku berwarna hitam seperti milik ayah, sang kaisar.

Aku lumayan berharap punya paras seperti ibuku, pasti akan terlihat sangat tampan dengan rambut pirang dan mata berwarna biru kristal.

Aku berdiri dan melangkah keluar dari pavilliun bersiap menuju ke kediaman ibuku, istana Langit.

Benar.

Aku adalah Cassiann Leonce Magnus, putra dari seorang kaisar Valerius Leopold Magnus dan mantan pelayannya yang kini telah ia angkat sebagai selir, Cassandra Leonce Magnus.

***

- Istana Langit-

"Cassian, kamu tidak perlu repot-repot lain kali."

Begitulah kata ibu, akan tetapi aku tidak pernah bisa tenang satu detik pun apalagi Istana berada dalam genggaman permaisuri si wanita licik itu.

Kaisar tidak akan pernah ikut campur dalam pertengkaran wanita, bahkan jika ibu atau aku mati dia masih punya beberapa istri untuk bersenang-senang. Penerus tahta apalagi.

Kaisar sialan!

Kalau dipikir dia memang tidak akan rugi dengan kehilangan satu atau dua orang buangan.

Aku mendampingi ibu memasuki kawasan area pesta teh bersama beberapa orang pelayan pribadi ibu dibelakang kami.

Para selir lainnya sudah duduk di dikursi meja besar itu dengan disuguhi banyak sajian diatasnya. Namun saat kami mendekat tak seorang pun memberikan salam.

Ibuku mengambil inisiatif untuk memulai pengenalan terlebih dahulu.

"Halo semuanya, nama saya Cassandra."

Tiba-tiba terdengar suara ejekan tawa dari salah satu selir.

"Pftt..."

Wanita itu?

Seorang wanita yang menutupi ekspresinya dengan kipas menatap tajam kearah kami. Ibuku yang barusan memberikan salam tak mendapat satupun reaksi dari tiga orang wanita yang sedang duduk dihadapan kami itu.

Wajah ibuku memerah, ekspresinya tampak murung. Bukan berarti aku tidak menduga hal ini akan terjadi. Karena dikehidupan sebelumnya pun tiga orang wanita sialan ini bekerjasama dengan permaisuri untuk membunuhku.

"Sepertinya anda belum mendapat pelajaran etiket ya?"

Salah seorang wanita bicara, wanita dengan bentuk tubuh pear, rambut yang disanggul keatas rapi berwarna coklat keemasan. Wajahnya berbentuk hati dengan kesan manis namun tegas. Mata almond yang cocok dengan riasannya, berwarna coklat bening dipadukan dengan alis melengkung tajam. Bibirnya tebal penuh atas dan bawah.

Gaun yang dikenakan wanita itu Beludru hitam dengan kualitas tinggi, gaun dengan jahitan embordir sebagai pemanis. Kalung permata putih menjadi atensi paling utama yang menjadi daya tarik visual keseluruhan.

Wanita ini pastilah Wilona Bachtar Magnus. Selir ketiga kaisar.

Ibuku mencengkeram erat gaunnya, ia menjawab dengan lirih.

"B-belum—"

"Ibu saya baru memasuki istana, belum sempat mengambil pelajaran privat sama sekali."

Aku mengambil alih percakapan dari ibuku.

Aku yakin sebenarnya ibu tidak takut kepada mereka, tapi ia tidak mau melakukan kesalahan tanpa sadar dan menyinggung kaisar.

"Oh, pantas saja."

Wilona menjawab itu dengan nada mengejek.

"Ibu saya Cassandra, kemari khusus memberikan salam kepada kalian hari ini."

"Tapi sepertinya kalian bertiga tidak berfikir hal yang sama tentang ibu."

Ketiga wanita itu menatap dengan tajam.

"Lancang!"

"Hanya seorang anak haram beraninya!—"

Aku menyela sebelum Wilona melanjutkan.

"Jika anda keberatan, mengadu saja pada kaisar!"

Wilona melebarkan matanya, dia pasti sudah sadar bahwa dirinya sangat tidak masuk akal. Ibuku menarik secarik bajuku pelan.

"C- cassian berhenti."

Aku mengabaikan ibuku dan lanjut berbicara.

"Saya dan ibu sudah resmi diangkat menjadi anggota keluarga istana."

"Tapi sepertinya beberapa serigala masih mengaung karena jatah makanannya diambil."

"Bukankah mereka benar-benar."

Aku mencondongkan badanku sedikit, menyipitkan mataku dengan ekspresi sarkastik.

"Putus asa."

Wanita disamping Wilona mendengus dengan arogan.

"Cassandra, kamu kesini sambil membawa putramu sebagai pelindung?"

"Bukankah kamu tidak bernyali?"

Ibuku sedikit menunduk, memang masuk akal, dengan aku datang mendampingi ibuku kesini. Kesannya seakan ibu takut terhadap anggota keluarga kerajaan lainnya.

Tapi siapa peduli?

Kalian wanita yang pandai memanipulasi sungguh bermulut pintar.

"Yah, saya hanya berjaga-jaga."

Aku menyambar ucapan wanita itu.

"Apalagi jika tiga serigala mengepung seekor kelinci."

"Bukankah."

"Tidak ada yang menjamin?"

Wanita disebelah Wilona itu tampil dengan tubuh Hourglass, rambut panjang yang lurus dengan sekatan kepang dibagian belakangnya nampak bangun dari tempat duduknya.

Bentuk wajahnya persegi menciptakan kesan kuat dan tegas, matanya setengah monolid sedikit lebih kecil dari Wilona namun auranya misterius.

Alis wanita itu melengkung tajam menyatakan ketegasan, dominasi dan keberwibawaan. Sedangkan bibirnya tipis menyiratkan rasa tenang dan dingin.

Wanita itu tidak lain adalah Dalora Leona Magnus, selir kedua kaisar. Jika dibandingkan dengan Wilona, Dalora sepertinya lebih berhati-hati dalam bertindak.

Gaun beludru panjang berwarna kuning dikenakannya. Gaun itu berlapis-lapis dan mengembang saat Dalora berjalan.

Dalora mengangkat tangannya dan tiba-tiba

PLAK.

Tamparan itu mendarat dipipi kananku. Mata ibuku melebar sambil berteriak.

"Cassian!"

Dalora menatapku seakan memandang rendah.

"Baru saja menjadi pangeran, tapi tidak punya etika kepada yang lebih tua!"

Aku hanya tersenyum, tawaku semakin keras, sampai akhirnya aku menatap wanita itu dengan sinis.

"Bukankah kalian benar-benar beretika?"

"Tidak kusangka etika kekaisaran begitu mengesankan."

Ucapku dengan suara menggema.

Kaisar sialan!

Semua wanita yang kau nikahi tidak ada yang beres!

Setidaknya ibuku masih ada.

Wanita yang menutupi wajahnya dengan kipas tadi masih mengamati kami sedari tadi.

Bukankah kau menikmati teater ini?

Selir pertama.

"Tolong ajari pangeran ini kalau begitu!".

Ucapku lantang.

Otakku sedang berputar, cara apa yang harus aku gunakan untuk menundukkan ketiga selir ayah supaya tidak menggangu ibu.

Ayo cepat pikirkan Cassian!

Aku menyeringai sampai akhirnya kembali membuat ekspresi datar.

Aku mendekatkan langkah ku mengitari satu sama lain dari mereka, lalu kembali berucap.

"Mungkin jika kalian mengajari aku dengan baik."

"Aku bisa kembali mengajari para putra dan putri kalian."

"Untuk mengingat ajaran ibu mereka."

Wajah mereka menjadi gelap, tatapan tajam menghujaniku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Anak Haram Sang Kaisar    Chapter 5 : Tambang

    "Ibu pastikan tahta itu hanya untukmu." Rosetta melempar pisau kecil mengenai sebuah apel merah yang tampak segar. Kini tatapannya tajam, seakan siap menyingkirkan siapapun yang berani menghalangi tujuannya. Dengan semua ini jalan masihlah sangat panjang bagi Cassian dan ibunya. Posisi yang tidak aman bahkan dalam istana yang merupakan haknya, juga tidak ada bantuan dari siapapun. Hidup dan mati ada ditangannya. Alactra tak berucap apapun setelah itu, pandangannya nampak kosong sekakan tak terbesit sesuatu apapun dalam pikirannya. Ia hanya memberikan hormat kepada sang ibu lalu meninggalkan ruangan itu, menapak lantai dan kembali menuju kediamannya. *** Paviliun putra mahkota Alactra Derek Magnus Alactra sedang termenung dalam duduknya, dengan menghadap jendela. Ia sibuk namun juga tak fokus berbincan dengan sang penasehat. Dokan Laryn Dokan Laryn sendiri merupakan seorang sarjana muda yang direkrut permaisuri untuk membimbing putra tertuanya. Ia merupakan lulusan t

  • Anak Haram Sang Kaisar    Chapter 4 : Sudah Kembali

    Aku mendekatkan langkah ku mengitari satu sama lain dari mereka, lalu kembali berucap. "Mungkin jika kalian mengajari aku dengan baik." "Aku bisa kembali mengajari para putra dan putri kalian." "Untuk mengingat ajaran ibu mereka." Wajah mereka menjadi gelap, tatapan tajam menghujaniku. "Arogan! Sungguh arogan!" "Cassian Leonce Magnus, banyak-banyaklah bercermin." Ucap Wilona seraya meraih semangkuk tehnya. "Aku akui kau punya keberanian yang besar, Cassian." "Tapi, permainan kami anggota keluarga kekaisaran tidak semudah yang kau kira." Dua orang pengawal datang menekan tubuhku hingga aku berlutut. KGH! Bersamaan dengan itu aku merasakan sensasi aneh seperti ratusan jarum menusuk jantungku. Aku mengatupkan rahangku karena rasa sakit yang luar biasa. Tanganku mengepal menahan rasa perih dan harga diri yang mereka coba injak-injak. Mereka benar-benar tidak pandang bulu untuk menginjak seseorang! Aku masihlah putra kaisar! Beraninya kalian memperlakukan pangeran yang resmi

  • Anak Haram Sang Kaisar    Chapter 3 : Pesta Teh

    Lanjut pemuda itu melangkahkan kaki kebagian sisi rak."Apa kau tau kenapa racun itu dijuluki racun ular perak?"Aku menggelengkan kepalaku pelan."Racun itu bisa menciptakan katalisator darah atau blood magic, membuka segel garis keturunan tertentu dan mengaktifkan sihir kuno."Aku melebarkan mataku.Apa benar hal seperti itu ada?Jangan-jangan aku kembali ke masa lalu juga karena racun ular perak?Pemuda itu meraih rak paling atas, terdapat ramuan berwarna biru tua. Baunya sedikit menyengat, campuran antara bunga mawar dan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.Ia menyodorkan ramuan itu ke meja."Ini dia penangkal racun yang kau cari."Pemuda ini tidak mempermainkanku kan?Apa dia benar-benar bisa dipercaya?Tidak, lebih dari itu apa aku masih punya waktu untuk pilih-pilih?Pada akhirnya aku harus mengambil resiko."Berapa?""Gratis."Aku menaikkan alisku.Gratis?Kenapa?"Kenapa?""Yah, soalnya.""Akan merepotkan aku mengambil uang jika nanti hasilnya ada seseorang yang akan mati."Di

  • Anak Haram Sang Kaisar    Chapter 2 : Memasuki Instana

    CLANG. "Lindungi pangeran dan tangkap para pembunuh!" Pasukan kerajaan? Kepalaku mulai berputar akibat terbentur dinding. Pandanganku menjadi samar bagai kabut. Kesadaranku hilang seketika. Samar-samar, suara bergemuruh mengerubungiku. Namun aku tidak kuasa menjawab suara-suara itu. "Cassian!" Teriakan ibuku terdengar menggema bagai tetesan embun memanggil namaku, namun aku tak bisa menjawab ataupun membuka mataku. Pintu gerbang dibuka, pintu yang selama ini menjadi tanda perbatasan antara Istana dan daerah luar. Pintu itu terbuat dari baja berlapis yang tampak kokoh dan kuat. Berukir motif simetris dan nampak klasik. Suara salah seorang penjaga menggema dengan lantang. "YANG MULIA KAISAR TELAH TIBA...!" Sebuah kereta kuda megah berlapis perak dan emas, ukurannya lebih besar dari milik bangsawan biasa. Sebuah tirai sutra berwarna merah tua tersingkap. Tandu itu memiliki atribut khusus disetiap sudutnya, sehingga bagi siapa saja yang melihatnya akan tau dengan jelas bahwa itu

  • Anak Haram Sang Kaisar    Chapter 1 : Aku Kembali?

    Rasa sakit yang luar biasa merambat ke dalam tubuhku. Ini adalah racun ular perak—racun yang orang-orang bilang sangat langka bahkan hampir mustahil untuk ditemukan. Yang menjadi ironi adalah seluruh anggota istana mengetahui dengan pasti bahwa ini adalah rencana permaisuri. Wanita licik itu tidak menyerah dalam misinya menyingkirkanku sejak dulu. Ia berdiri dengan senyum miring. Para pelayan yang betugas pun diam saja saat orang suruhan wanita berambut ungu gelap itu kerap mondar-mandir dengan gerak-gerik mencurigakan. Tak ada satupun yang melapor ataupun menghentikan. "Cassian! Jika kamu ingin menyalahkan seseorang, salahkan ibumu yang hanya seorang pelayan!" ungkap wanita itu membentangkan kedua lengannya bagai selebrasi atas sebuah kemenangan. Kalimat yang keluar dari kedua bibir bengisnya selalu mendarat tajam tanpa belas kasihan. Sosok itu mengenakan gaun beludru ungu tua, warnanya pekat dan berwibawa. Lengan bajunya panjang melebar, ujungnya disulam benang emas membentuk pola

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status